Telp / WhatsApp : 0811-1816-800

Archive for Category: Kesehatan Anak

Showing 1–10 of 275 results

  • Moms, apakah Si Kecil kerap mengeluh nyeri saat menelan? Salah satu penyakit yang kerap dialami anak-anak adalah batuk, pilek dan nyeri menelan. Kondisi ini tentu dapat menyebabkan Si Kecil menjadi rewel dan nafsu makan menurun. Salah satu penyebab nyeri menelan adalah akibat infeksi difteri, yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae yaitu suatu bakteri gram positif […]

    Si Kecil Nyeri Menelan? Waspada Penyakit ini Lho Moms

    Moms, apakah Si Kecil kerap mengeluh nyeri saat menelan? Salah satu penyakit yang kerap dialami anak-anak adalah batuk, pilek dan nyeri menelan. Kondisi ini tentu dapat menyebabkan Si Kecil menjadi rewel dan nafsu makan menurun.

    Si Kecil Nyeri Menelan? Waspada Difteri

    Si Kecil Nyeri Menelan? Waspada Difteri


    Salah satu penyebab nyeri menelan adalah akibat infeksi difteri, yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae yaitu suatu bakteri gram positif anaerob. Moms, apa itu penyakit difteri? Mari simak penjelasan berikut.

    Kasus Difteri

    Difteri ditularkan melalui cairan pernapasan pasien yang terkena difteri. Pada daerah endemis difteri, 3%-5% orang sehat bisa menjadi pembawa kuman atau yang disebut karier. Kuman difteri hidup dalam debu atau udara luar sampai dengan 6 bulan. Pada tahun 2014, jumlah kasus difteri sebanyak 296 kasus dengan kasus meninggal 16 orang. Dari 22 provinsi yang melaporkan adanya kasus difteri, provinsi tertinggi ada di Jawa Timur yaitu 295 kasus yang berkontribusi sebanyak 74%.

    Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) mencatat bahwa ada 7097 kasus difteri dilaporkan diseluruh dunia pada tahun 2016. Diantara jumlah kasus tersebut, Indonesia menyumbang sebanyak 342 kasus. Sejak tahun 2011, Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk kasus difteri menjadi masalah di Indonesia. Tercatat sebanyak 3353 kasus difteri dilaporkan dari tahun 2011 sampai 2016 sehingga dengan angka ini menempatkan Indonesia menjadi urutan ke-2 setelah India dengan jumlah kasus difteri terbanyak. Dari 3353 orang yang menderita difteri diketahui 110 diantaranya meninggal dunia, hampir 90% dari orang yang terinfeksi, tidak memiliki riwayat imunisasi lengkap.

    Baca Juga: Tips Cegah Anak Terinfeksi Difteri

    Penularan Penyakit Difteri


    Penularan difteri terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak pernah mendapatkan vaksinasi difteri. Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti:

    • Terhirup percikan ludah penderita melalui udara saat penderita bersin atau batuk (ini merupakan cara penularan difteri yang paling umum).
    • Sentuhan langsung pada luka atau borok penderita difteri. Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan padat penduduk serta kebersihan lingkungannya tidak terjaga dengan baik.

    Gejala Difteri Pada Anak

    Gejala difteri umumnya akan muncul sekitar 2-5 hari setelah si kecil terinfeksi kuman penyebab.  Sebagian anak mungkin tidak menunjukkan gejala apapun termasuk demam. Namun, sebagian lagi akan mengalami gejala yang sangat ringan seperti gejala flu. Berikut adalah berbagai gejala difteri yang dapat dialami Si Kecil, yaitu:

    • Terbentuknya selaput atau lapisan berwarna putih keabu-abuan pada tenggorokan dan amandel.
    • Demam
    • Nyeri tenggorokan
    • Pilek
    • Sulit bernapas
    • Suara serak
    • Detak jantung meningkat
    • Mengi
    • Pembesaran kelenjar getah bening di area leher
    • Pembengkakan pada langit-langit mulut
    • Keringat dingin.

    Komplikasi Difteri Pada Anak

    Komplikasi yang dapat dialami akibat racun dari kuman difteri dapat sangat berbahaya, termasuk pada otot dan juga katup jantung, gangguan irama jantung hingga tertutupnya saluran pernapasan oleh selaput (pseudomembran) di area tenggorokan yang dapat menutup jalan napas. Untuk mencegah komplikasi, kasus difteri harus ditangani segera yakni dengan pemberian obat-obatan.

    Pencegahan Difteri

    Pencegahan difteri dapat dilakukan dengan cara pemberian vaksin difteri. Pada anak, biasanya vaksinasi difteri diberikan dalam bentuk kombinasi DPT-HB-Hib. Vaksinasi ini dapat melindungi si kecil dari berbagai penyakit menular seperti difteri, pertussis, tetanus, hepatitis B, meningitis dan pneumonia yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe B.

    Baca Juga: Apakah Orang Dewasa Butuh Vaksinasi Difteri?

    Pemberian vaksinasi dasar ini wajib diberikan bagi anak-anak sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 3 dan 4 bulan. Kemudian dilanjutkan pada usia 18 bulan. Pemberian vaksinasi difteri lanjutan diberikan dalam bentuk vaksinasi Td yaitu kombinasi vaksinasi tetanus dan difteri yang diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau BIAS yaitu pada usia 5 tahun dan bagi yang berusia diatas 12 tahun diberikan vaksinasi Td/Tdap yang dapat diberikan selama 10 tahun sekali.

    Nah, Moms itulah ulasan mengenai difteri yang kerap menyebabkan sakit menelan pada Si Kecil. Jika Anda memiliki keluhan di rumah atau membutuhkan multivitamin, imunisasi untuk Si Kecil, maupun produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat. Informasi lebih lanjut, silakan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 0811-

    1816-800.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

    Referensi

    1. Hartoyo E. Difteri Pada Anak. Sari Pediatri. 2018
    2. Dinas Kesehatan Kulon Progo. DIFTERI. 2021 
    3. Kids Health.org. Diphtheria (for Parents). 2021 
    4. University of Rochester Medical Center. Diphtheria in Children. 2021 

     

    Read More
  • Penyakit influenza atau flu merupakan penyebab tersering seseorang alpa dari pekerjaannya. Tetapi, sayangnya masih banyak orang yang menganggap remeh penyakit ini karena sering disamakan dengan pilek biasa atau disebut juga selesma atau common cold. Faktanya, seseorang yang terinfeksi influenza lebih berisiko mengalami sakit berat dibanding jika ia menderita selesma. Oleh sebab itu, vaksin flu diciptakan […]

    Mengapa Vaksin Flu Penting untuk Guru?

    Penyakit influenza atau flu merupakan penyebab tersering seseorang alpa dari pekerjaannya. Tetapi, sayangnya masih banyak orang yang menganggap remeh penyakit ini karena sering disamakan dengan pilek biasa atau disebut juga selesma atau common cold.

    Faktanya, seseorang yang terinfeksi influenza lebih berisiko mengalami sakit berat dibanding jika ia menderita selesma. Oleh sebab itu, vaksin flu diciptakan dan rutin diberikan setiap satu tahun sekali sebagai perlindungan.

    Mengapa Vaksin Flu Penting untuk Guru

    Mengapa Vaksin Flu Penting untuk Guru?

    Vaksinasi bukan saja untuk anak-anak, orang dewasa pun memerlukannya. Salah satu jenis pekerjaan yang direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin flu adalah guru karena ia rutin berinteraksi dengan banyak siswa. Dengan vaksinasi, risiko penularan penyakit menjadi menurun dan anak-anak sebagai kelompok rentan juga terlindungi.

    Influenza versus selesma

    Sahabat Sehat, jangan samakan penyakit influenza dengan selesma. Dari segi gejala, keduanya memang memiliki kemiripan, tapi intensitasnya cukup berbeda. Berikut perbandingannya:

    Gejala

    Selesma/ Common cold

    Influenza

    Munculnya gejala

    Tiba-tiba

    Bertahap

    Demam

    Jarang Ada
    Linu Sedikit

    Ada

    Meriang

    Tidak biasa Sering

    Lemah/ lelah

    Kadang Ada
    Bersin Ada

    Jarang

    Batuk/ dada tidak nyaman

    Ringan-sedang Ada

    Hidung tersumbat

    Ada

    Jarang

    Nyeri tenggorokan

    Ada

    Jarang

    Sakit kepala Jarang

    Ada

     

    Flu adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza dan menginfeksi saluran pernafasan, seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Virus ini dapat menyebabkan sakit ringan hingga berat, dan pada kasus tertentu menyebabkan kematian karena komplikasi yang disebabkan.

    Virus flu menyebar melalui droplet (cipratan air liur) saat orang yang terinfeksi batuk, bersin atau berbicara. Cipratan ini bisa mendarat di mulut atau hidung orang di dekatnya. Selain itu, virus flu juga bisa ditemukan pada permukaan barang yang bila tersentuh dan kemudian ia menyentuh mulut, hidung, atau mungkin matanya sendiri, ia berisiko tertular.

    vaksin ke rumah, layanan ke rumah, vaksinasi di rumah aja

    Sekolah menjadi tempat penyebaran flu

    Virus flu banyak ditemukan di tempat-tempat umum dan ramai seperti sekolah, kantor, dan ruang publik. Influenza dapat memicu wabah di sekolah sehingga mengganggu kegiatan belajar mengajar.

    Walau kebanyakan orang yang terkena flu akan sembuh dalam beberapa hari hingga kurang dari dua minggu, sebagian lainnya akan mengalami komplikasi seperti paru-paru basah (pneumonia), beberapa di antaranya dapat mengancam jiwa dan mengakibatkan kematian.

    Influenza adalah penyebab rawat inap terbanyak pada anak-anak dan dewasa daripada penyakit lain yang dapat dicegah oleh vaksin. Satu-satunya cara terbaik untuk melindungi dari flu dan potensi komplikasinya adalah agar guru dan anak-anak sama-sama melakukan vaksinasi influenza rutin setiap tahunnya dan menerapkan protokol kesehatan dengan benar.

    Baca Juga: Apa Saja Vaksin Yang Penting Sebelum Mulai Sekolah?

    Vaksinasi di Prosehat

    Sahabat Sehat, melihat mudahnya cara penularan flu, sudah semestinya kita melindungi diri dengan vaksinasi influenza. Jika semakin banyak yang divaksinasi dalam satu sekolah, akan semakin baik perlindungan terhadap penularan virus flu antar staff dan siswa.

    Baca Juga: Vaksin Flu: Perlindungan Ekstra Bagi Anak dan Dewasa Saat Liburan

    Bagi Sahabat Sehat yang ingin melakukan vaksinasi, Anda bisa memesan layanan ini melalui Chat Asisten Kesehatan Maya atau melalui website Prosehat. Layanan ini bisa dilakukan di Klinik Prosehat di Grand Wisata Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat, atau di rumah untuk kenyamanan dan kemudahan Anda dan keluarga. Layanan vaksinasi Prosehat juga tersedia di berbagai kota di Indonesia.

    Ayo segera jadwalkan vaksinasi sebelum kembali ke sekolah! Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Nurul Larasati

     

    Referensi

    1. CDC. Cold Versus Flu. 2021.
    2. Minnesota Department of Health. Influenza (Flu) in Schools. 2019.
    3. PAPDI. Jadwal Imunisasi Dewasa. 2021.
    Read More
  • Setelah beberapa minggu libur panjang, mungkin rasanya berat untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Orang tua kembali dengan pekerjaannya, sedangkan anak-anak memulai tahun ajaran baru. Tapi, harus tetap semangat ya, Sahabat Sehat! Dengan terus meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia dan tetap adanya risiko penularan jenis penyakit lainnya yang tidak kalah serius, ada baiknya jika anak-anak sudah […]

    Apa Saja Vaksin Yang Penting Sebelum Mulai Sekolah?

    Setelah beberapa minggu libur panjang, mungkin rasanya berat untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Orang tua kembali dengan pekerjaannya, sedangkan anak-anak memulai tahun ajaran baru. Tapi, harus tetap semangat ya, Sahabat Sehat!

    Apa Saja Vaksin Yang Penting Sebelum Mulai Sekolah

    Apa Saja Vaksin Sebelum Mulai Sekolah Yang Penting?

    Dengan terus meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia dan tetap adanya risiko penularan jenis penyakit lainnya yang tidak kalah serius, ada baiknya jika anak-anak sudah melengkapi vaksin sebelum mulai sekolah, sesuai dengan kebutuhan usianya. Maka, ketika ia kembali bertemu rutin dengan banyak orang di sekolah, tubuhnya sudah memiliki kekebalan yang optimal.

    Apa saja vaksin yang disarankan? Mari simak ulasannya.

    Keutamaan vaksinasi

    Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin berisikan virus atau bakteri yang dilemahkan dalam rangka menimbulkan atau meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga, ketika ia suatu hari terpapar dengan kuman tersebut, tubuhnya sudah mengenali dan siap melawan serta melindungi.

    Kegiatan vaksinasi dinilai sangat besar manfaat dan efektivitasnya sehingga ditetapkan sebagai salah satu program kesehatan nasional. Sayangnya, belum semua jenis vaksin digratiskan oleh pemerintah sehingga orang tua harus aktif mencari layanan vaksinasi secara mandiri.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Vaksin untuk anak TK dan SD

    Anak-anak adalah kelompok yang rentan terserang penyakit karena kekebalan tubuhnya belum sepenuhnya terbentuk. Maka, peran vaksinasi menjadi besar baginya dalam mencegah penularan dan menurunkan risiko terjadinya sakit berat serta komplikasi.

    Vaksinasi bagi anak TK hingga SD, yaitu kisaran usia 4-12 tahun, umumnya adalah vaksinasi booster atau vaksinasi penguat. Karena, vaksinasi primer (dasar/ utama) sudah dilakukan saat usia 0-24 bulan. Berikut jenis vaksinasi yang disarankan:

    • Usia 4 tahun: vaksin influenza setiap 1 tahun sekali.
    • Usia 6-7 tahun: vaksin DTP (difteri, tetanus, pertusis) 1 kali, influenza setiap 1 tahun sekali, MR/ MMR 1 kali, dan tifoid setiap 3 tahun sekali.
    • Usia 9-12 tahun: vaksin HPV primer 2 kali, Td/Tdap (tetanus difter/ tetanus, difteri, pertusis) 1 kali, influenza setiap 1 tahun sekali, 

     

    Baca Juga: 10 Tips Persiapan Hari Pertama Sekolah Anak

    Vaksin untuk anak SMP dan SMA

    Pada usia remaja, jenis vaksin sebelum mulai sekolah yang diperlukan tidak lagi sebanyak saat usia dini. Namun, jika anak belum melengkapi vaksinasi sesuai jadwalnya, ia memiliki kesempatan untuk melakukan catch up immunization atau imunisasi kejar.

    Untuk usia 13-18 tahun, jenis vaksinasi yang direkomendasikan adalah:

    • Td/Tdap jika belum dilengkapi saat SD, 1 kali.
    • Influenza setiap 1 tahun sekali.
    • Tifoid setiap 3 tahun sekali.
    • HPV 2-3 kali jika belum dilakukan saat SD.

    Baca Juga: Apa Saja Dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi?

    Influenza vs Common Cold

    Jika dilihat dari rekomendasi vaksinasi di atas, bisa dilihat bahwa vaksin influenza rutin dilakukan setiap satu tahun sekali. Hal ini dilakukan karena virus flu mudah bermutasi sehingga selalu dilakukan pemutakhiran vaksin. Penyakit influenza sering diremehkan karena dianggap hanya penyakit pilek. Tapi, sebenarnya penyakit ini berbeda dari penyakit pilek biasa yang disebut selesma atau common cold. Pada selesma, gejala pilek dan sakit tenggorokan lebih menonjol.

    Dari segi gejala, virus influenza umumnya menyebabkan demam, meriang, sakit kepala, dan rasa yang tidak nyaman di dada seperti sesak nafas atau nafas terasa berat. Jika penderita memiliki penyakit komorbid seperti penyakit jantung dan asma, infeksi virus influenza bisa menyebabkan penyakit tersebut kambuh atau memberat. Komplikasi lainnya termasuk pneumonia atau paru-paru basah.

    Jadi, walau angka kesembuhannya tinggi, jangan anggap remeh penyakit ini ya, Sahabat Sehat. Berikan perlindungan yang terbaik bagi tubuh.

    Baca Juga: 5 Cara Melindungi Anak Dari Bullying Teman di Sekolahnya

    Vaksinasi di Prosehat

    Layanan vaksinasi adalah salah satu layanan unggulan dari Prosehat. Turut mendukung program vaksinasi, Prosehat berharap semakin banyak masyarakat Indonesia yang terpenuhi kebutuhan vaksinasinya dan tercipta herd immunity.

    Bagi Sahabat Sehat yang ingin melakukan vaksin sebelum mulai sekolah, Anda bisa memesan layanan ini melalui Chat Asisten Kesehatan Maya atau melalui website Prosehat. Layanan ini bisa dilakukan di Klinik Prosehat di Grand Wisata Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat, atau di rumah untuk kenyamanan dan kemudahan Anda dan anak-anak. Layanan vaksinasi Prosehat juga tersedia di berbagai kota di Indonesia.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokterlayanan vaksinasiimunisasi anaklayanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratoriummultivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam.

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Nurul Larasati

     

    Referensi

    1. CDC. Cold Versus Flu. 2021.
    2. IDAI. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. 2020.
    Read More
  • Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan rawannya penularan virus COVID-19 pada kelompok usia anak-anak. Pada minggu pertama, gejala COVID-19 pada anak rata-rata hanya berlangsung selama enam hari. untuk gejalanya, umumnya anak-anak akan merasakan nyeri kepala, kelelahan, sakit tenggorokan dan gangguan penciuman (anosmia). Gejala yang muncul tergantung dari lamanya durasi anak-anak terinfeksi virus. Apa Saja […]

    Persiapan Sebelum Anak Swab Test COVID-19

    Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan rawannya penularan virus COVID-19 pada kelompok usia anak-anak.

    Persiapan Sebelum Anak Swab Test COVID-19

    Persiapan Sebelum Anak Swab Test COVID-19

    Pada minggu pertama, gejala COVID-19 pada anak rata-rata hanya berlangsung selama enam hari. untuk gejalanya, umumnya anak-anak akan merasakan nyeri kepala, kelelahan, sakit tenggorokan dan gangguan penciuman (anosmia). Gejala yang muncul tergantung dari lamanya durasi anak-anak terinfeksi virus.

    Apa Saja Gejala Covid-19 Pada Anak ?

    Berikut ini gejala Covid-19 pada anak, yakni :

    • Demam tinggi
    • Pilek
    • Radang tenggorokan
    • Batuk yang terus menerus selama lebih dari 1 jam
    • Sesak nafas
    • Nyeri pada seluruh badan
    • Hidung tersumbat
    • Gangguan indra penciuman dan pengecap.

    Bayi berusia dibawah 1 tahun beresiko lebih tinggi menderita Covid-19 dibandingkan anak yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum matang dan sempurna sehingga anak yang berusia lebih kecil menjadi lebih berisiko mengalami masalah pernapasan.

    Setiap anak yang mengalami gejala seperti diatas dianjurkan segera melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah Si Kecil terinfeksi COVID-19. Lakukan pemeriksaan PCR untuk memastikan apakah si kecil mengalami Covid-19.

    Chat dokter gratis, chat dokter 24 jam, chat dokter via whatsapp

    Test Swab COVID-19 Pada Anak

    Saat ini, ada 3 jenis tes COVID-19 utama yang tersedia, yaitu :

    1. Test Molekuler

    Jenis tes molekuler yang paling umum digunakan untuk mendeteksi Covid-19 adalah PCR (Polymerase Chain reaction) yang memiliki tingkat keakuratan yang sangat tinggi. Test PCR juga sudah disahkan dan disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat dan dianggap sebagai standar untuk menentukan apakah seorang anak terinfeksi Covid-19 aktif atau tidak. Test PCR dilakukan dengan menggunakan usap hidung dan tenggorokan atau disebut swab.

    2. Test Antigen

    Jenis tes diagnostic Covid-19 lainnya selain test molekuler yaitu test antigen. Test ini menggunakan metode usap hidung atau tenggorokan atau yang disebut dengan swab. Hasil test antigen positif umumnya dapat dipercaya. Bila hasil test negatif, namun gejala menunjukkan COVID-19, maka perlu dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan PCR.

    Baca Juga: Rapid Swab Antigen dan Caranya Mendeteksi Covid-19

    Proses Swab Pada Anak

    Test swab COVID-19 pada anak sama seperti test pada orang dewasa, yaitu usap pada tenggorokan atau hidung yang dilakukan oleh petugas medis. Berikut ini prosedur yang dilakukan :

    • Anak diminta meniup napas melalui hidung untuk memastikan tidak ada sumbatan
    • Dengan mendongakkan kepala, petugas akan melakukan alat swab seperti cotton bud dengan gagang panjang lalu diusapkan dan diputar hingga ke belakang hidung selama beberapa detik
    • Lalu, setelah dilakukan swab pada hidung, anak diminta untuk membuka mulut lebar kemudian dimasukkan alat swab hingga mencapai belakang tenggorokan tanpa menyentuh lidah.
    • Cotton bud tadi dimasukkan kedalam tabung yang berisi cairan berisi reagen, lalu setelah itu dilakukan PCR di laboratorium.

    Baca Juga: Imunisasi Lengkap: Sehatkan Keluarga, Lewati Masa Pandemi

    Persiapan Test Swab

    Si Kecil mungkin saja merasa cemas dan takut ketika harus bertemu dengan Dokter atau tenaga kesehatan saat proses pengambilan sampel swab. Karena itu, peran orang tua untuk membujuk serta menenangkan si kecil sangat diperlukan.

    Sebagai persiapan, orang tua dapat menjelaskan pada anak mengenai test yang akan dilakukan, mulai dari alasan serta prosedur test dengan tujuan anak bisa lebih tenang ketika di test.

    Perlu diingat, saat menjelaskan pada si kecil, gunakanlah Bahasa yang sederhana agar mudah di mengerti dengan penjelasan yang cukup mudah dipahami dan tidak menakut-nakuti, sehingga anak mau bekerja sama dan tidak trauma untuk menjalani proses pemeriksaan swab.

    Baca Juga: 6 Alasan Pentingnya Rapid Swab Antigen yang Perlu Sahabat Ketahui

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jesica Chintia Dewi
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. AAP. COVID-19 Testing Guidance
    2. Halim. Gejala COVID-19 pada Anak.
    3. Healthy Children. COVID-19 Testing and Kids: What you Should Know.
    4. Mayo Clinic. How COVID-19 (coronavirus) affects babies and children.
    5. NHS. Coronavirus (COVID-19) symptoms in children.
    6. Felicia, D. Tes Covid-19 pada Anak: Fungsi, Prosedur, dan Komplikasi.
    Read More
  • Vaksinasi tetanus untuk anak penting untuk diberikan, Jangan anggap sepele saat SiKecil terluka. kapan waktu yang tepat vaksinasi tetanus? Jangan anggap sepele saat Si Kecil terluka. Pasalnya, anak-anak belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang sempurna layaknya orang dewasa. Inilah sebabnya anak yang terluka sangat rentan terhadap serangan infeksi, terutama infeksi tetanus. Sahabat Sehat, apa itu […]

    Kapan Waktu yang Tepat Vaksinasi Tetanus Untuk Anak?

    Vaksinasi tetanus untuk anak penting untuk diberikan, Jangan anggap sepele saat SiKecil terluka. kapan waktu yang tepat vaksinasi tetanus?

    Kapan Waktu yang Tepat Vaksinasi Tetanus Untuk Anak

    Kapan Waktu yang Tepat Vaksinasi Tetanus Untuk Anak?

    Jangan anggap sepele saat Si Kecil terluka. Pasalnya, anak-anak belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang sempurna layaknya orang dewasa. Inilah sebabnya anak yang terluka sangat rentan terhadap serangan infeksi, terutama infeksi tetanus. Sahabat Sehat, apa itu tetanus ? Mari simak penjelasan berikut.

    Apa Itu Tetanus ?

    Tetanus adalah penyakit infeksi bakteri Clostridium tetani yang masuk kedalam tubuh manusia melalui luka terbuka. Racun akibat bakteri ini dapat mempengaruhi otot dan saraf tubuh, seperti kejang otot, spasmus, dan kekakuan otot-otot yang menyebabkan tulang belakang tampak melengkung. Bahkan pada kasus yang berat, tetanus dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini tidak menular dan dapat dicegah dengan pemberian vaksin. 

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Bagaimana Cara Penularan Tetanus?

    Tetanus berkaitan dengan luka yang diakibatkan tertusuk paku berkarat. Namun perlu diketahui bahwa bakteri penyebab tetanus tidak hanya terdapat pada logam berkarat, namun juga dapat ditemui di tanah dan kotoran.
    Saat bakteri Clostridium tetani bersentuhan dengan luka atau lubang di kulit, bakteri tersebut akan mudah berkembang hingga dapat menyebabkan infeksi serius pada tubuh. Oleh sebab itu, semua anak dianjurkan menerima vaksinasi tetanus sebagai langkah pencegahan.

    Baca Juga: Pentingnya Vaksin Tetanus Setelah Luka Akibat Benda Tajam

    Kapan Waktu yang Tepat Vaksinasi Tetanus Untuk Si Kecil?

    Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), anak-anak direkomendasikan untuk mendapatkan 5 suntikan DTaP (atau disebut juga vaksin DPT). Suntikan DTaP adalah vaksin kombinasi yang mampu melindungi anak dari 3 penyakit, yakni difteri, tetanus, dan pertussis. Berikut ketentuannya pemberian vaksin untuk mencegah infeksi difteri, tetanus dan pertussis (DPT):

    • 3 suntikan pertama di berikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
    • Suntikan keempat diberikan pada usia antara 15 dan 18 bulan.
    • Suntikan kelima diberikan pada usia 4 hingga 6 tahun.
    • Suntikan booster Tdap harus diberikan saat anak berusia 11 atau 12 tahun pada jadwal pemeriksaan rutin. Booster Tdap juga dapat melindungi anak dari infeksi tetanus, difteri, dan pertusis. 
    • Remaja dan dan wanita hamil juga perlu mendapatkan booster Tdap antara pekan ke 27 dan 36 setiap kehamilan untuk meningkatkan perlindungan bagi bayi mereka saat lahir. 

    Baca Juga: Fakta Seputar Tetanus Pada Anak

    Anak yang Berisiko Terinfeksi Tetanus

    Seorang anak lebih berisiko terkena tetanus apabila belum mendapatkan vaksin tetanus dan mengalami cedera kulit di bagian tubuh dimana bakteri penyebab tetanus mungkin akan lebih aktif. Bakteri tetanus akan masuk ke tubuh melalui luka di kulit, termasuk:

    • Tusukan, luka, atau luka pada kulit
    • Luka bakar
    • Gigitan binatang

    Gejala Tetanus pada Anak

    Saat anak terpapar bakteri tetanus, mungkin membutuhkan 3 hingga 21 hari masa inkubasi untuk gejalanya muncul. Pada bayi, gejala mungkin akan muncul dalam rentan waktu 3 hingga 14 hari. 

    Gejala tetanus pada anak yang paling umum meliputi:

    • Kekakuan rahang (lockjaw)
    • Kekakuan otot perut dan punggung
    • Kontraksi (pengencangan) otot-otot wajah
    • Kejang
    • Detak jantung cepat
    • Demam
    • Berkeringat
    • Kejang otot yang menyakitkan di sekitar area luka. Saat kejang ini mulai mempengaruhi laring atau dada, anak mungkin akan kesulitan bernapas atau bahkan tidak dapat bernapas.
    • Kesulitan menelan

    Tetanus memiliki gejala yang mirip dengan gangguan kesehatan lainnya. Jika, tidak segera diobati tetanus mungkin akan mengancam jiwa. Untuk itu, pastikan untuk segera membawa anak Anda ke dokter jika mengalami gejala-gejala diatas. 

    Baca Juga: Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Si Kecil Di Vaksin DPT

    Pengobatan Tetanus pada Anak

    Perawatan terhadap penyakit ini akan disesuaikan dengan gejala, usia, dan kondisi kesehatan anak secara umum. Selain itu, pengobatan yang diberikan juga tergantung pada seberapa cepat paparan terjadi atau tingkat keparahan infeksi. Pengobatan ini bertujuan untuk mengurangi adanya risiko tetanus setelah cedera atau terluka. Perawatan yang dapat dilakukan meliputi:

    • Membersihkan luka kulit
    • Memberikan serangkaian suntikan antitoksin tetanus
    • Penggunaan obat antibiotic

    Sedangkan pada kasus yang lebih parah, anak Anda mungkin perlu dirawat di rumah sakit. Perawatan yang diberikan rumah sakit mungkin termasuk:

    • Penggunaan selang pernapasan yang dimasukan ke bagian depan tenggorokan (trakeostomi) jika anak memiliki masalah pernapasan.
    • Obat untuk mengontrol kejang

    Ingat, komunikasikan dengan dokter mengenai risiko, manfaat, dan kemungkinan efek samping dari penggunaan obat-obatan tersebut. 

    Baca Juga: Mengapa Ibu Hamil Membutuhkan Vaksin Tetanus?

    Kapan Harus Ke Dokter?

    Apabila Anda tidak yakin apakah si Kecil telah mendapatkan vaksin tetanus atau belum melengkapi rangkaian vaksin tetanus, maka hubungi layanan kesehatan apabila anak Anda mengalami:

    • Gejala yang tidak membaik, atau memburuk
    • Timbul gejala baru

    Baca Juga: Bagaimana Mengatasi Efek Samping Vaksin DPT atau Sering Disebut KIPI

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Centers for Disease Control and Prevention. 2021. Tetanus and the Vaccine (Shot)
    2. Cdc.gov. 2021. Tetanus Vaccination | CDC
    3. Kidshealth.org. 2021. Tetanus (for Parents) – Nemours KidsHealth.
    4. Pccvi.com. 2021. When Should My Child Get a Tetanus Shot?.
    5. Urmc.rochester.edu. 2021. Tetanus in Children – Health Encyclopedia – University of Rochester Medical Center.
    Read More
  • Poliomeilitis atau yang dikenal sebagai polio, adalah salah satu jenis penyakit paling menular yang disebabkan virus polio. Mayoritas anak yang terinfeksi polio tidak menunjukan gejala, tetapi beberapa anak lainnya menderita gejala ringan. Ciri-ciri polio yang paling umum ditemukan adalah kerusakan sistem saraf yang menyebabkan kelumpuhan (lumpuh layu), dan pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan […]

    Kenali Ciri-ciri Si Kecil Menderita Polio, Apa Saja?

    Poliomeilitis atau yang dikenal sebagai polio, adalah salah satu jenis penyakit paling menular yang disebabkan virus polio. Mayoritas anak yang terinfeksi polio tidak menunjukan gejala, tetapi beberapa anak lainnya menderita gejala ringan. Ciri-ciri polio yang paling umum ditemukan adalah kerusakan sistem saraf yang menyebabkan kelumpuhan (lumpuh layu), dan pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan kesulitan bernapas hingga kematian. Sayangnya, masih banyak tanda lain yang belum diketahui orang tua. 

    Kenali Ciri-ciri Si Kecil Menderita Polio, Apa Saja

    Kenali Ciri-ciri Si Kecil Menderita Polio, Apa Saja?

    Penularan virus polio paling sering terjadi melalui kontak antara feses dan oral. Anak-anak akan mudah terinfeksi saat mereka tidak mencuci tangan dengan benar atau karena mengkonsumsi makan dan minuman yang telah terkontaminasi virus penyebab polio. Lendiri pernapasan juga mampu menyebarkan virus polio, yakni saat anak-anak menghirup udara yang tercemar oleh percikan liur atau bersin penderita polio.  Virus ini dapat dideteksi di tinja anak selama beberapa minggu. 

    Anak-anak cenderung berisiko tinggi terinfeksi polio saat mereka berada atau tinggal di daerah yang tinggi kasus polio. Biasanya virus ini banyak ditemukan di negara berkembang dengan angka kemiskinan tinggi dan akses yang kurang terhadap vaksin polio, seperti beberapa negara di Afrika dan Asia. 

    Apa Saja Gejala Polio Pada Anak?

    Virus polio biasanya memiliki masa inkubasi sekitar 3 – 6 hari, dan kemungkinan terjadi kelumpuhan dalam waktu 7 – 21 hari. Sekitar 90% anak yang menderita polio tidak menunjukan gejala sama sekali atau yang disebut sebagai infeksi yang tidak terlihat. Namun pada beberapa anak, infeksi virus polio dapat menunjukan beberapa gejala tergantung tingkat keparahan. Gejala infeksi polio ini terbagi menjadi tiga kategori, yakni:

    Poliomyelitis Abortif
    Yaitu infeksi polio ringan dan tidak menyebabkan kelumpuhan. Gejala tidak berlangsung lama, yang ditandai   dengan:

    • Demam hingga 39,4 derajat Celcius
    • Nafsu makan berkurang
    • Mual atau muntah
    • Sakit tenggorokan
    • Tidak enak badan
    • Sembelit
    • Nyeri perut

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Poliomyelitis Nonparalytic

    Kondisi ini dikategorikan sebagai penyakit ringan dan tidak menyebabkan kelumpuhan. Gejala umumnya tidak berlangsung lama. Namun, gejalanya mungkin akan lebih buruk dari poliomielitis abortif. Kemudian setelah gejala mulai menghilang, anak mungkin akan mengalami:

    • Nyeri otot di leher, batang tubuh, lengan, dan kaki
    • Kekakuan di leher dan di sepanjang tulang belakang
    • Peradangan selaput otak

    Baca Juga: Efek Samping Vaksin Polio yang Perlu Kamu Ketahui

    Poliomyelitis Paralytic

    Merupakan suatu jenis infeksi polio yang memiliki gejala seperti polio non paralitik dan abortif. Namun infeksi polio jenis ini juga dapat menimbulkan keluhan lain, sebagai berikut :

    • Kelemahan otot di seluruh tubuh
    • Sembelit parah
    • Kelumpuhan di kandung kemih
    • Pengecilan otot
    • Pernapasan melemah
    • Batuk lemah
    • Suara serak
    • Kesulitan menelan
    • Kelumpuhan otot yang mungkin permanen
    • Ngiler
    • Mudah kesal dan marah

    Baca Juga: Mengenal Penyakit Polio dan Vaksin untuk Mencegahnya

    Sindrom Pasca Polio

    Yakni sekumpulan gejala yang dapat melumpuhkan dan mempengaruhi orang selama bertahun-tahun setelah terinfeksi polio. Gejala yang muncul, yakni:

    • Kelelahan setelah aktivitas ringan
    • Atrofi menyusut dari jaringan otot
    • Nyeri sendi dan otot secara progresif
    • Sleep apnea atau gangguan pernapasan lainnya saat tidur
    • Perubahan suasana hati atau depresi
    • Kesulitan menelan
    • Sulit bernafas
    • Sulit berkonsentrasi
    • Penurunan toleransi terhadap suhu rendah dan cuaca dingin

    Penyakit polio aktif umumnya berlangsung selama dua minggu, namun kerusakan saraf akibat infeksi virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen atau berlangsung seumur hidup. Meski demikian sebagian besar anak yang mengalami kelumpuhan akan mendapatkan kembali sebagian kekuatannya seiring waktu, bahkan pada beberapa anak dapat kembali normal. 

    Baca Juga: Pilih yang Mana? Ini Beda Imunisasi Polio Tetes dan Suntik

    Pengobatan Polio Pada Anak

    Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk membantu kenyamanan dan proses pemulihan anak dari virus polio, antara lain:

    • Obat pereda nyeri 
    • Istirahat yang cukup hingga demam turun
    • Pola makan sehat 
    • Aktivitas fisik seminimal mungkin
    • Penggunaan bantalan pemanas untuk nyeri otot

    Pada kasus poliomyelitis paralytic, penderitanya dapat mengalami kelumpuhan permanen pada otot tertentu termasuk otot pernapasan dan otot kaki.

    Baca JugaKetahui Pentingnya Imunisasi Polio Suntik Untuk Bayi

    Pencegahan Poliomyelitis Pada Anak

    Pemberian vaksin adalah cara yang paling efektif dalam mencegah infeksi polio. Vaksinasi polio yang diberikan berkali kali dapat melindung anak terinfeksi penyakit polio seumur hidup. Penularan virus polio dapat dicegah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mendapatkan vaksinasi polio pada anak.

    Selain itu, pencegahan penularan ke orang lain melalui kontak langsung atau cipratan air liur. Untuk mencegahnya, gunakan masker bagi penderita yang tengah sakit maupun bagi orang yang sehat. Menjaga kebersihan lingkungan dan pembuangan air besar untuk mencegah kontak dengan feses penderita polio.

    Baca Juga: Tujuan Imunisasi Polio yang Perlu Diketahui

    Nah Sahabat Sehat, itulah berbagai ciri polio pada anak. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan. Poliomyelitis Penyakit Virus Polio.
    2. University of Rochester Medical Center. Poliomyelitis (Polio) in Children.
    3. Children’s Hospital of Philadelphia. Poliomyelitis (Polio) in Children.
    4. Childrens. Pediatric Polio.
    Read More
  • Sama-sama menimbulkan ruam. Namun ada perbedaan signifikan antara campak dengan cacar air. Penyebab dan cara mengobatinya juga berbeda. Ruam kemerahan pada anak sering kali membuat orang tua kebingungan. Penyebab ruam kemerahan pada anak, yakni campak maupun cacar air. Kedua penyakit ini sekilas mirip namun ternyata memiliki perbedaan yang cukup signifikan sehingga tatalaksana yang diberikan pun […]

    Berbeda! Ini 5 Perbedaan Campak dan Cacar Air pada Anak

    Sama-sama menimbulkan ruam. Namun ada perbedaan signifikan antara campak dengan cacar air. Penyebab dan cara mengobatinya juga berbeda.

    Berbeda! Ini 5 Perbedaan Campak dan Cacar Air pada Anak

    Berbeda! Ini 5 Perbedaan Campak dan Cacar Air pada Anak

    Ruam kemerahan pada anak sering kali membuat orang tua kebingungan. Penyebab ruam kemerahan pada anak, yakni campak maupun cacar air. Kedua penyakit ini sekilas mirip namun ternyata memiliki perbedaan yang cukup signifikan sehingga tatalaksana yang diberikan pun berbeda. Sahabat Sehat, mari kenali lebih lanjut mengenai perbedaan antara cacar air dan campak yang kerap dialami Si Kecil.

    Cacar Air

    Cacar air dapat mengakibatkan Si Kecil merasa tidak nyaman dan rewel. Cacar air merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus varicella-zoster.1 Cacar air dapat menyerang semua kelompok usia termasuk bayi yang baru lahir. Hampir 90% kasus cacar air diderita anak berusia dibawah 10 tahun, dan terbanyak pada rentang usia 5-9 tahun.
    Di Amerika serikat, sebelum diperkenalkan vaksinasi cacar air telah terjadi epidemi akibat cacar air pada setiap musim dingin dan musim semi hingga mencapai sekitar 4 juta kasus. Setelah adanya vaksinasi varisela pada tahun 2000, maka angka kejadian cacar air menurun sebanyak 71%-84%.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Penularan Cacar Air

    Penularan cacar air melalui kontak langsung dari lesi kulit atau ruam kemerahan yang berisi cairan, maupun melalui cairan dari saluran napas (bersin, lendir hidung) yang terjadi 24 sampai 48 jam sebelum timbulnya ruam sampai timbulnya keropeng, pada umumnya 5-7 hari setelah timbulnya ruam.

    Gejala Cacar Air

    Biasanya gejala yang timbul pada anak bersifat sangat ringan. Berikut ini gejala yang mungkin timbul apabila Si Kecil menderita cacar air, yakni:

    • Tidak enak badan yang berlangsung selama 1-2 hari sebelum timbulnya ruam kemerahan pada kulit Si Kecil.
    • Ruam kemerahan berisi cairan, terasa gatal dan biasanya terjadi pada kulit badan, wajah, ketiak, lengan atas dan paha serta didalam mulut
    • Demam
    • Menurunnya nafsu makan
    • Nyeri pada sendi
    • Batuk dan pilek seperti flu.

    Pasien dengan sistem imun yang lemah seperti penderita leukemia, sedang dalam pengobatan yang menurunkan sistem imun seperti pengobatan kemoterapi anti kanker, bayi baru lahir yang dilahirkan oleh seorang ibu yang sedang terkena cacar air, dan bayi prematur, termasuk dalam kategori beresiko menderita cacar air.

    Baca Juga: Komplikasi Akibat Campak Pada Anak dan Cara Mencegahnya

    Pencegahan Cacar Air

    Cacar air dapat dicegah dengan cara pemberian vaksinasi cacar air. Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, pemberian vaksin cacar air pada anak sebaiknya diberikan pada saat anak berusia 1 tahun keatas sebanyak 1 kali. Namun apabila vaksinasi varicella diberikan saat anak berusia diatas 13 tahun, maka pemberiannya dilakukan sebanyak 2 kali dengan jarak 4-8 minggu.

    Campak

    Campak disebut juga dengan measles, merupakan salah satu penyakit menular yang biasanya menyerang anak. Ditandai dengan ruam kemerahan namun tidak berisi cairan seperti ruam kemerahan yang terjadi pada cacar air. Si kecil yang belum mendapatkan imunisasi campak lebih berisiko untuk tertular penyakit ini.

    Baca Juga: Cegah Komplikasi Sakit Campak Pada Anak dengan Vaksinasi

    Gejala Campak Pada Anak

    Gejala awal penyakit ini biasanya terjadi 1-2 minggu setelah tertular virus. Gejala yang timbul seperti:

    • Mata merah, bengkak dan sensitif terhadap cahaya
    • Tanda menyerupai pilek (sakit tenggorokan, batuk kering dan pilek)
    • Bercak putih keabu-abuan di mulut dan tenggorokan 
    • Demam tinggi
    • Lemas
    • Tidak nafsu makan
    • Diare dan muntah-muntah
    • Ruam kemerahan yang timbul paling lambat 4 hari setelah gejala pertama muncul serta menetap selama 7 hari. Awalnya ruam kemerahan muncul dari belakang telinga, kemudian menyebar ke kepala dan leher hingga akhirnya menyebar keseluruh tubuh.

    Komplikasi Campak

    Campak dapat menyebabkan komplikasi yang cukup serius seperti diare, radang paru pneumonia, radang otak (ensefalitis), kebutaan, gizi buruk dan bahkan kematian.

    Pencegahan Campak

    Penyakit campak dapat dicegah dengan cara melakukan vaksinasi MR (Measles dan Rubella), yang diberikan pada anak usia 9 bulan, 18 bulan dan kelas 1 SD atau usia 6 tahun. Maupun diberikan vaksin gabungan MMR (Mumps, Measles, dan Rubella)  yang merupakan vaksin gabungan untuk mencegah campak, gondongan dan campak jerman yang diberikan sebanyak 2 kali pada anak berusia 12 bulan dan 5 tahun.

    Baca Juga: Yuk, Cari Tahu Perbedaan Campak dan Rubella

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai perbedaan cacar air dan campak yang kerap dialami Kecil. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Theresia T, Hadinegoro S. Terapi Asiklovir pada Anak dengan Varisela Tanpa Penyulit. Sari Pediatri, 11(6), p.440.
    2. Hopkins Medicine. Chickenpox in Children.
    3. Healthy Children. Varicella (Chickenpox).
    4. Centers for Disease Control and Prevention. Chickenpox for HCPs.
    5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Daftar Pertanyaan Seputar Imunisasi Campak/Measles dan Rubella (MR).
    6. RSUD Kota Bogor. Campak atau Measles.
    Read More
  • Mengenali tanda dan gejala meningitis pada anak sangat penting bagi orang tua. Lantas, apa saja tanda dan gejala meningitis pada anak? Meningitis adalah sebuah istilah untuk terjadinya radang pada selaput meninges yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini dapat dijumpai pada dewasa maupun anak-anak. Namun perlu diwaspadai karena peradangan pada selaput meninges dapat memberikan […]

    Tanda dan Gejala Meningitis Pada Anak yang Perlu Diwaspadai

    Mengenali tanda dan gejala meningitis pada anak sangat penting bagi orang tua. Lantas, apa saja tanda dan gejala meningitis pada anak?

    Tanda dan Gejala Meningitis Pada Anak yang Perlu Diwaspadai

    Tanda dan Gejala Meningitis Pada Anak yang Perlu Diwaspadai

    Meningitis adalah sebuah istilah untuk terjadinya radang pada selaput meninges yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini dapat dijumpai pada dewasa maupun anak-anak. Namun perlu diwaspadai karena peradangan pada selaput meninges dapat memberikan dampak yang buruk bagi otak, hingga efek samping yang berbahaya bila dibiarkan dalam jangka panjang.

    Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2015 dicatat bahwa meningitis merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak berusia dibawah 1 tahun.

    Penularan Meningitis Melalui Droplet

    Penyakit meningitis seringnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Beberapa contohnya adalah bakteri pneumokokus, meningokokus, M. tuberculosa, dan virus H. influenza.3,4 Infeksi ini terjadi dengan cara bakteri atau virus yang menginfeksi masuk melalui darah ke bagian cairan otak dan sumsum tulang (cairan serebrospinal).
    Penularan bakteri atau virus yang tersebut dapat terjadi bila terdapat kontak erat dengan penderita, memegang permukaan yang terdapat bakteri atau virus tersebut, dan droplet bersin atau batuk dari penderita.
    Selain itu, meningitis juga dapat disebabkan oleh jamur atau parasit pada anak dengan sistem imun yang lemah. Agar Sobat Sehat lebih waspada dengan penyakit meningitis ini khususnya pada anak, mari kita kenali tanda dan gejalanya. Berikut adalah beberapa tanda dan gejala dari penyakit meningitis:

    1. Demam tinggi dengan kaki tangan yang dingin
    2. Menangis nada tinggi atau merintih yang tidak seperti biasa
    3. Sensitif terhadap cahaya
    4. Tengkuk leher menjadi kaku
    5. Menjadi sangat rewel
    6. Lemas, sering tertidur dan sulit dibangunkan
    7. Sulit makan dan mual muntah
    8. Bercak-bercak ungu-kemerahan pada tubuh
    9. Terdapat benjolan lunak pada ujung kepala
    10. Kejang

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Bagaimana Dokter Mendiagnosa Meningitis?   

    Apabila Si Kecil mengalami beberapa dari tanda dan gejala yang disebutkan diatas, segera periksakan ia ke dokter. Sebelum dapat mendiagnosis meningitis, dokter akan menanyakan perjalanan dan riwayat penyakit kemudian melakukan pemeriksaan fisik.

    Tahap selanjutnya kemungkinan diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk dapat menegakan diagnosis. Pemeriksaan tersebut dapat berupa pemeriksaan darah, cairan cerebrospinal, CT scan ataupun MRI otak.3 Hal tersebut perlu dilakukan untuk menegakkan dan mengetahui penyebab dari meningitisnya karena pengobatan untuk masing-masing penyebab tentu berbeda.

    Baca Juga: 5 Gejala Meningitis pada Anak yang Kerap Tidak Disadari

    Dampak Jangka Panjang Meningitis

    Pengobatan secara umum untuk meningitis bertujuan untuk meredakan peradangan pada selaput meninges dan menyembuhkan infeksinya. Si Kecil mungkin memerlukan rawat inap dengan obat-obatan yang diberikan secara infus.

    Disarankan untuk memulai pengobatan segera untuk mencegah dampak buruk jangka panjang yang terjadi bila penyakit meningitis ini dibiarkan. Dampak yang dapat terjadi adalah kejang berulang, kerusakan pada otak, gangguan pendengaran, hingga disabilitas.

    Baca Juga: Penyebab Meningitis, Gejala dan Berbagai Cara Mencegahnya

    Meningitis Bisa Dicegah dengan Vaksin

    Kabar baiknya adalah penyakit meningitis dapat dicegah. Saat ini sudah terdapat vaksin anak yang bisa mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri dan virus penyebab meningitis. Beberapa vaksin yang telah ada yaitu vaksin influenza, vaksin pneumokokus, vaksin meningokokus.

    Sudahkah Si Kecil melengkapi vaksinasinya? Jika belum, segera jadwalkan imunisasinya bersama Prosehat. Pemberian vaksin influenza bisa diberikan pertama kali di usia 6 bulan, sedangkan vaksin pneumokokus (PCV) diberikan saat anak berusia 2, 4, dan 6 bulan beserta boosternya di rentang usia 12-15 bulan. Vaksin meningokokus sendiri diberikan ketika ia berusia 19 tahun ke atas.

    Jika Moms terlewat memberikan vaksin influenza dan PCV, anak masih bisa melakukan imunisasi kejar agar dapat melengkapinya. Moms bisa hubungi Chat Dokter Prosehat 24 jam untuk konsultasi jadwal imunisasinya.

    Baca Juga: Penyebab Infeksi Otak Meningitis dan Cara Mencegahnya

    Moms, meningitis merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan dampak buruk jangka panjang bahkan hingga kematian. Oleh karena penyebaran infeksi ini dapat terjadi dari kontak erat dengan penderita, maka anak-anak dan juga dewasa disarankan untuk melakukan vaksinasi. Yuk, lindungi diri dan anak-anak dari penyakit-penyakit menular.

    Jika Moms membutuhkan layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat. 

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Meningitis [Internet]. Who.int. 2021.
    2. Stanford Children’s Health [Internet]. Stanfordchildrens.org. 2021.
    3. Schaaf H, Seddon J. Management of tuberculous meningitis in children. Paediatrics and International Child Health. 2021;:1-6.
    4. Meningitis – Symptoms [Internet]. nhs.uk. 2021.
    Read More
  • Diare masih menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi pada balita. Seseorang dikatakan mengalami diare jika buang air besarnya memiliki konsistensi lembek atau cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam satu hari. Apabila menderita diare kurang dari 14 hari, penderita mengalami diare akut dan jika lebih dari 14 hari disebut dengan diare kronis atau […]

    Bolehkah Bayi Diberikan Susu Saat Diare? Cek Faktanya!

    Diare masih menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi pada balita. Seseorang dikatakan mengalami diare jika buang air besarnya memiliki konsistensi lembek atau cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam satu hari. Apabila menderita diare kurang dari 14 hari, penderita mengalami diare akut dan jika lebih dari 14 hari disebut dengan diare kronis atau persisten.

    Bolehkah Bayi Diberikan Susu Saat Diare Cek Faktanya!

    Bolehkah Bayi Diberikan Susu Saat Diare? Cek Faktanya!

    Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit dengan cepat. Pada saat bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk menyerap elektrolit yang diberikan. JIka anak sedang diare, bolehkah anak diberikan susu? Yuk simak ulasannya, Moms.

    Penyebab Diare Pada Anak

    Pada diare yang bersifat akut, biasanya disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

    • Virus
      Infeksi virus menjadi salah satu penyebab tersering terjadinya diare pada anak. rotavirus merupakan virus penyebab diare.
    • Bakteri
      Infeksi bakteri Salmonella, E. coli, Shigella, dan Clostridium spp. adalah beberapa jenis bakteri yang menyebabkan diare.
    • Keracunan makanan
      Gangguan pencernaan yang disebabkan oleh keracunan makanan biasanya tidak hanya diare saja, tetapi disertai dengan muntah hebat. Diare biasanya muncul dalam beberapa jam setelah makan makanan yang terkontaminasi. Hal ini disebabkan oleh racun dari kuman yang tumbuh dalam makanan yang dibiarkan terlalu lama. Biasanya, gejala hilang dalam waktu kurang dari 24 jam.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    • Infeksi parasit
      Infeksi parasit giardia dapat menjadi salah satu penyebab diare pada anak.
    • Sindrom traveler
      Diare yang disebabkan saat berkunjung ke daerah atau negara lain karena kontaminasi kuman dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.
    • Penggunaan antibiotik
      Beberapa antibiotik dapat memberikan efek samping diare ringan, hal ini bukan merupakan suatu reaksi alergi.
    • Penyakit serius
      Penyakit serius pada pencernaan seperti colitis dapat menjadi penyebab terjadinya diare pada anak.

    Baca Juga: Cegah Diare Anak Akibat Rotavirus dengan Vaksinasi

    Sedangkan pada diare kronis, atau diare yang berlangsung lebih dari 14 hari, biasanya disebabkan karena:

    • Alergi susu sapi

    Alergi terhadap susu sapi dapat menyebabkan tinja yang encer dan berlendir pada bayi, dan bisa disertai dengan darah. Biasanya alergi susu sapi terjadi pada 2 bulan pertama kehidupan Si Kecil.
    Oleh karena itu, disarankan bayi berusia kurang dari 6 bulan tetap mengkonsumsi ASI eksklusif dan menghindari susu formula sapi jika tidak diperlukan.

    • Diare balita (Toddler’s Diarrhea)

    Diare pada balita biasanya terjadi sebanyak 3-6 kali sehari dengan gejala dimulai saat usia anak 1 tahun, dan kemudian hilang saat usia anak 3-4 tahun setelah latihan menggunakan toilet (toilet training). Penyebabnya adalah waktu transit yang terlalu cepat dari perut ke anus. Apabila Si Kecil mengalami toddler’s diarrhea, kemungkinan akan berkembang menjadi gangguan pencernaan berupa iritasi usus besar (IBS) saat mereka dewasa kelak.

    • Intoleransi laktosa

    Laktosa adalah salah satu jenis gula yang dapat ditemukan di dalam susu. Banyak orang yang tidak dapat menyerap laktosa. Bakteri normal yang ada di dalam usus akan mengubah laktosa yang masuk ke dalam usus menjadi gas.

    Pada bayi yang mengalami intoleransi laktosa akan mempunyai gejala banyak gas, kembung dan tinja encer. Diare yang disebabkan karena intoleransi laktosa biasanya terjadi pada anak usia 4-5 tahun dan biasanya bersifat genetik.

    Baca Juga: Hati-Hati Diare Rotavirus Menyerang Anak Anda !

    Cairan Mencegah Dehidrasi

    Pada kasus ringan, dimana penyerapannya belum terlalu terganggu, berbagai cairan yang diberikan pada anak mencegah terjadinya dehidrasi. Kurang lebih, 10% anak yang diare mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan.

    Bayi dan anak yang lebih kecil akan lebih mudah mengalami dehidrasi dibandingkan dengan anak yang lebih besar dan dewasa. Oleh karena itu, mencegah dan mengatasi dehidrasi merupakan hal yang sangat penting dalam menangani diare pada anak.

    Cairan yang diutamakan saat diare adalah oralit atau oral rehydration salt. Selain itu juga diimbangi dengan asupan air putih seperti biasa. Anak juga bisa mendapatkan cairan dari kuah sup misalnya.

    Baca Juga: Imunisasi Rotavirus Mencegah Kematian Bayi Karena Diare

    Apakah Saat Si Kecil Diare Masih Diperbolehkan Minum Susu?

    Yang perlu dihindari dari diare adalah terjadinya dehidrasi, maka pemberian cairan yang banyak dapat menjadi solusi untuk memastikan kebutuhan cairan Si Kecil terpenuhi.
    Anak yang masih mengkonsumsi ASI (Air Susu Ibu) dapat diteruskan pemberian ASInya. Apabila penyebab diare disebabkan karena infeksi virus atau bakteri, tidak ada pantangan minum sehingga minum susu diperbolehkan.

    Namun, bila penyebab diare disebabkan karena alergi susu sapi dan intoleransi laktosa, maka pemberian susu sapi haruslah dihindari.

    Pemberian susu pada anak dengan alergi susu sapi dan intoleransi laktosa dapat menyebabkan diare semakin parah dan meningkatkan produksi gas dalam usus, sehingga akan menimbulkan sensasi begah, kembung dan semakin membuat si kecil tidak nyaman. Jika anak benar-benar ingin minum susu maka dapat diberikan susu rendah lemak, susu bebas laktosa atau susu kedelai.

    Nah Moms, jadi anak masih boleh mengonsumsi susu walaupun ia sedang diare dengan catatan diarenya tidak disebabkan oleh alergi susu sapi maupun intoleransi laktosa. Selain susu, anak juga sebaiknya diberikan oralit dan air putih ya, Moms. Untuk memastikan penyebab diare si Kecil, Moms perlu berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter sehingga si Kecil mendapatkan pengobatan yang terarah.

    Tahukah Moms bahwa diare yang disebabkan oleh virus juga bisa dicegah melalui vaksinasi? Ya, diare jenis ini bisa dicegah dengan vaksin rotavirus. Vaksin ini akan membentuk kekebalan tubuh terhadap rotavirus sehingga menurunkan risiko penularan dan sakit berat atau komplikasi jika terinfeksi.

    Baca Juga: Orang Tua Wajib Tahu, 9 Tanda Anak Dehidrasi Karena Diare

    Yuk segera jadwalkan vaksinasi rotavirus buat si Kecil jika ia belum mendapatkannya. Prosehat memiliki layanan vaksinasi di klinik Prosehat di Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat, juga layanan ke rumah untuk kenyamanan Moms dan si Kecil.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia D
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Sehat Negeriku. 2017. Kenali Diare pada Anak dan Cara Pencegahannya
    2. Idai.or.id. 2014. IDAI | Bagaimana Menangani Diare pada Anak
    3. Pediatricweb.com. 2021. 
    4. Afifa, F., 2021. Minum susu saat diare boleh ngga ya? ini penjelasan dari Dokter Anak! | theAsianparent Indonesia.
    5. E. Grayson Mathis, MD, C., 2021. Finding the Best Drink When Your Child Has Diarrhea.
    Read More
  • Imunisasi tidak hanya melindungi anak, tetapi juga orangtua dan orang sekitar. Lalu Apa dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi? Badan Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah Indonesia, dan sejumlah organisasi kesehatan di Indonesia setuju bahwa pemberian imunisasi anak sangat diperlukan untuk melindungi Si Kecil dari sejumlah penyakit menular.1Manfaat imunisasi diketahui lebih besar dibanding risikonya sehingga […]

    Apa Saja Dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi?

    Imunisasi tidak hanya melindungi anak, tetapi juga orangtua dan orang sekitar. Lalu Apa dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi?

    Apa Saja Dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi

    Apa Saja Dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi?

    Badan Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah Indonesia, dan sejumlah organisasi kesehatan di Indonesia setuju bahwa pemberian imunisasi anak sangat diperlukan untuk melindungi Si Kecil dari sejumlah penyakit menular.1Manfaat imunisasi diketahui lebih besar dibanding risikonya sehingga membuat imunisasi menjadi salah satu program pemerintah.

    Sayangnya, tidak semua anak Indonesia mendapatkan imunisasi oleh karena berbagai alasan. Baik alasan agama, misinformasi dari media (hoax), kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan, hingga keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan. Lalu bagaimana dampaknya bagi anak?

    Cara Kerja Vaksin

    Setiap manusia pada dasarnya terlahir dengan sistem kekebalan tubuh alami sejak dalam kandungan. Namun, karena sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, anak menjadi lebih rentan tertular kuman dan sakit. Risiko akan komplikasinya pun juga jadi meningkat.

    Vaksin mengandung materi genetik dari kuman yang sudah dilemahkan. Setelah vaksin dimasukkan ke dalam tubuh, anak tidak akan menjadi sakit karena paparan kuman tersebut. Justru, tubuhnya akan mengenali dan membentuk ingatan agar dapat melindunginya jika suatu saat terpapar kembali.

    Saat ini ada 7 jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah, yaitu: hepatitis B, polio, BCG, campak-rubella, DPT, HiB, dan HPV. Penyelenggaraan ketujuh jenis imunisasi ini dilakukan di fasilitas layanan kesehatan pemerintah seperti Puskesmas dan rumah sakit daerah, juga sekolah dasar. 

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Bagaimana Jika Anak Tidak Diimunisasi

    Imunisasi memang tidak menjamin 100% bahwa seseorang tidak akan terjangkit suatu penyakit. Tetapi, imunisasi mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan resikonya. Pada anak yang sudah diimunisasi, gejala yang dialaminya akan jauh lebih ringan sehingga penanganannya pun menjadi lebih mudah.

    Berikut ini resiko bila si kecil tidak diimunisasi :

    1. Sistem kekebalan tubuh tidak cukup kuat dalam menghadapi penyakit

    Respon tubuh terhadap kuman yang dilemahkan (vaksin) dan kuman yang aktif (penyakit) akan berbeda, dipengaruhi juga oleh kondisi kesehatan sang anak. Pada anak yang tidak menerima imunisasi, tubuhnya harus bekerja lebih keras dalam mengenali dan melawan kuman sehingga dapat menimbulkan gejala yang lebih berat dibanding anak yang sudah divaksin.  

    2. Risiko komplikasi penyakit lebih besar

    Anak yang tidak diimunisasi memiliki resiko lebih tinggi mengalami komplikasi yang menyebabkan sakit berat, kecacatan, bahkan kematian.

    Baca Juga: Kenali Berbagai Jenis Imunisasi Pneumonia

    3. Membahayakan anak atau orang lain disekitarnya

    Kasus penyakit menular di kalangan kelompok rentan dapat berkembang menjadi wabah di masyarakat. Contohnya, pada saat pandemi Covid-19, angka cakupan imunisasi anak turun secara drastis sehingga menyebabkan wabah campak pada sebagian daerah Indonesia. Jika tidak ditangani dengan cepat melalui program imunisasi kejar, penyakit menular lainnya juga dapat mewabah kembali.

    4. Penurunan kualitas hidup

    Salah satu risiko dari sakit adalah timbulnya komplikasi. Komplikasi bisa mengakibatkan disabilitas atau cacat menetap. Contohnya, virus campak dapat menyebabkan komplikasi kebutaan, atau virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan cacat permanen.

    5. Resiko penurunan harapan hidup

    Vaksinasi yang tidak lengkap akan menyumbang kepada penurunan angka harapan hidup. Data menunjukkan bahwa anak yang tidak menerima imunisasi lengkap akan mudah tertular berbagai penyakit saat masih kanak-kanak, sehingga angka harapan hidupnya menurun.

    Nah Sahabat Sehat, itulah beberapa dampak yang dapat dialami anak jika ia tidak diimunisasi. Imunisasi adalah langkah tepat, aman, dan efektif untuk melindungi buah hati dan merupakan investasi kesehatan baginya di masa depan. Ayo Moms, segera lengkapi imunisasi anak Anda sebagai bentuk kasih sayang.

    Baca Juga: Guru dan Pengasuh Daycare Perlu Vaksin Flu Sebelum Sekolah Tatap Muka

    Prosehat melayani imunisasi anak yang bisa dilakukan di Klinik Prosehat di Grand Wisata Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat, atau di rumah untuk kenyamanan dan kemudahan Sahabat Sehat. Tidak saja bagi anak, Prosehat juga melayani vaksinasi dewasa. Jadi, orang tua dan anak bisa bersama-sama terlindungi.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia D
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Soedjatmiko, S., et al. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Tahun 2020.
    2. IDAI.Imunisasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya.
    3. UNICEF 7 konsekuensi dan risiko jika anak tidak mendapatkan imunisasi rutin.
    4. CDC. If you choose not to vaccinate your child, understand the risk and responsibilities.
    Read More
Chat Asisten Maya
di Prosehat.com