Telp / WhatsApp : 0811-1816-800

Archive for Category: Imunisasi

Showing 1–10 of 130 results

  • Setelah beberapa minggu libur panjang, mungkin rasanya berat untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Orang tua kembali dengan pekerjaannya, sedangkan anak-anak memulai tahun ajaran baru. Tapi, harus tetap semangat ya, Sahabat Sehat! Dengan terus meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia dan tetap adanya risiko penularan jenis penyakit lainnya yang tidak kalah serius, ada baiknya jika anak-anak sudah […]

    Apa Saja Vaksin Yang Penting Sebelum Mulai Sekolah?

    Setelah beberapa minggu libur panjang, mungkin rasanya berat untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Orang tua kembali dengan pekerjaannya, sedangkan anak-anak memulai tahun ajaran baru. Tapi, harus tetap semangat ya, Sahabat Sehat!

    Apa Saja Vaksin Yang Penting Sebelum Mulai Sekolah

    Apa Saja Vaksin Sebelum Mulai Sekolah Yang Penting?

    Dengan terus meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia dan tetap adanya risiko penularan jenis penyakit lainnya yang tidak kalah serius, ada baiknya jika anak-anak sudah melengkapi vaksin sebelum mulai sekolah, sesuai dengan kebutuhan usianya. Maka, ketika ia kembali bertemu rutin dengan banyak orang di sekolah, tubuhnya sudah memiliki kekebalan yang optimal.

    Apa saja vaksin yang disarankan? Mari simak ulasannya.

    Keutamaan vaksinasi

    Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin berisikan virus atau bakteri yang dilemahkan dalam rangka menimbulkan atau meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga, ketika ia suatu hari terpapar dengan kuman tersebut, tubuhnya sudah mengenali dan siap melawan serta melindungi.

    Kegiatan vaksinasi dinilai sangat besar manfaat dan efektivitasnya sehingga ditetapkan sebagai salah satu program kesehatan nasional. Sayangnya, belum semua jenis vaksin digratiskan oleh pemerintah sehingga orang tua harus aktif mencari layanan vaksinasi secara mandiri.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Vaksin untuk anak TK dan SD

    Anak-anak adalah kelompok yang rentan terserang penyakit karena kekebalan tubuhnya belum sepenuhnya terbentuk. Maka, peran vaksinasi menjadi besar baginya dalam mencegah penularan dan menurunkan risiko terjadinya sakit berat serta komplikasi.

    Vaksinasi bagi anak TK hingga SD, yaitu kisaran usia 4-12 tahun, umumnya adalah vaksinasi booster atau vaksinasi penguat. Karena, vaksinasi primer (dasar/ utama) sudah dilakukan saat usia 0-24 bulan. Berikut jenis vaksinasi yang disarankan:

    • Usia 4 tahun: vaksin influenza setiap 1 tahun sekali.
    • Usia 6-7 tahun: vaksin DTP (difteri, tetanus, pertusis) 1 kali, influenza setiap 1 tahun sekali, MR/ MMR 1 kali, dan tifoid setiap 3 tahun sekali.
    • Usia 9-12 tahun: vaksin HPV primer 2 kali, Td/Tdap (tetanus difter/ tetanus, difteri, pertusis) 1 kali, influenza setiap 1 tahun sekali, 

     

    Baca Juga: 10 Tips Persiapan Hari Pertama Sekolah Anak

    Vaksin untuk anak SMP dan SMA

    Pada usia remaja, jenis vaksin sebelum mulai sekolah yang diperlukan tidak lagi sebanyak saat usia dini. Namun, jika anak belum melengkapi vaksinasi sesuai jadwalnya, ia memiliki kesempatan untuk melakukan catch up immunization atau imunisasi kejar.

    Untuk usia 13-18 tahun, jenis vaksinasi yang direkomendasikan adalah:

    • Td/Tdap jika belum dilengkapi saat SD, 1 kali.
    • Influenza setiap 1 tahun sekali.
    • Tifoid setiap 3 tahun sekali.
    • HPV 2-3 kali jika belum dilakukan saat SD.

    Baca Juga: Apa Saja Dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi?

    Influenza vs Common Cold

    Jika dilihat dari rekomendasi vaksinasi di atas, bisa dilihat bahwa vaksin influenza rutin dilakukan setiap satu tahun sekali. Hal ini dilakukan karena virus flu mudah bermutasi sehingga selalu dilakukan pemutakhiran vaksin. Penyakit influenza sering diremehkan karena dianggap hanya penyakit pilek. Tapi, sebenarnya penyakit ini berbeda dari penyakit pilek biasa yang disebut selesma atau common cold. Pada selesma, gejala pilek dan sakit tenggorokan lebih menonjol.

    Dari segi gejala, virus influenza umumnya menyebabkan demam, meriang, sakit kepala, dan rasa yang tidak nyaman di dada seperti sesak nafas atau nafas terasa berat. Jika penderita memiliki penyakit komorbid seperti penyakit jantung dan asma, infeksi virus influenza bisa menyebabkan penyakit tersebut kambuh atau memberat. Komplikasi lainnya termasuk pneumonia atau paru-paru basah.

    Jadi, walau angka kesembuhannya tinggi, jangan anggap remeh penyakit ini ya, Sahabat Sehat. Berikan perlindungan yang terbaik bagi tubuh.

    Baca Juga: 5 Cara Melindungi Anak Dari Bullying Teman di Sekolahnya

    Vaksinasi di Prosehat

    Layanan vaksinasi adalah salah satu layanan unggulan dari Prosehat. Turut mendukung program vaksinasi, Prosehat berharap semakin banyak masyarakat Indonesia yang terpenuhi kebutuhan vaksinasinya dan tercipta herd immunity.

    Bagi Sahabat Sehat yang ingin melakukan vaksin sebelum mulai sekolah, Anda bisa memesan layanan ini melalui Chat Asisten Kesehatan Maya atau melalui website Prosehat. Layanan ini bisa dilakukan di Klinik Prosehat di Grand Wisata Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat, atau di rumah untuk kenyamanan dan kemudahan Anda dan anak-anak. Layanan vaksinasi Prosehat juga tersedia di berbagai kota di Indonesia.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokterlayanan vaksinasiimunisasi anaklayanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratoriummultivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam.

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Nurul Larasati

     

    Referensi

    1. CDC. Cold Versus Flu. 2021.
    2. IDAI. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. 2020.
    Read More
  • Vaksinasi tetanus untuk anak penting untuk diberikan, Jangan anggap sepele saat SiKecil terluka. kapan waktu yang tepat vaksinasi tetanus? Jangan anggap sepele saat Si Kecil terluka. Pasalnya, anak-anak belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang sempurna layaknya orang dewasa. Inilah sebabnya anak yang terluka sangat rentan terhadap serangan infeksi, terutama infeksi tetanus. Sahabat Sehat, apa itu […]

    Kapan Waktu yang Tepat Vaksinasi Tetanus Untuk Anak?

    Vaksinasi tetanus untuk anak penting untuk diberikan, Jangan anggap sepele saat SiKecil terluka. kapan waktu yang tepat vaksinasi tetanus?

    Kapan Waktu yang Tepat Vaksinasi Tetanus Untuk Anak

    Kapan Waktu yang Tepat Vaksinasi Tetanus Untuk Anak?

    Jangan anggap sepele saat Si Kecil terluka. Pasalnya, anak-anak belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang sempurna layaknya orang dewasa. Inilah sebabnya anak yang terluka sangat rentan terhadap serangan infeksi, terutama infeksi tetanus. Sahabat Sehat, apa itu tetanus ? Mari simak penjelasan berikut.

    Apa Itu Tetanus ?

    Tetanus adalah penyakit infeksi bakteri Clostridium tetani yang masuk kedalam tubuh manusia melalui luka terbuka. Racun akibat bakteri ini dapat mempengaruhi otot dan saraf tubuh, seperti kejang otot, spasmus, dan kekakuan otot-otot yang menyebabkan tulang belakang tampak melengkung. Bahkan pada kasus yang berat, tetanus dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini tidak menular dan dapat dicegah dengan pemberian vaksin. 

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Bagaimana Cara Penularan Tetanus?

    Tetanus berkaitan dengan luka yang diakibatkan tertusuk paku berkarat. Namun perlu diketahui bahwa bakteri penyebab tetanus tidak hanya terdapat pada logam berkarat, namun juga dapat ditemui di tanah dan kotoran.
    Saat bakteri Clostridium tetani bersentuhan dengan luka atau lubang di kulit, bakteri tersebut akan mudah berkembang hingga dapat menyebabkan infeksi serius pada tubuh. Oleh sebab itu, semua anak dianjurkan menerima vaksinasi tetanus sebagai langkah pencegahan.

    Baca Juga: Pentingnya Vaksin Tetanus Setelah Luka Akibat Benda Tajam

    Kapan Waktu yang Tepat Vaksinasi Tetanus Untuk Si Kecil?

    Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), anak-anak direkomendasikan untuk mendapatkan 5 suntikan DTaP (atau disebut juga vaksin DPT). Suntikan DTaP adalah vaksin kombinasi yang mampu melindungi anak dari 3 penyakit, yakni difteri, tetanus, dan pertussis. Berikut ketentuannya pemberian vaksin untuk mencegah infeksi difteri, tetanus dan pertussis (DPT):

    • 3 suntikan pertama di berikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
    • Suntikan keempat diberikan pada usia antara 15 dan 18 bulan.
    • Suntikan kelima diberikan pada usia 4 hingga 6 tahun.
    • Suntikan booster Tdap harus diberikan saat anak berusia 11 atau 12 tahun pada jadwal pemeriksaan rutin. Booster Tdap juga dapat melindungi anak dari infeksi tetanus, difteri, dan pertusis. 
    • Remaja dan dan wanita hamil juga perlu mendapatkan booster Tdap antara pekan ke 27 dan 36 setiap kehamilan untuk meningkatkan perlindungan bagi bayi mereka saat lahir. 

    Baca Juga: Fakta Seputar Tetanus Pada Anak

    Anak yang Berisiko Terinfeksi Tetanus

    Seorang anak lebih berisiko terkena tetanus apabila belum mendapatkan vaksin tetanus dan mengalami cedera kulit di bagian tubuh dimana bakteri penyebab tetanus mungkin akan lebih aktif. Bakteri tetanus akan masuk ke tubuh melalui luka di kulit, termasuk:

    • Tusukan, luka, atau luka pada kulit
    • Luka bakar
    • Gigitan binatang

    Gejala Tetanus pada Anak

    Saat anak terpapar bakteri tetanus, mungkin membutuhkan 3 hingga 21 hari masa inkubasi untuk gejalanya muncul. Pada bayi, gejala mungkin akan muncul dalam rentan waktu 3 hingga 14 hari. 

    Gejala tetanus pada anak yang paling umum meliputi:

    • Kekakuan rahang (lockjaw)
    • Kekakuan otot perut dan punggung
    • Kontraksi (pengencangan) otot-otot wajah
    • Kejang
    • Detak jantung cepat
    • Demam
    • Berkeringat
    • Kejang otot yang menyakitkan di sekitar area luka. Saat kejang ini mulai mempengaruhi laring atau dada, anak mungkin akan kesulitan bernapas atau bahkan tidak dapat bernapas.
    • Kesulitan menelan

    Tetanus memiliki gejala yang mirip dengan gangguan kesehatan lainnya. Jika, tidak segera diobati tetanus mungkin akan mengancam jiwa. Untuk itu, pastikan untuk segera membawa anak Anda ke dokter jika mengalami gejala-gejala diatas. 

    Baca Juga: Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Si Kecil Di Vaksin DPT

    Pengobatan Tetanus pada Anak

    Perawatan terhadap penyakit ini akan disesuaikan dengan gejala, usia, dan kondisi kesehatan anak secara umum. Selain itu, pengobatan yang diberikan juga tergantung pada seberapa cepat paparan terjadi atau tingkat keparahan infeksi. Pengobatan ini bertujuan untuk mengurangi adanya risiko tetanus setelah cedera atau terluka. Perawatan yang dapat dilakukan meliputi:

    • Membersihkan luka kulit
    • Memberikan serangkaian suntikan antitoksin tetanus
    • Penggunaan obat antibiotic

    Sedangkan pada kasus yang lebih parah, anak Anda mungkin perlu dirawat di rumah sakit. Perawatan yang diberikan rumah sakit mungkin termasuk:

    • Penggunaan selang pernapasan yang dimasukan ke bagian depan tenggorokan (trakeostomi) jika anak memiliki masalah pernapasan.
    • Obat untuk mengontrol kejang

    Ingat, komunikasikan dengan dokter mengenai risiko, manfaat, dan kemungkinan efek samping dari penggunaan obat-obatan tersebut. 

    Baca Juga: Mengapa Ibu Hamil Membutuhkan Vaksin Tetanus?

    Kapan Harus Ke Dokter?

    Apabila Anda tidak yakin apakah si Kecil telah mendapatkan vaksin tetanus atau belum melengkapi rangkaian vaksin tetanus, maka hubungi layanan kesehatan apabila anak Anda mengalami:

    • Gejala yang tidak membaik, atau memburuk
    • Timbul gejala baru

    Baca Juga: Bagaimana Mengatasi Efek Samping Vaksin DPT atau Sering Disebut KIPI

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Centers for Disease Control and Prevention. 2021. Tetanus and the Vaccine (Shot)
    2. Cdc.gov. 2021. Tetanus Vaccination | CDC
    3. Kidshealth.org. 2021. Tetanus (for Parents) – Nemours KidsHealth.
    4. Pccvi.com. 2021. When Should My Child Get a Tetanus Shot?.
    5. Urmc.rochester.edu. 2021. Tetanus in Children – Health Encyclopedia – University of Rochester Medical Center.
    Read More
  • Diare masih menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi pada balita. Seseorang dikatakan mengalami diare jika buang air besarnya memiliki konsistensi lembek atau cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam satu hari. Apabila menderita diare kurang dari 14 hari, penderita mengalami diare akut dan jika lebih dari 14 hari disebut dengan diare kronis atau […]

    Bolehkah Bayi Diberikan Susu Saat Diare? Cek Faktanya!

    Diare masih menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi pada balita. Seseorang dikatakan mengalami diare jika buang air besarnya memiliki konsistensi lembek atau cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam satu hari. Apabila menderita diare kurang dari 14 hari, penderita mengalami diare akut dan jika lebih dari 14 hari disebut dengan diare kronis atau persisten.

    Bolehkah Bayi Diberikan Susu Saat Diare Cek Faktanya!

    Bolehkah Bayi Diberikan Susu Saat Diare? Cek Faktanya!

    Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit dengan cepat. Pada saat bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk menyerap elektrolit yang diberikan. JIka anak sedang diare, bolehkah anak diberikan susu? Yuk simak ulasannya, Moms.

    Penyebab Diare Pada Anak

    Pada diare yang bersifat akut, biasanya disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

    • Virus
      Infeksi virus menjadi salah satu penyebab tersering terjadinya diare pada anak. rotavirus merupakan virus penyebab diare.
    • Bakteri
      Infeksi bakteri Salmonella, E. coli, Shigella, dan Clostridium spp. adalah beberapa jenis bakteri yang menyebabkan diare.
    • Keracunan makanan
      Gangguan pencernaan yang disebabkan oleh keracunan makanan biasanya tidak hanya diare saja, tetapi disertai dengan muntah hebat. Diare biasanya muncul dalam beberapa jam setelah makan makanan yang terkontaminasi. Hal ini disebabkan oleh racun dari kuman yang tumbuh dalam makanan yang dibiarkan terlalu lama. Biasanya, gejala hilang dalam waktu kurang dari 24 jam.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    • Infeksi parasit
      Infeksi parasit giardia dapat menjadi salah satu penyebab diare pada anak.
    • Sindrom traveler
      Diare yang disebabkan saat berkunjung ke daerah atau negara lain karena kontaminasi kuman dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.
    • Penggunaan antibiotik
      Beberapa antibiotik dapat memberikan efek samping diare ringan, hal ini bukan merupakan suatu reaksi alergi.
    • Penyakit serius
      Penyakit serius pada pencernaan seperti colitis dapat menjadi penyebab terjadinya diare pada anak.

    Baca Juga: Cegah Diare Anak Akibat Rotavirus dengan Vaksinasi

    Sedangkan pada diare kronis, atau diare yang berlangsung lebih dari 14 hari, biasanya disebabkan karena:

    • Alergi susu sapi

    Alergi terhadap susu sapi dapat menyebabkan tinja yang encer dan berlendir pada bayi, dan bisa disertai dengan darah. Biasanya alergi susu sapi terjadi pada 2 bulan pertama kehidupan Si Kecil.
    Oleh karena itu, disarankan bayi berusia kurang dari 6 bulan tetap mengkonsumsi ASI eksklusif dan menghindari susu formula sapi jika tidak diperlukan.

    • Diare balita (Toddler’s Diarrhea)

    Diare pada balita biasanya terjadi sebanyak 3-6 kali sehari dengan gejala dimulai saat usia anak 1 tahun, dan kemudian hilang saat usia anak 3-4 tahun setelah latihan menggunakan toilet (toilet training). Penyebabnya adalah waktu transit yang terlalu cepat dari perut ke anus. Apabila Si Kecil mengalami toddler’s diarrhea, kemungkinan akan berkembang menjadi gangguan pencernaan berupa iritasi usus besar (IBS) saat mereka dewasa kelak.

    • Intoleransi laktosa

    Laktosa adalah salah satu jenis gula yang dapat ditemukan di dalam susu. Banyak orang yang tidak dapat menyerap laktosa. Bakteri normal yang ada di dalam usus akan mengubah laktosa yang masuk ke dalam usus menjadi gas.

    Pada bayi yang mengalami intoleransi laktosa akan mempunyai gejala banyak gas, kembung dan tinja encer. Diare yang disebabkan karena intoleransi laktosa biasanya terjadi pada anak usia 4-5 tahun dan biasanya bersifat genetik.

    Baca Juga: Hati-Hati Diare Rotavirus Menyerang Anak Anda !

    Cairan Mencegah Dehidrasi

    Pada kasus ringan, dimana penyerapannya belum terlalu terganggu, berbagai cairan yang diberikan pada anak mencegah terjadinya dehidrasi. Kurang lebih, 10% anak yang diare mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan.

    Bayi dan anak yang lebih kecil akan lebih mudah mengalami dehidrasi dibandingkan dengan anak yang lebih besar dan dewasa. Oleh karena itu, mencegah dan mengatasi dehidrasi merupakan hal yang sangat penting dalam menangani diare pada anak.

    Cairan yang diutamakan saat diare adalah oralit atau oral rehydration salt. Selain itu juga diimbangi dengan asupan air putih seperti biasa. Anak juga bisa mendapatkan cairan dari kuah sup misalnya.

    Baca Juga: Imunisasi Rotavirus Mencegah Kematian Bayi Karena Diare

    Apakah Saat Si Kecil Diare Masih Diperbolehkan Minum Susu?

    Yang perlu dihindari dari diare adalah terjadinya dehidrasi, maka pemberian cairan yang banyak dapat menjadi solusi untuk memastikan kebutuhan cairan Si Kecil terpenuhi.
    Anak yang masih mengkonsumsi ASI (Air Susu Ibu) dapat diteruskan pemberian ASInya. Apabila penyebab diare disebabkan karena infeksi virus atau bakteri, tidak ada pantangan minum sehingga minum susu diperbolehkan.

    Namun, bila penyebab diare disebabkan karena alergi susu sapi dan intoleransi laktosa, maka pemberian susu sapi haruslah dihindari.

    Pemberian susu pada anak dengan alergi susu sapi dan intoleransi laktosa dapat menyebabkan diare semakin parah dan meningkatkan produksi gas dalam usus, sehingga akan menimbulkan sensasi begah, kembung dan semakin membuat si kecil tidak nyaman. Jika anak benar-benar ingin minum susu maka dapat diberikan susu rendah lemak, susu bebas laktosa atau susu kedelai.

    Nah Moms, jadi anak masih boleh mengonsumsi susu walaupun ia sedang diare dengan catatan diarenya tidak disebabkan oleh alergi susu sapi maupun intoleransi laktosa. Selain susu, anak juga sebaiknya diberikan oralit dan air putih ya, Moms. Untuk memastikan penyebab diare si Kecil, Moms perlu berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter sehingga si Kecil mendapatkan pengobatan yang terarah.

    Tahukah Moms bahwa diare yang disebabkan oleh virus juga bisa dicegah melalui vaksinasi? Ya, diare jenis ini bisa dicegah dengan vaksin rotavirus. Vaksin ini akan membentuk kekebalan tubuh terhadap rotavirus sehingga menurunkan risiko penularan dan sakit berat atau komplikasi jika terinfeksi.

    Baca Juga: Orang Tua Wajib Tahu, 9 Tanda Anak Dehidrasi Karena Diare

    Yuk segera jadwalkan vaksinasi rotavirus buat si Kecil jika ia belum mendapatkannya. Prosehat memiliki layanan vaksinasi di klinik Prosehat di Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat, juga layanan ke rumah untuk kenyamanan Moms dan si Kecil.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia D
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Sehat Negeriku. 2017. Kenali Diare pada Anak dan Cara Pencegahannya
    2. Idai.or.id. 2014. IDAI | Bagaimana Menangani Diare pada Anak
    3. Pediatricweb.com. 2021. 
    4. Afifa, F., 2021. Minum susu saat diare boleh ngga ya? ini penjelasan dari Dokter Anak! | theAsianparent Indonesia.
    5. E. Grayson Mathis, MD, C., 2021. Finding the Best Drink When Your Child Has Diarrhea.
    Read More
  • Imunisasi tidak hanya melindungi anak, tetapi juga orangtua dan orang sekitar. Lalu Apa dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi? Badan Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah Indonesia, dan sejumlah organisasi kesehatan di Indonesia setuju bahwa pemberian imunisasi anak sangat diperlukan untuk melindungi Si Kecil dari sejumlah penyakit menular.1Manfaat imunisasi diketahui lebih besar dibanding risikonya sehingga […]

    Apa Saja Dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi?

    Imunisasi tidak hanya melindungi anak, tetapi juga orangtua dan orang sekitar. Lalu Apa dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi?

    Apa Saja Dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi

    Apa Saja Dampak Negatif Pada Anak yang Tidak di Imunisasi?

    Badan Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah Indonesia, dan sejumlah organisasi kesehatan di Indonesia setuju bahwa pemberian imunisasi anak sangat diperlukan untuk melindungi Si Kecil dari sejumlah penyakit menular.1Manfaat imunisasi diketahui lebih besar dibanding risikonya sehingga membuat imunisasi menjadi salah satu program pemerintah.

    Sayangnya, tidak semua anak Indonesia mendapatkan imunisasi oleh karena berbagai alasan. Baik alasan agama, misinformasi dari media (hoax), kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan, hingga keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan. Lalu bagaimana dampaknya bagi anak?

    Cara Kerja Vaksin

    Setiap manusia pada dasarnya terlahir dengan sistem kekebalan tubuh alami sejak dalam kandungan. Namun, karena sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, anak menjadi lebih rentan tertular kuman dan sakit. Risiko akan komplikasinya pun juga jadi meningkat.

    Vaksin mengandung materi genetik dari kuman yang sudah dilemahkan. Setelah vaksin dimasukkan ke dalam tubuh, anak tidak akan menjadi sakit karena paparan kuman tersebut. Justru, tubuhnya akan mengenali dan membentuk ingatan agar dapat melindunginya jika suatu saat terpapar kembali.

    Saat ini ada 7 jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah, yaitu: hepatitis B, polio, BCG, campak-rubella, DPT, HiB, dan HPV. Penyelenggaraan ketujuh jenis imunisasi ini dilakukan di fasilitas layanan kesehatan pemerintah seperti Puskesmas dan rumah sakit daerah, juga sekolah dasar. 

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Bagaimana Jika Anak Tidak Diimunisasi

    Imunisasi memang tidak menjamin 100% bahwa seseorang tidak akan terjangkit suatu penyakit. Tetapi, imunisasi mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan resikonya. Pada anak yang sudah diimunisasi, gejala yang dialaminya akan jauh lebih ringan sehingga penanganannya pun menjadi lebih mudah.

    Berikut ini resiko bila si kecil tidak diimunisasi :

    1. Sistem kekebalan tubuh tidak cukup kuat dalam menghadapi penyakit

    Respon tubuh terhadap kuman yang dilemahkan (vaksin) dan kuman yang aktif (penyakit) akan berbeda, dipengaruhi juga oleh kondisi kesehatan sang anak. Pada anak yang tidak menerima imunisasi, tubuhnya harus bekerja lebih keras dalam mengenali dan melawan kuman sehingga dapat menimbulkan gejala yang lebih berat dibanding anak yang sudah divaksin.  

    2. Risiko komplikasi penyakit lebih besar

    Anak yang tidak diimunisasi memiliki resiko lebih tinggi mengalami komplikasi yang menyebabkan sakit berat, kecacatan, bahkan kematian.

    Baca Juga: Kenali Berbagai Jenis Imunisasi Pneumonia

    3. Membahayakan anak atau orang lain disekitarnya

    Kasus penyakit menular di kalangan kelompok rentan dapat berkembang menjadi wabah di masyarakat. Contohnya, pada saat pandemi Covid-19, angka cakupan imunisasi anak turun secara drastis sehingga menyebabkan wabah campak pada sebagian daerah Indonesia. Jika tidak ditangani dengan cepat melalui program imunisasi kejar, penyakit menular lainnya juga dapat mewabah kembali.

    4. Penurunan kualitas hidup

    Salah satu risiko dari sakit adalah timbulnya komplikasi. Komplikasi bisa mengakibatkan disabilitas atau cacat menetap. Contohnya, virus campak dapat menyebabkan komplikasi kebutaan, atau virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan cacat permanen.

    5. Resiko penurunan harapan hidup

    Vaksinasi yang tidak lengkap akan menyumbang kepada penurunan angka harapan hidup. Data menunjukkan bahwa anak yang tidak menerima imunisasi lengkap akan mudah tertular berbagai penyakit saat masih kanak-kanak, sehingga angka harapan hidupnya menurun.

    Nah Sahabat Sehat, itulah beberapa dampak yang dapat dialami anak jika ia tidak diimunisasi. Imunisasi adalah langkah tepat, aman, dan efektif untuk melindungi buah hati dan merupakan investasi kesehatan baginya di masa depan. Ayo Moms, segera lengkapi imunisasi anak Anda sebagai bentuk kasih sayang.

    Baca Juga: Guru dan Pengasuh Daycare Perlu Vaksin Flu Sebelum Sekolah Tatap Muka

    Prosehat melayani imunisasi anak yang bisa dilakukan di Klinik Prosehat di Grand Wisata Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat, atau di rumah untuk kenyamanan dan kemudahan Sahabat Sehat. Tidak saja bagi anak, Prosehat juga melayani vaksinasi dewasa. Jadi, orang tua dan anak bisa bersama-sama terlindungi.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia D
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Soedjatmiko, S., et al. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Tahun 2020.
    2. IDAI.Imunisasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya.
    3. UNICEF 7 konsekuensi dan risiko jika anak tidak mendapatkan imunisasi rutin.
    4. CDC. If you choose not to vaccinate your child, understand the risk and responsibilities.
    Read More
  • Banyak yang percaya memandikan bayi setelah imunisasi dapat membuat si kecil jatuh sakit. Mitos ini berkembang pesat di masyarakat. Imunisasi telah menjadi program pemerintah dalam mencegah penyakit di seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) memiliki program imunisasi masing-masing untuk mengurangi resiko penularan penyakit tertentu dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Sedangkan di Indonesia, […]

    Bolehkah Memandikan Bayi Setelah Imunisasi? Cek Faktanya!

    Banyak yang percaya memandikan bayi setelah imunisasi dapat membuat si kecil jatuh sakit. Mitos ini berkembang pesat di masyarakat.

    Bolehkah Memandikan Bayi Setelah Imunisasi Cek Faktanya!

    Bolehkah Memandikan Bayi Setelah Imunisasi? Cek Faktanya!

    Imunisasi telah menjadi program pemerintah dalam mencegah penyakit di seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) memiliki program imunisasi masing-masing untuk mengurangi resiko penularan penyakit tertentu dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Sedangkan di Indonesia, kementerian Kesehatan RI menerapkan imunisasi bagi anak sejak usia 0 hingga 18 tahun.

    Imunisasi Pada Anak

    Imunisasi anak adalah pemberian vaksin kepada anak-anak untuk mencegah tertularnya penyakit tertentu. Vaksin adalah zat yang membantu membentuk kekebalan tubuh atau imunitas terhadap infeksi terhadap sejumlah penyakit menular. Vaksin berasal dari kuman yang dilemahkan atau dimatikan. Imunisasi yang diberikan kepada anak di Indonesia mengenal dua konsep, yaitu imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Pelaksanaan jenis imunisasi pada anak tergantung pada usia anak. 

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Manfaat Imunisasi Bagi Anak

    Imunisasi berguna untuk mencegah penularan dari infeksi penyakit menular yang serius ketika seorang anak sudah diimunisasi maka, tubuh akan lebih mampu menghadapi infeksi kuman yang masuk. Ketika anak mendapatkan imunisasi, anak sudah membantu melindungi kesehatan masyarakat umum secara keseluruhan.

    Sebab saat sudah cukup jumlah orang dalam suatu komunitas yang kebal terhadap suatu infeksi, maka makin sulit penyakit menyebar dan menulari orang lain yang belum diimunisasi. Kondisi ini disebut juga dengan herd immunity atau kekebalan komunitas. Sehingga, secara tidak langsung seorang anak telah berkontribusi terhadap komunitasnya dalam hal kesehatan. 

    Efek Samping Imunisasi

    Ada beberapa efek samping dari imunisasi yang dapat terjadi pada anak yang dialami, seperti:

    1. Pada Bayi dan Bayi baru lahir
    • Bayi akan lebih rewel dan menangis lebih sering dari biasanya
    • Bayi akan tampak kelelahan selama 1-2 hari
    • Diare atau mencret ringan dan sedikit muntah (terutama bila mendapatkan vaksin rotavirus)
    • Kemerahan pada lengan atau bagian tubuh yang disuntikkan imunisasi
    • Bengkak pada area yang disuntik selama 1-2 hari
    • Demam sampai lebih dari 380C
    • Kemerahan pada kulit namun tidak menular terutama setelah dilakukan penyuntikan Imunisasi MMR.2. Pada anak yang lebih besar
    • Anak akan mengeluh sakit kepala
    • Kemerahan, bengkak dan nyeri pada bagian tubuh yang disuntikkan
    • Demam. 

    Baca Juga: Anak Terkena Cacar Air Bolehkah Mandi? Ini Penjelasannya

    Apa Yang Harus Dilakukan Bila Anak Mengalami Efek Samping Imunisasi?

    Banyak hal yang dapat orang tua lakukan saat si kecil mengalami efek samping setelah dilakukan imunisasi, diantaranya:

    • Lakukan pelukan hangat sesering mungkin agar si kecil merasa nyaman.
    • Berikan ASI (Air Susu Ibu) lebih sering
    • Apabila pada bekas suntikan terlihat kemerahan, hangat dan bengkak,orang tua dapat melakukan kompres dengan handuk dingin untuk mengurangi pembengkakan
    • Apabila anak demam, maka orang tua dapat melakukan kompres air hangat, jangan membungkus anak terlalu rapat dengan pakaian tebal atau selimut tebal.
    • Apabila si kecil mengalami demam setelah dilakukan vaksinasi, maka orang tua dapat memberikan obat penurun demam yang dijual bebas.
    • Pada anak yang lebih besar, dapat diberikan air putih lebih banyak dari pada biasanya. 

    Baca Juga: Timbul Bisul Setelah Imunisasi BCG? Begini Penjelasannya

    Bolehkah Anak Mandi Setelah Diimunisasi?

    Saat Si Kecil imunisasi, wajar apabila Si Kecil mengalami demam. Hal ini wajar karena tubuh si kecil tengah bereaksi untuk membentuk antibodi sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan sehingga tubuh kuat dari berbagai infeksi kuman kelak.

    Setelah imunisasi, Si Kecil masih dapat dimandikan, namun ada baiknya menunggu setelah 24 jam pertama karena setelah vaksinasi biasanya Si Kecil mulai merasakan nyeri dan tidak nyaman pada area tubuh yang disuntik.

    Apabila si kecil mengalami demam setelah diimunisasi, maka mama dapat memandikan si kecil dengan air hangat, hindari mandi dengan air dingin karena dapat membuatnya menggigil dan suhu tubuh semakin meningkat.

    Baca Juga: Berapa Lama Bayi Demam Setelah Imunisasi DPT? Begini Cara Mengatasinya

    Sahabat Sehat, itulah berbagai hal mengenai pentingnya imunisasi bagi Si Kecil dan penanganan pasca imunisasi. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia Dewi
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Primaya Hospital. Imunisasi Anak : Manfaat dan Jadwal Imunisasi Terbaru – Primaya Hospital.
    2. Soedjatmiko, S., Sitaresmi, M., Hadinegoro, S., et al. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Tahun 2020. Sari Pediatri, 22(4), p.252.
    3. Seattle Children’s Hospital. Immunization Reactions.
    4. National Centre for Immunisation Research and Surveillance. After vaccination.
    5. Kara A. Questions on Immunization and Vaccination and Short Answers. Journal of Pediatric Infection.J Pediatr Inf 2021;15(1):e49-e51Kara A 
    Read More
  • Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) merupakan salah satu imunisasi wajib yang harus diberikan kepada anak, yang dapat mencegah infeksi difteri, pertussis (batuk rejan) dan tetanus. Jika riwayat imunisasi tidak lengkap, Si Kecil beresiko menderita penyakit tersebut dikemudian hari.  Sahabat Sehat, apa saja hal yang perlu diperhatikan saat Si Kecil akan diberi vaksin DPT ? […]

    Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Si Kecil Di Vaksin DPT

    Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) merupakan salah satu imunisasi wajib yang harus diberikan kepada anak, yang dapat mencegah infeksi difteri, pertussis (batuk rejan) dan tetanus. Jika riwayat imunisasi tidak lengkap, Si Kecil beresiko menderita penyakit tersebut dikemudian hari. 

    Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Si Kecil Di Vaksin DPT

    Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Si Kecil Di Vaksin DPT

    Sahabat Sehat, apa saja hal yang perlu diperhatikan saat Si Kecil akan diberi vaksin DPT ? Mari simak penjelasan berikut.

    Apa Itu Imunisasi DPT?

    Sahabat Sehat, imunisasi DPT dapat memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus. Penyakit Difteri menyerang tenggorokan dan saluran pernapasan dan dapat menyebabkan kesulitan bernapas. Penyakit Tetanus merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf akibat infeksi bakteri tetanus pada luka yang terkontaminasi. Sementara penyakit Pertusis merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan yang ditandai dengan batuk berat dan kesulitan bernapas. 

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Persiapan Sebelum Imunisasi DPT

    Sebelum Si Kecil menerima imunisasi DPT, pastikan istirahat yang cukup dan berikan nutrisi yang seimbang. Apabila Si Kecil sedang demam maka dianjurkan menunda imunisasi. Apabila Si Kecil mengalami infeksi saluran nafas atas ringan tanpa disertai demam, maka umumnya bukan lah suatu penghalang untuk diberikan imunisasi DPT. 

    Bayi yang lahir prematur juga dapat tetap diberikan imunisasi sesuai dengan usia kronologis nya sejak dilahirkan. Apabila Si Kecil sedang menjalani pengobatan tertentu, dianjurkan berkonsultasi lebih dulu dengan dokter yang menangani. Pemberian imunisasi DPT dilakukan secara berhati-hati pada beberapa kondisi berikut:

    • Suhu tubuh mencapai 40,50C dalam 48 jam terakhir.
    • Tampak lemas dan tidak berespon dalam 48 jam terakhir.
    • Menangis hingga 3 jam atau lebih dan dialami dalam 48 jam terakhir. Dikhawatirkan setelah diberikan imunisasi DPT, Si Kecil menjadi semakin kurang nyaman dan rewel.
    • Kejang baik tanpa disertai demam maupun dengan demam dalam 3 hari terakhir. 

    Baca Juga: Imunisasi Untuk Si ABG yang Beranjak Remaja

    Jadwal Pemberian Imunisasi DPT

    Imunisasi DPT dasar diberikan sebanyak 3 kali sejak usia 2 bulan dengan interval 4-6 minggu.

    • Dosis pertama diberikan pada usia 2-4 bulan,
    • Dosis kedua diberikan pada usia 3-5 bulan
    • Dosis ketiga diberikan pada anak usia 4-6 bulan.
    • Dosis keempat diberikan dengan interval 1 tahun sejak imunisasi DPT dosis ketiga diberikan, yaitu 18-24 bulan.
    • Dosis kelima diulang saat usia masuk sekolah yaitu 5-7 tahun.

    Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, tetap lanjutkan imunisasi sesuai jadwal. Bila anak belum pernah diimunisasi dasar pada usia <12 bulan, lakukan imunisasi sesuai imunisasi dasar baik sesuai jumlah maupun intervalnya.

    Baca Juga: Bagaimana Mengatasi Efek Samping Vaksin DPT atau Sering Disebut KIPI

    Apa Saja Reaksi KIPI Pasca Imunisasi DPT?

    Bagi Sahabat Sehat yang sudah memiliki anak, perlu mewaspadai efek samping pasca pemberian imunisasi atau disebut juga sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (disebut juga KIPI). Beberapa reaksi KIPI yang kerap dialami pasca Si Kecil disuntik imunisasi DPT, yaitu:

    • Demam
    • Anak rewel
    • Kemerahan di tempat suntikan
    • Nyeri dan bengkak di bekas suntikan yang akan hilang dalam 2 hari.
    • Nafsu makan menurun
    • Muntah.

    Jika Si Kecil mengalami gejala diatas, Sahabat Sehat dapat melakukan beberapa tips berikut:

    • Berikan minum dan makanan yang cukup agar Si Kecil tidak rewel.
    • Jika Si Kecil demam, kenakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Beri kompres air hangat di dahi. 
    • Berikan kompres air dingin pada bekas suntikan untuk meredakan nyeri dan bengkak di bekas suntikan.

    Perlu diwaspadai apabila gejala tersebut menetap hingga lebih dari 3 hari, atau jika Si Kecil tampak lemas maka konsultasikan ke dokter.

    Baca Juga: Berapa Lama Bayi Demam Setelah Imunisasi DPT? Begini Cara Mengatasinya

    Nah Sahabat Sehat, itulah berbagai persiapan sebelum Si Kecil diberikan imunisasi DPT. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Rusmil K. Melengkapi/ Mengejar Imunisasi (Bagian II).
    2. Saputra D. Imunisasi DPT, Manfaat, dan Kapan Vaksin DPT Diberikan.
    3. Joseph E. Your Child’s Immunizations: Diphtheria, Tetanus & Pertussis Vaccine (DTaP) (for Parents).
    4. Sari Pediatri. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Sari Pediatri. 2016;2(1):43. 
    5. Soedjatmiko. Penjelasan Kepada Orangtua Mengenai Imunisasi.
    6. Centers for Disease Control and Prevention. Safety Information for Diphtheria, Tetanus, and Pertussis Vaccines.
    7. Mayo Clinic. Diphtheria, Tetanus, And Acellular Pertussis Vaccine (Intramuscular Route) Side Effects.
    8. Centers for Disease Control and Prevention. Diphtheria, Tetanus, and Pertussis: Recommendations for Vaccine Use and Other Preventive Measures Recommendations of the Immunization Practices Advisory Committee (ACIP).
    Read More
  • Pneumonia merupakan infeksi pada saluran pernapasan dan paru yang dapat menjangkiti siapapun. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, misalnya bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab kematian anak terbesar di dunia bila dibandingkan dengan penyakit infeksi lainnya. Di Indonesia, lebih dari 19.000 orang balita meninggal dunia pada tahun 2018 silam atau dapat […]

    Penyebab Pneumonia Pada Bayi Baru Lahir

    Pneumonia merupakan infeksi pada saluran pernapasan dan paru yang dapat menjangkiti siapapun. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, misalnya bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab kematian anak terbesar di dunia bila dibandingkan dengan penyakit infeksi lainnya.

    Di Indonesia, lebih dari 19.000 orang balita meninggal dunia pada tahun 2018 silam atau dapat dikatakan setiap jam terdapat 2 orang anak yang meninggal dunia akibat penyakit infeksi pernapasan ini.

    Penyebab Pneumonia Pada Bayi Baru Lahir

    Penyebab Pneumonia Pada Bayi Baru Lahir

    Diketahui berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan angka penderita pneumonia pada balita cukup tinggi yaitu 4,5 per 100 balita. Sementara berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) diketahui bahwa angka kematian anak berusia dibawah 5 tahun akibat pneumonia mencapai 15% pada tahun 2017, atau setara dengan 5,5 juta orang anak.

    Apakah Pneumonia Dapat Menginfeksi Bayi Baru Lahir?

    Pneumonia pada bayi baru lahir disebut juga dengan pneumonia neonatal. Kondisi ini mengakibatkan peradangan paru dan saluran pernapasan, sehingga beresiko menyebabkan sesak nafas yang dapat berujung pada syok dan kematian. Pneumonia pada bayi baru lahir dapat terjadi beberapa jam hingga 7 hari setelah bayi dilahirkan.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Penyebab Pneumonia Pada Bayi Baru Lahir

    Berbagai organisme penyebab pneumonia pada bayi yang baru dilahirkan kemungkinan besar didapatkan dari jalan lahir (kemaluan ibu) ketika proses persalinan. Berikut ada beberapa jenis organisme yang menyebabkan pneumonia pada bayi baru lahir, yaitu : Streptococcus grup A dan B, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, dan Proteus. Selain itu Pseudomonas, Citrobacter, Bacillus, Serratia dan virus (Rhinovirus, Adenovirus, Human Metapneumovirus, Enterovirus, Coronavirus dan Herpes simplex virus) serta jamur.

    Risiko pneumonia meningkat pada beberapa kondisi berikut, yaitu:

    • Ibu hamil mengalami ketuban pecah dini
    • Infeksi rahim atau pada area kemaluan di masa kehamilan
    • Bayi baru lahir menjalani perawatan di ruang ICU
    • Ibu mengkonsumsi obat antibiotik selama masa kehamilan
    • Ibu merokok di masa kehamilan
    • Bayi lahir sungsang 
    • Ibu mengalami demam saat persalinan
    • Ibu menderita infeksi saluran kemih berulang.

    Baca Juga: Kenali Berbagai Jenis Imunisasi Pneumonia

    Apa Gejala Pneumonia Pada Bayi Baru Lahir?

    Sahabat Sehat, berikut adalah berbagai gejala yang dialami bayi jika menderita pneumonia, yaitu: 

    • Sesak nafas dan kesulitan saat bernafas
    • Bayi terdengar seperti sedang merintih dan tidak kuat menangis.
    • Jari-jari serta bibir terlihat kebiruan
    • Wajah pucat
    • Jari dan tubuh teraba dingin 

    Pneumonia pada bayi baru lahir tidak selalu disertai dengan demam, berbeda dengan anak yang lebih besar yang mungkin akan disertai dengan demam. Selain itu, pneumonia pada bayi baru lahir dapat disertai dengan keluhan lain misalnya kulit tampak kemerahan, gula darah turun, perut membuncit dan bayi jarang buang air kecil.

    Baca Juga: Yuk, Kenali Bahaya Pneumonia dan Pencegahannya Lebih Lanjut

    Bagaimana Cara Mencegah Pneumonia?

    Untuk mencegah pneumonia pada bayi yang baru lahir, ibu hamil disarankan untuk kontrol rutin ke dokter selama kehamilan. Selain itu, usahakan untuk menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terkena infeksi serta menjaga kebersihan tubuh terutama kemaluan. Hindari mengkonsumsi obat-obatan selama masa kehamilan tanpa saran dokter.

    Selain itu untuk mencegah pneumonia pada anak, Sahabat Sehat dapat memberikan imunisasi seperti pneumococcus conjugated vaccine (PCV), dan haemophilus influenzae type B (Hib). Imunisasi PCV dapat diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan dengan booster pada umur 12 – 15 bulan. Sementara imunisasi HiB dapat diberikan pada saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan, serta 18 bulan.

    Baca Juga: Imunisasi Anak di Rumah Bagi Warga Jakarta

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai penyakit pneumonia yang dapat menyerang Si Kecil. Salah satu cara untuk mencegah pneumonia adalah dengan mengikuti imunisasi baik PCV (pneumococcus conjugated vaccine) dan HiB (haemophilus influenzae type B).

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia Dewi
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. UNICEF. Kenali 6 Fakta tentang Pneumonia pada Anak.
    2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pneumonia Pada Anak bisa Dicegah dan Diobati.
    3. Ramdhani J. Hitung Napas Anak: Deteksi Awal Sesak Napas pada Anak dengan Pneumonia.
    4. M Cronan. Pneumonia (for Parents).
    5. ADA Health. Pediatric Pneumonia.
    Read More
  • Pertengahan tahun identik dengan libur panjang dan pastinya sangat dinantikan oleh anak-anak. Rencana liburan biasanya juga sudah disiapkan oleh orang tua dari jauh-jauh hari. Selain membuat rencana perjalanan, orang tua sebaiknya juga mempersiapkan kesehatan diri dan anak. Kesehatan diri tidak hanya seputar mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga, dan istirahat yang cukup. Ada satu hal lainnya […]

    Yuk Vaksinasi Mumpung Liburan Sekolah

    Pertengahan tahun identik dengan libur panjang dan pastinya sangat dinantikan oleh anak-anak. Rencana liburan biasanya juga sudah disiapkan oleh orang tua dari jauh-jauh hari. Selain membuat rencana perjalanan, orang tua sebaiknya juga mempersiapkan kesehatan diri dan anak.

    Yuk Vaksinasi Mumpung Liburan Sekolah

    Yuk Vaksinasi Mumpung Liburan Sekolah

    Kesehatan diri tidak hanya seputar mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga, dan istirahat yang cukup. Ada satu hal lainnya yang dapat melengkapi itu, yaitu vaksinasi. Ada ya vaksinasi untuk liburan? Ya, pastinya ada.

    Vaksinasi liburan biasanya ditujukan sebagai perlindungan terhadap penyakit yang sering ditemui di keramaian, bisa penularan antar manusia ataupun melalui makanan dan air. Apa saja contohnya? Yuk simak penjelasannya.

    Masa inkubasi penyakit berbeda-beda

    Ada berbagai macam penyakit yang bisa ditularkan melalui udara dan penularan ini semakin mudah jika seseorang berada di dalam keramaian atau di ruang tertutup. Contoh penyakitnya seperti influenza, cacar air (varisela), campak, dan pneumonia. Penderita yang batuk atau bersin berpotensi menyemprotkan ratusan ribu kuman ke udara.

    Adapun penyakit yang bisa ditularkan melalui makanan. Biasanya kuman masuk ke dalam makanan melalui penderita yang tidak memiliki kebersihan diri yang baik. Contohnya adalah pada penyakit hepatitis A dan demam tifoid. Karena rute penularan penyakit ini adalah fekal-oral, maka penderita yang tidak mencuci tangannya dengan bersih setelah buang air besar lalu mengolah atau menyajikan makanan, akan meningkatkan risiko penularan kepada orang lain.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Pada musim liburan, kegiatan berenang atau bermain di air juga biasanya menjadi pilihan anak-anak dan dewasa. Walau air kolam renang sudah dicampurkan kaporit sebagai pembunuh kuman, namun kepadatan wisatawan dalam satu waktu tetap akan meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit. Salah satu penyakit yang bisa ditularkan melalui kolam renang adalah diare.

    Orang yang sudah jelas terinfeksi penyakit-penyakit ini akan menunjukkan gejala secara jelas pula dan mungkin orang lain akan lebih waspada jika berada di sekitarnya. Namun, yang dikhawatirkan adalah jika penderita sedang berada dalam masa inkubasi.

    Masa inkubasi adalah periode antara paparan pertama hingga timbulnya gejala. Pada masa ini, penderita bisa dengan mudah menularkan kuman penyakit kepada orang lain tanpa mengetahui dirinya sedang sakit. Maka ini bisa membahayakan bagi orang lain, terutama mereka yang tidak memiliki kekebalan tubuh yang kuat seperti anak dan lansia. Masa inkubasi tiap penyakit bisa berbeda-beda. Misalnya penyakit influenza memiliki masa inkubasi 1-4 hari, sedangkan demam tifoid (tipes) selama 7-14 hari.

    Baca Juga: Kenali Perbedaan Imunisasi MR dan MMR

    Siap Liburan, Siap Vaksin

    Vaksinasi adalah salah satu cara yang efektif dalam mencegah penyebaran penyakit. Kegiatan ini sebenarnya sudah rutin dilakukan sejak anak lahir dan terus berlaku hingga dewasa. Maka, sebelum Sahabat Sehat melakukan vaksinasi tambahan, pastikan terlebih dulu apa saja vaksinasi yang telah didapat.

    Beberapa jenis vaksin dasar memerlukan booster pada usia-usia tertentu, sebagian lainnya cukup dengan pemberian vaksin primer. Berikut adalah jenis vaksin yang direkomendasikan untuk melindungi anak dan dewasa saat berlibur:

    1. Anak
      • PCV (pneumonia): vaksin primer usia 2, 4, 6 bulan; vaksin booster antara usia 12-15 bulan.
      • Rotavirus (diare): vaksin primer usia 2, 4, 6 bulan.
      • Campak (MR/ MMR): vaksin primer usia 9 bulan; vaksin booster usia 18 bulan dan 5-7 tahun.
      • Cacar air (varisela): vaksin primer antara usia 12-18 bulan.
      • Influenza: vaksin primer usia 6 bulan; vaksin booster setiap satu tahun sekali.
      • Hepatitis A: vaksin primer 2 kali antara usia 12-24 bulan.
      • Tifoid: vaksin primer usia 24 bulan; vaksin booster setiap tiga tahun sekali.

    Baca Juga: Mengenal 3 Jenis Baru Vaksin Wajib Untuk Anak – Anak

    1. Dewasa
      • Influenza: vaksin booster setiap satu tahun sekali.
      • MMR: vaksin booster satu kali jika sudah pernah saat anak-anak.
      • PCV: terutama bagi orang berusia di atas 50 tahun.
      • Hepatitis A: vaksin dua dosis dengan jarak 6-12 bulan.
      • Tifoid: vaksin setiap tiga tahun sekali.

    Baca Juga: Ketahui Pentingnya Vaksinasi HPV untuk Anak, Apakah Aman?

    Ayo Sahabat Sehat, jadwalkan vaksinasi Anda dan keluarga agar semua terlindungi selama liburan dan tidak membawa penyakit saat kembali ke rumah. Anda bisa melakukan vaksinasi bersama Prosehat karena vaksinasi adalah salah satu layanan unggulan Prosehat. Jadi, keamanan produk dan pelaksanaannya dijamin berkualitas.

    Layanan ini bisa dilakukan di klinik Prosehat di Grand Wisata Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat, atau di rumah untuk kenyamanan Anda. Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. IDAI. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. 2020.
    2. PAPDI. Jadwal Imunisasi Dewasa. 2021.
    Read More
  • Batuk merupakan salah satu keluhan yang paling sering dijumpai pada anak-anak. Terdapat banyak sekali penyebab keluhan batuk, salah satunya adalah batuk 100 hari atau disebut juga Pertusis.  Pertussis adalah sebuah penyakit yang mengakibatkan batuk yang tiada henti. Pertusis yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan berbagai komplikasi dan berdampak buruk bagi kondisi Si Kecil. Sahabat […]

    Waspadai Komplikasi Akibat Batuk Rejan (Pertusis) Pada Anak

    Batuk merupakan salah satu keluhan yang paling sering dijumpai pada anak-anak. Terdapat banyak sekali penyebab keluhan batuk, salah satunya adalah batuk 100 hari atau disebut juga Pertusis. 

    Waspadai Komplikasi Akibat Batuk Rejan (Pertusis) Pada Anak

    Waspadai Komplikasi Akibat Batuk Rejan (Pertusis) Pada Anak

    Pertussis adalah sebuah penyakit yang mengakibatkan batuk yang tiada henti. Pertusis yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan berbagai komplikasi dan berdampak buruk bagi kondisi Si Kecil. Sahabat Sehat, apa saja komplikasi akibat Pertusis pada anak?

    Apa Itu Pertusis ?

    Pertusis atau disebut juga batuk 100 hari merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis. Menurut data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2018, terdapat 151.000 kasus batuk rejan di seluruh dunia.

    Bagaimana Penularan Pertusis ?

    Proses penularan batuk rejan cukup mudah. Apabila penderita Pertusis batuk atau bersin, cipratan air liur atau droplet berisi bakteri pertusis dapat masuk melalui saluran nafas.

    Komplikasi dapat terjadi apabila Pertusis tidak ditangani dengan baik dan benar. Beberapa komplikasi dari pertusis yang dapat terjadi pada anak-anak adalah sebagai berikut.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Apa Saja Komplikasi Akibat Pertusis ?

    Si Kecil yang didiagnosa menderita Pertusis dan tidak ditangani dengan baik menjadi rentan mengalami komplikasi sebagai berikut :

    • Pneumonia 

    Bakteri penyebab Pertusis dapat menginfeksi saluran nafas pada paru sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan paru. Hal tersebut berdampak pada proses pertukaran oksigen di paru. Kerusakan pada jaringan paru juga dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut sehingga kemampuan pertukaran oksigen pada paru tidak sebaik kondisi sebelumnya.

    • Gangguan Tumbuh Kembang

    Setelah terinfeksi, sel imun bekerja dengan mengeluarkan respon radang alami yang dapat menimbulkan demam dan penurunan nafsu makan. Ditambah dengan batuk yang terus menerus dapat mengakibatkan Si Kecil menjadi sulit makan

    Baca Juga: Si Kecil Batuk Sulit Sembuh, Waspadai Batuk Rejan

    Apabila hal tersebut berlanjut dalam jangka waktu yang lama, maka pertumbuhan Si Kecil dapat terganggu karena asupan nutrisi sehari-hari menjadi tidak tercukupi. Si Kecil menjadi letih dan lesu, sehingga mengakibatkan tumbuh kembangnya terlambat.

    • Gangguan Pada Jaringan Otak dan Kejang

    Pada kondisi bila kadar oksigen dalam tubuh menurun dapat mengakibatkan kerusakan jaringan paru dan otak tidak cukup mendapatkan oksigen. Kondisi ini dapat mengakibatkan Si Kecil mengalami kejang akibat otak kekurangan oksigen.

    Baca Juga: Mari Kita Mengenal Pertusis pada Anak

    Tips Mencegah Pertusis

    Sahabat Sehat, Pertusis dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan vaksinasi. Dengan mencuci tangan akan menghilangkan cairan droplet bakteri yang mungkin menempel pada tangan. 

    Selain itu Sahabat Sehat dapat memberikan vaksin Pertusis untuk Si Kecil. Vaksin pertusis di Indonesia terdapat dalam kombinasi Difteri, Pertusis, dan Tetanus. Vaksin ini dapat diberikan bagi Si Kecil pada saat berusia 2, 3, dan 4 bulan.

    Batuk memang sering dijumpai, namun jangan menganggap remeh keluhan batuk pada Si Kecil. Penanganan yang tepat dapat mencegah komplikasi diatas.

    Baca Juga: Yuk Moms, Cek Lagi Jadwal Imunisasi Balita Anda

    Nah Sahabat Sehat, itulah informasi mengenai berbagai komplikasi akibat Pertusis yang dapat dialami Si Kecil. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Centers for Disease Control and Prevention. Whooping Cough (Pertussis).
    2. World Health Organization. Pertussis.
    3. Warfel J, Beren J, Merkel T. Airborne Transmission of Bordetella pertussis.
    4. Nataprawira H, Kompiyang Indriyani S, Olivianto E. Pertussis in Children: Problems in Indonesia.
    5. Health NY. Pertussis or Whooping Cough Fact Sheet.
    6. The Royal Children’s Hospital Melbourne. Clinical Practice Guidelines : Whooping cough (pertussis). 
    Read More
  • Apabila orangtua berencana untuk melakukan perjalanan bersama dengan anak-anak ke suatu daerah tertentu, tentunya orangtua memerlukan vaksinasi untuk anak minimal 1 bulan sebelum melakukan perjalanan, tergantung dari daerah mana yang akan dituju. Masa pandemi seperti saat ini, wajib sekali agar anak-anak yang berusia 6-11 tahun untuk melakukan vaksinasi Covid-19 agar melindungi tubuh dari Covid-19. Namun […]

    Berbagai Jenis Imunisasi Anak Sebelum Bepergian

    Apabila orangtua berencana untuk melakukan perjalanan bersama dengan anak-anak ke suatu daerah tertentu, tentunya orangtua memerlukan vaksinasi untuk anak minimal 1 bulan sebelum melakukan perjalanan, tergantung dari daerah mana yang akan dituju.

    Masa pandemi seperti saat ini, wajib sekali agar anak-anak yang berusia 6-11 tahun untuk melakukan vaksinasi Covid-19 agar melindungi tubuh dari Covid-19. Namun selain vaksinasi Covid-19, terdapat beberapa imunisasi wajib lainnya yang perlu dilakukan.

    Berbagai Jenis Imunisasi Anak Sebelum Bepergian

    Berbagai Jenis Imunisasi Anak Sebelum Bepergian

    Melakukan imunisasi sebelum pergi liburan ke daerah tertentu merupakan hal yang wajib untuk meminimalkan resiko terjangkit penyakit selama bepergian.

    Sahabat Sehat, apa saja imunisasi yang diperlukan Si Kecil sebelum bepergian ? Mari simak penjelasan berikut.

    Kapan Waktu yang Tepat Melakukan Imunisasi Sebelum Bepergian?

    Sebelum berencana bepergian, buatlah janji dengan fasilitas kesehatan setempat untuk melakukan imunisasi. Beberapa jenis imunisasi membutuhkan waktu untuk bekerja didalam tubuh dan memberikan efek perlindungan.

    Sebagai contoh, imunisasi BCG dapat melindungi Si Kecil dari infeksi TBC (Tuberkulosis) harus dilakukan setidaknya minimal 3 bulan sebelum membawa Si Kecil bepergian.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Apa Saja Imunisasi yang Diperlukan Si Kecil Sebelum Berlibur ?

    Untuk memilih jenis imunisasi yang harus diterima Si Kecil maka Mama dapat berkonsultasi dengan Dokter. Nantinya Dokter akan mengecek riwayat imunisasi apa saja yang sudah pernah dilakukan Si Kecil, serta daerah tujuan berlibur dan menyesuaikan jenis imunisasi yang diperlukan.

    Berikut ini beberapa contoh imunisasi yang biasanya dilakukan sebelum bepergian, antara lain:

    1. Meningitis

    Sebelum berpergian ke negara Arab Saudi atau negara di timur tengah, disarankan untuk melakukan vaksinasi meningitis karena negara-negara timur tengah merupakan daerah endemis meningitis.

    2. Demam Kuning (Yellow Fever)

    Jika Mama hendak melakukan perjalanan ke negara Afrika (Gana, Kenya dan Nigeria) disarankan untuk melakukan vaksinasi Demam Kuning atau Yellow Fever karena merupakan daerah endemis demam kuning.

    Baca Juga: Imunisasi Anak di Rumah Bagi Warga Jakarta

    3. Hepatitis A dan B

    Sebelum bepergian Mama dianjurkan memastikan Si Kecil sudah menerima imunisasi Hepatitis dan B. Negara dengan kasus hepatitis yang masih tinggi misalnya Meksiko. Penyakit Hepatitis A dapat ditularkan melalui makanan yang tercemar Hepatitis A sehingga perlu diwaspadai penularannya selama bepergian.

    4. Tifoid dan paratifoid

    Vaksinasi tifoid dilakukan untuk mencegah penyakit tipes saat melakukan perjalanan ke daerah dengan kasus infeksi tifoid tinggi misalnya negara-negara Asia Tengah (India, Pakistan dan Bangladesh).

    5. Influenza

    Apabila hendak berlibur saat musim hujan seperti saat ini, ada baiknya untuk melakukan vaksinasi flu sebelumnya.

    6. Japanese Encephalitis

    Japanese encephalitis merupakan penyakit yang beresiko rendah bagi sebagian besar pelancong atau turis ke negara endemik Japanese encephalitis. Namun, beberapa turis akan memiliki peningkatan resiko infeksi berdasarkan faktor-faktor periode perjalanan yang lebih lama, perjalanan selama musim penularan virus Japanese encephalitis, berpartisipasi dalam banyak kegiatan diluar ruangan dan akomodasi tempat tinggal tanpa AC dan kelambu untuk menghindari nyamuk.

    Untuk menghindari terinfeksi Japanese encephalitis sebelum melakukan perjalanan ke negara China, Jepang atau Korea Utara (khususnya di daera perdesaan), minimal 1 bulan sebelumnya melakukan vaksinasi Japanese Encephalitis.

    Baca Juga: Orangtua Harus Tahu, Begini Cara Kejar Imunisasi Anak

    Tips Menjaga Kesehatan Selama Bepergian

    Ada beberapa hal yang dapat Sahabat Sehat lakukan saat bepergian untuk menjaga kesehatan, antara lain:

    1. Menggunakan masker
    2. Menjaga jarak dengan orang lain terutama saat berada di tempat umum
    3. Jaga kebersihan makanan dan minuman
    4. Lindungi diri dari gigitan serangga, dengan menggunakan lotion anti nyamuk
    5. Gunakan tabir surya untuk melindungi dari paparan sinar matahari 
    6. Gunakan perlengkapan alat pelindung keselamatan sesuai dengan aktivitas, misalnya menggunakan sabuk pengaman saat berkendara.
    7. Mencatat nomor telepon darurat atau fasilitas kesehatan terdekat dari hotel tempat Sahabat Sehat menginap di negara tujuan

    Baca Juga: Aman dan Nyaman Melakukan Imunisasi Kejar Anak dari Rumah

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai berbagai jenis imunisasi  yang diperlukan Si Kecil sebelum bepergian. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jesica Chintia D
    Ditinjau oleh : dr. Monica Cynthia D

     

    Referensi

    1. Tellado M. Do My Kids Need Vaccines Before Traveling? (for Parents).
    2. Website Resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Vaksin Covid-19 untuk Anak, Aman.
    3. Citizens Information. Travelling abroad and vaccinations.
    4. Chang L. Your Travel Vaccine Checklist.
    5. Centers for Disease Control and Prevention. Holiday Tips.
    6. National Health Service. Travel vaccinations.
    Read More
Chat Asisten Maya
di Prosehat.com