Polio (disebut juga poliomyelitis) adalah penyakit berbahaya dan mudah menular, terutama pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus ini menyerang sistem saraf manusia. Bahayanya, penyakit polio dapat mengakibatkan orang yang terserang mengalami kelumpuhan permanen, hanya dalam hitungan jam. Bahkan lebih parah lagi, polio dapat menyebabkan kematian. Duh, siapapun tak mau anaknya terkena penyakit berbahaya ini. Meski belum ada obat untuk mengatasi penyakit polio, Moms jangan khawatir. Polio bisa dicegah melalui vaksinasi. Apakah vaksin untuk penyakit polio? Berikut penjelasannya.
Awal Ditemukannya Vaksin Polio
Vaksin polio pertama kali ditemukan tahun 1955 oleh seorang peneliti medis dari Amerika Serikat. Namanya Jonas Salk. Sebelum vaksin ini ditemukan, polio dianggap sebagai penyakit yang sangat menakutkan. Polio pernah mewabah dengan sangat luas pada paruh pertama tahun 1900. Puncaknya terjadi pascaperang tahun 1952.
Saat itu, polio ‘membunuh’ nyawa sekitar 3.145 orang, dan 21.269 orang alami kecacatan, dengan angka kejadian hampir 60.000 kasus, untuk Amerika Serikat saja. Korbannya ini sebagian besar, adalah anak-anak. Tak heran jika penyakit polio sangat meresahkan masyarakat pada saat itu.
Setelah Dr. Jonas Salk berhasil menemukan vaksin polio pertama dan disebarkan secara luas, terjadi penurunan kasus yang cukup signifikan. Pada tahun 1962, angka kejadian penyakit Polio di Amerika menukik turun menjadi 910 kasus. Polio tipe liar, atau polio yang terjadi melalui infeksi alami, benar-benar hilang dari Amerika Serikat pada tahun 1979.
Hingga tahun 1988, kasus polio di dunia telah turun sampai lebih dari 99 persen. Dari 350.000 kasus yang dilaporkan, menurun hingga 74 kasus pada tahun 2015. Usaha global dalam membasmi penyakit ini berperan besar menurunkan angka kejadian dengan dikenalkannya imunisasi polio di dunia sebagai bagian dari program imunisasi rutin nasional.
Dunia Belum Bebas dari Polio
Meskipun angka kejadian polio bisa ditekan, dunia belum bebas sepenuhnya dari penyakit ini, Moms. Di negara berkembang seperti Afganistan dan Palestina, polio masih menjadi masalah kesehatan utama. Nah, selama seorang anak terinfeksi polio, seluruh anak di dunia juga berisiko terinfeksi polio. Ini tak bisa dipandang sebelah mata. Sebab, kegagalan dalam membasmi polio hingga ke akarnya, dapat mengakibatkan timbulnya 200.000 kasus baru tiap tahunnya dalam 10 tahun, di seluruh dunia.
Inilah mengapa, upaya global setiap negara dengan melakukan pencegahan lewat pemberian vaksin polio untuk setiap anak, wajib dilakukan! Apalagi, umumnya 1 dari 200 orang yang terkena infeksi mengalami kelumpuhan yang tidak bisa disembuhkan. Sekitar 5 – 10 persen dari penderita polio yang lumpuh, meninggal dunia karena otot-otot pernapasan-nya tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.
Gejala Penyakit Polio
Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus bernama Poliovirus (PV). Virus ini menular secara fekal-oral, masuk melalui mulut atau tenggorokan dari makanan yang terkotaminasi lalu menginfeksi dan berkembang biak di saluran usus. Pada tingkat yang parah, virus akan memasuki aliran darah dan menyerang sistem saraf pusat sehingga mengakibatkan melemahnya otot dan bisa menyebabkan kelumpuhan.
Penyakit polio termasuk susah untuk dideteksi karena pada 95% kasus, tidak menimbulkan gejala sama sekali (disebut polio asimtomatik). Hanya 4% hingga 8% kasus saja di mana penyakit polio disertai beberapa gejala (disebut polio simtomatik).
Polio simtomatik (dengan gejala) terbagi lebih lanjut ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:
– Polio bentuk ringan atau abortive polio
Kebanyakan penderita tipe ini tidak menyadari mereka terkena penyakit polio karena hanya menimbulkan gejala-gejala ringan seperti demam, diare, sakit tenggorokan, mual, muntah, atau nyeri perut. Tapi biasanya gejala-gejala ini tidak parah dan hanya berlangsung tidak lebih dari tiga hari dan akan pulih sepenuhnya.
– Polio Nonparalitik
Bentuk ini mengarah lebih serius dan biasanya berlangsung selama 1 -2 minggu. Timbul gejala demam, diare, sakit kepala, muntah. Pada 1% -5% kasus disertai gejala neurologis seperti gejala mirip radang selaput otak (meningitis), yakni peka/sensitif terhadap cahaya dan terjadi kekakuan, ketegangan atau nyeri otot pada leher/kuduk.
– Polio Paralitik
Ini adalah polio bentuk paling berat dan paling ditakutkan. Meskipun sebenarnya persentase kejadian sangat kecil yakni 0,1% hingga 2% kasus, tapi dampaknya sangat besar jika terkena. Pada polio paralitik, virus meninggalkan saluran usus dan memasuki aliran darah lalu menyerang sistem saraf. Perlu diketahui, pada polio asimtomatik (tanpa gejala), virus biasanya tidak berhasil melewati saluran usus.
Nah, jika sudah memasuki sistem saraf, virus akan menyerang sel saraf terutama saraf motorik (sel yang mengatur pergerakan otot) di tungkai lengan dan kaki dan menyebabkan kelumpuhan permanen.
Selain itu, pada 5% – 10% kasus, virus polio bisa pula menyerang otot yang membantu sistem pernapasan sehingga bisa menyebabkan penderita alami kesulitan bernapas hingga menyebabkan kematian. Duh!
Cara Penularan Polio
Penyakit polio sangat menular. Bisa dibilang, tidak mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi dan meminum air yang terkontaminasi adalah penyebab umum dalam penularan penyakit polio ini.
Berikut ini cara penularan penyakit polio, yaitu:
-Kontak langsung dengan penderita polio atau lewat percikan ludah saat ia bersin atau batuk
– Terpapar/menyentuh kotoran penderita polio
– Mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi kotoran atau percikan ludah yang mengandung Polivirus.
Umumnya diagnosis polio baru ditegakkan setelah melakukan pemeriksaan sampel dari tinja atau feses pasien karena virus polio akan dapat ditemukan di sana. Namun, virus dalam feses ini pun bisa menyebar lho bila tersentuh. Itu sebabnya, pastikan kebersihan diri dengan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
Jenis Vaksin Polio
Hingga saat ini, penyakit polio belum ada obatnya. Namun, penyakit ini dapat dicegah, kok, dengan vaksinasi polio, terutama pada anak-anak. Vaksin polio yang diberikan beberapa kali dapat melindungi seorang anak dari polio seumur hidupnya, Moms. Apakah vaksin untuk penyakit polio?
Saat ini terdapat 2 jenis vaksin untuk penyakit polio, yaitu: vaksin polio oral (OPV/Oral Polio Vaccine) dan vaksin polio suntik (IPV/Inactivated Polio Vaccine). Berikut penjelasannya!
- Vaksin OPV
Vaksin OPV diberikan dengan cara diteteskan ke mulut. Mengandung virus hidup yang sudah dilemahkan. Vaksin OPV diberikan pada bayi sebanyak 4 kali, yakni pada saat baru lahir (0 bulan), usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan (sesuai dengan program pemerintah).
Vaksin OPV yang diberikan melalui mulut diberikan sebanyak 0,1 ml atau dua tetes. Namun, jika selama dalam jangka waktu 10 menit setelah pemberian cairan vaksin, bayi memuntahkannya, maka harus diulang.
- Vaksin IPV
Vaksin ini diberikan dengan cara disuntik/injeksi di lengan atau paha. Vaksin IPV berisi komponen poliovirus yang telah dimatikan sehingga relatif lebih aman dibandingkan vaksin polio oral. Vaksin IPV diberikan kepada anak sebanyak 4 kali dengan cara bertahap, yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, antara 6 – 18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 6 – 8 tahun. Kadang-kadang pemberian vaksin IPV pada bayi dilakukan bersamaan dengan vaksin DTaP, Hepatitis B, atau Hib.
Efek Samping
Sebelum mendapatkan vaksin polio oral maupun suntik, pastikan bayi atau anak Moms dalam keadaan sehat. Kadang-kadang, ada efek samping yang menyertai pemberian vaksin polio. Pada pemberian OPV atau vaksin polio oral, anak dapat alami diare ringan tanpa demam. Namun, ini jarang terjadi.
Sementara pada bayi yang mendapatkan IPV atau vaksin polio suntik, dapat menyebabkan kemerahan lokal pada daerah yang disuntik. Bayi juga bisa alami demam ringan. Namun, jangan khawatir, Moms, demam ini bisa diatasi dengan pemberian obat penurun panas seperti yang dosisnya disesuaikan dengan usia anak.
Selain itu, perlu diperhatikan pula, bila anak Moms pernah mengalami reaksi alergi yang serius terhadap antibiotik neomisin, streptomisin, atau polymyxin B, atau memiliki reaksi parah terhadap dosis vaksin sebelumnya, sebaiknya tidak mendapatkan suntikan vaksin polio. Oleh karena itu, pastikan segala sesuatunya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Dokter Anak Moms, ya?
Nah, jika Moms ingin melakukan vaksin polio untuk anak Anda, tak perlu repot mencari informasinya. Kini Moms hanya perlu mengakses www.prosehat.com atau install aplikasi ProSehat, Anda bisa mendapatkan layanan vaksin ke rumah loh!
Info lebih lanjut mengenai vaksinasi hepatitis A, hubungi segera Asisten Kesehatan Maya melalui Telp / SMS / WhatsApp : 0811-18-16-800 sekarang juga!
Referensi:
- Health, C., Doctor Visits, V. and Babies, V. (2018). The polio vaccine | BabyCenter. [online] BabyCenter. Available at: https://www.babycenter.com/0_the-polio-vaccine_1566.bc [Accessed 13 Aug. 2018].
- CDC. Poliovirus. [Internet]. Available at: https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/polio.pdf
- Lembar Fakta Poliomielitis, Rubela, dan Campak [Internet]. IDAI. 2018 [cited 13 August 2018]. Available from: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/lembar-fakta-poliomielitis-rubela-campak
- Media K. Garis Akhir Melawan Virus Polio – Kompas.com [Internet]. KOMPAS.com. 2018 [cited 13 August 2018]. Available from: https://lifestyle.kompas.com/read/2015/09/14/161700723/Garis.Akhir.Melawan.Virus.Polio
- WHO akan umumkan keadaan darurat polio global [Internet]. BBC News Indonesia. 2018 [cited 13 August 2018]. Available from: https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2012/05/120524_polio
- Media K. Kenali Penularan Polio dan Gejalanya – Kompas.com [Internet]. Health.kompas.com. 2018 [cited 13 August 2018]. Available from: https://health.kompas.com/read/2016/03/07/073500023/Kenali.Penularan.Polio.dan.Gejalanya