Telp / WhatsApp : 0811-1816-800

Archive for Category: Kesehatan Wanita

Showing 1–10 of 255 results

  • Human immunodeficiency virus atau yang lebih dikenal sebagai HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuannya dalam melawan infeksi. Pada tahun 2020, sekitar 570.000 orang dewasa dan anak-anak di Indonesia terinfeksi HIV. Sayangnya, hanya seperempatnya atau sekitar 140.000 penderita yang melakukan pengobatan antiretroviral (ARV). HIV bisa ditularkan melalui berbagai media, diantaranya […]

    Penderita HIV Bolehkah Berhubungan Seksual?

    Human immunodeficiency virus atau yang lebih dikenal sebagai HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuannya dalam melawan infeksi. Pada tahun 2020, sekitar 570.000 orang dewasa dan anak-anak di Indonesia terinfeksi HIV. Sayangnya, hanya seperempatnya atau sekitar 140.000 penderita yang melakukan pengobatan antiretroviral (ARV).

    Penderita HIV Bolehkah Berhubungan Seksual

    Penderita HIV Bolehkah Berhubungan Seksual

    HIV bisa ditularkan melalui berbagai media, diantaranya melalui cairan sperma dan vagina saat berhubungan seksual, darah saat menggunakan jarum suntik bersama pada pengguna narkoba, dan ASI pada ibu menyusui. Lalu, bila HIV bisa ditularkan melalui hubungan seksual, bolehkah penderita HIV tetap berhubungan seksual?

    Walau menderita HIV, Anda tetap boleh melakukan hubungan seksual. Namun, penting sekali agar Anda melakukannya dengan aman guna melindungi diri sendiri dan pasangan. Pasalnya, virus HIV memiliki banyak jenis (strain) dimana satu orang bisa menderita beberapa jenis yang berbeda dalam satu waktu. Maka, seks aman adalah kuncinya. Bagaimana caranya? Simak tips di bawah ini!

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Teratur minum obat antiretroviral (ARV)

    Hal pertama yang paling penting adalah mendapatkan obat antiretroviral dan mengonsumsinya secara teratur setelah Anda mengetahui positif HIV. ARV adalah obat yang menghentikan virus HIV dari menyerang kekebalan tubuh Anda. Setidaknya diperlukan 6 bulan terapi untuk dapat mengurangi jumlah virus (viral load) hingga tidak terdeteksi. Pastikan Anda meluangkan waktu untuk rutin kontrol ke dokter.

    Untuk mendapatkan ARV secara gratis, Anda bisa mengunjungi puskesmas tertentu atau rumah sakit rujukan AIDS. Walau ARV diberikan secara gratis, kemungkinan masih diperlukan biaya untuk pemeriksaan laboratorium, administrasi rumah sakit, atau lainnya. Tanyakan dengan lengkap pada pihak rumah sakit mengenai pembiayaan yang dijamin dan tidak dijamin oleh asuransi atau BPJS.

    Baca Juga: 4 Metode yang Umum Digunakan Dalam Tes Pemeriksaan HIV

    Gunakan kondom

    Kondom adalah salah satu bentuk kontrasepsi yang cukup ampuh dalam mencegah penularan HIV. Seberapa besar kondom dapat melindungi dari penularan bergantung kepada cara berhubungannya. Seks anal adalah cara berhubungan yang paling berisiko dibanding seks vaginal dan oral dalam hal penularan HIV. Selain cara berhubungan, menggunakan kondom dengan benar juga sangat mempengaruhi efektivitasnya.

    Minum obat profilaksis prapajanan (PPrP)

    Obat PPrP adalah obat untuk mencegah penularan HIV. Untuk bisa mendapatkan obat PPrP, Anda dan pasangan harus berkonsultasi dulu dengan dokter. Obat ini diminum oleh mereka yang tidak HIV namun memiliki risiko tinggi tertular, misalnya karena pasangan adalah penderita HIV. Dengan mengonsumsi PPrP setiap hari sesuai arahan dokter, Anda dapat terlindungi hingga 99%. Namun, obat ini membutuhkan setidaknya 7 hari untuk mulai bekerja.

    Baca Juga: Bagaimana Cara Penderita HIV/AIDS Menghadapi Covid-19?

    Cek rutin penyakit infeksi menular seksual (IMS)

    Orang dengan HIV memiliki kekebalan tubuh yang lemah sehingga membuatnya rentan terhadap penyakit. Infeksi menular seksual adalah salah satu penyakit yang tidak jarang ditemui bersama dengan HIV karena penderita biasanya memiliki perilaku seksual yang mirip. Dengan rutin memeriksakan diri terhadap penyakit infeksi menular seksual, seperti klamidia, gonore dan sifilis, Anda dapat menurunkan risiko terinfeksi HIV dan kemungkinan terjadinya komplikasi dari infeksi tersebut.

    Sahabat Sehat, dengan melakukan seks yang aman seperti tips di atas, penderita HIV masih dapat melakukan hubungan seksual tanpa harus menularkan ke pasangannya. Konsultasikan dengan dokter dan ikuti perilaku seks yang sehat dan aman.

    Baca Juga: Benarkah Gay Lebih Rentan Terkena HIV?

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Nurul Larasati

     

    Referensi

    1. Heid, M. Safe Sex When You’re HIV-positive.
    2. Santos-Lonhurst, A. You Can Still Have Sex When You’re Living With HIV–Here’s How.
    3. Adzani, F. Kenali Tips Aman Berhubungan Seks dengan Penderita HIV.
    4. Ellis, RR. Types and Strains of HIV.
    5. UNAIDS. Country factsheets, Indonesia 2020. 
    6. Rokom. HIV Ada Obatnya, ARV Disediakan Gratis oleh Pemerintah.  
    7. CDC. STDs and HIV – CDC Fact Sheet.
    Read More
  • Perdarahan dari vagina (Miss V) saat atau setelah berhubungan seks bisa membuat kaget, bingung, dan cemas. Kabar baiknya, mayoritas kejadian ini bukan disebabkan oleh masalah kesehatan yang serius. Hal ini dikenal sebagai perdarahan pasca hubungan seksual atau postcoital bleeding. Sebanyak 9% wanita usia subur akan mengalami perdarahan Miss V setelah berhubungan seks yang tidak berhubungan […]

    Kenali Penyebab Miss V Keluar Darah Pasca Hubungan Seksual

    Perdarahan dari vagina (Miss V) saat atau setelah berhubungan seks bisa membuat kaget, bingung, dan cemas. Kabar baiknya, mayoritas kejadian ini bukan disebabkan oleh masalah kesehatan yang serius. Hal ini dikenal sebagai perdarahan pasca hubungan seksual atau postcoital bleeding.

    Kenali Penyebab Miss V Keluar Darah Pasca Hubungan Seksual

    Kenali Penyebab Miss V Keluar Darah Pasca Hubungan Seksual

    Sebanyak 9% wanita usia subur akan mengalami perdarahan Miss V setelah berhubungan seks yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi mereka. Antara 46% hingga 63% wanita pasca menopause akan mengalami kekeringan vagina, gatal, nyeri tekan, atau perdarahan saat atau setelah berhubungan seks dikarenakan perubahan hormon yang mempengaruhi jaringan vagina dan menyebabkan perdarahan. Perdarahan ringan yang muncul sesekali biasanya bukan hal yang serius. Tetapi, jika Anda memiliki faktor risiko tertentu, penting untuk mencari tahu penyebabnya.

    Penyebab perdarahan pasca hubungan seksual

    Perdarahan pasca hubungan seksual dapat dialami oleh wanita segala usia. Pada orang yang lebih muda dan belum mengalami menopause, sumber perdarahan biasanya berada di leher rahim/ serviks. Sedangkan, pada mereka yang telah mengalami menopause, sumber perdarahan lebih bervariasi, seperti di serviks, rahim, labia, dan uretra. Bagi orang pasca menopause, kanker serviks lebih sering menjadi penyebab perdarahan pasca hubungan seksual. Namun, ada kondisi-kondisi umum lainnya yang juga bisa menjadi penyebab, seperti:

    1. Infeksi

    Beberapa infeksi  menyebabkan peradangan pada jaringan vagina dan mengakibatkan perdarahan, antara lain:

    • Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease)
    • Infeksi menular seksual (sexually transmitted disease)
    • Radang pada serviks (cervicitis)
    • Radang pada vagina (vaginitis)

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    2. Atrofi vagina

    Atrofi vagina adalah kondisi dimana dinding vagina menipis dan meradang. Kondisi ini sering dialami oleh wanita perimenopause (periode menuju menopause) dan menopause, serta wanita yang telah menjalani operasi pengangkatan indung telur (ovarium). Saat wanita tidak mengalami menstruasi lagi, tubuh akan mengurangi produksi hormon estrogen sehingga tubuh akan memproduksi lebih sedikit cairan pelumas pada vagina sehingga vagina mudah kering dan meradang. Selain itu, vagina juga menjadi kurang elastis, jaringannya menjadi lebih rapuh, aliran darah berkurang, dan rentan terhadap robekan dan iritasi. Hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan, nyeri, dan perdarahan saat berhubungan seksual.

    3. Vagina yang kering

    Vagina yang kering dapat menyebabkan perdarahan. Selain sindrom genitourinaria, kekeringan pada vagina dapat disebabkan oleh kondisi lain, seperti:

    • Menyusui
    • Melahirkan
    • Pengangkatan indung telur (ovarium)
    • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat flu, obat asma, antidepresan, dan obat-obatan anti-estrogen
    • Kemoterapi dan radioterapi
    • Terjadinya penetrasi sebelum wanita terangsang sepenuhnya saat berhubungan seksual
    • Vaginal douching (menggunakan cairan pembersih vagina)
    • Menggunakan produk kebersihan wanita, deterjen pakaian, kolam renang yang mengandung zat yang mempengaruhi kondisi vagina
    • Sindrom Sjögren (penyakit peradangan pada sistem imun, yang mengurangi kelembaban tubuh)

    Baca Juga: Penyebab Sulit Menahan Buang Air Kecil dan Cara Mencegahnya

    4. Polip

    Polip adalah pertumbuhan jaringan yang berbentuk tangkai dan menggantung. Kebanyakan dari polip adalah jinak, namun sebagian tumbuh menjadi ganas/ kanker. Polip sering ditemukan di sekitar serviks dan rahim. Gerakan pada polip dapat mengiritasi jaringan sekitar dan menyebabkan perdarahan.

    5. Robekan dinding vagina

    Aktivitas seksual yang terlalu kuat/ kasar dapat menyebabkan luka kecil atau lecet pada dinding vagina. Hal ini cenderung terjadi pada wanita dengan vagina kering.

    6. Kanker

    Perdarahan vagina yang timbul sewaktu-waktu bisa menandakan adanya kanker serviks atau kanker vagina. Sekitar 11% dari perdarahan pasca hubungan seksual adalah gejala awal kanker serviks atau kanker vagina.

    Baca Juga: 5 Ciri dan Bentuk Vagina Sehat yang Penting Diketahui Kaum Hawa

    Kiat mengatasi perdarahan Miss V

    Mengatasi perdarahan Miss V tergantung dari penyebabnya dan perlu dikonsultasikan dengan dokter. Penyebab perdarahan akan menentukan terapi yang akan diberikan, misalnya terapi hormon bila disebabkan oleh menopause. Bila penyebab perdarahan adalah kekeringan vagina dan gesekan saat berhubungan, maka Anda dapat menggunakan lubrikan/ pelumas sebelum berhubungan.

    Ada tiga jenis lubrikan, yaitu lubrikan berbahan dasar air, silikon, dan minyak. Bila pasangan menggunakan kondom, gunakan lubrikan berbahan dasar air, karena lubrikan yang berbahan dasar minyak dapat merusak kondom. Berhubungan seksual secara perlahan dan berhenti saat merasa nyeri juga membantu mengurangi risiko perdarahan. Perlu diketahui juga bahwa lubrikan yang dipakai secara rutin dapat diserap oleh dinding vagina sehingga meningkatkan kelembaban vagina dan mengembalikan pH vagina yang alami.

    Berikut adalah tanda-tanda penyerta perdarahan pasca berhubungan seksual yang perlu diwaspadai dan memerlukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter, diantaranya:

    • Perdarahan pada vagina pasca menopause
    • Vagina terasa gatal atau terbakar
    • Rasa terbakar atau tersengat saat berkemih
    • Nyeri berhubungan seksual
    • Perdarahan banyak
    • Nyeri perut hebat
    • Nyeri punggung bawah
    • Mual/ muntah
    • Keputihan pada vagina yang tidak biasa.

    Jenis pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan oleh dokter pun beragam sesuai hasil pemeriksaan awal, antara lain pemeriksaan dengan spekulum, pap smear, biopsi, USG transvaginal, dan sebagainya.

    Baca Juga: Awas, Penyebab Miss V Gatal Bisa Jadi Ada Kencing Manis

    Sahabat Sehat, bila Anda mengalami perdarahan Miss V pasca hubungan seksual, jangan segan untuk mencari tahu penyebabnya sedini mungkin. Selain berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan terapi yang tepat, bicarakan juga dengan pasangan Anda.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Gloria Teo
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Cornforth T, Rainford M. Vaginal Bleeding During or After Sex.
    2. Kim HK, Kang SY, Chung YJ, Kim JH, Kim MR. The Recent Review of the Genitourinary Syndrome of Menopause.
    3. Kay C. What Causes Bleeding After Sex?
    4. Machalinski A, Pathak N. Bleeding After Sex.
    Read More
  • Kehamilan adalah hal yang umumnya diinginkan oleh pasangan yang telah berkeluarga. Mungkin tidak jarang Sahabat Sehat merasa kebingungan mengenai tanda-tanda di awal kehamilan. Kini telah tersedia berbagai tes kehamilan, seperti tes urin serta pemeriksaan USG. Namun, apa saja tanda awal di masa kehamilan ? Sahabat Sehat, mari simak penjelasan berikut. Apa Saja Gejala Awal Kehamilan? […]

    Kenali Tanda Awal Kehamilan yang Penting untuk Kamu Ketahui

    Kehamilan adalah hal yang umumnya diinginkan oleh pasangan yang telah berkeluarga. Mungkin tidak jarang Sahabat Sehat merasa kebingungan mengenai tanda-tanda di awal kehamilan. Kini telah tersedia berbagai tes kehamilan, seperti tes urin serta pemeriksaan USG. Namun, apa saja tanda awal di masa kehamilan ? Sahabat Sehat, mari simak penjelasan berikut.

    Kenali Tanda Awal Kehamilan yang Penting untuk Kamu Ketahui

    Kenali Tanda Awal Kehamilan yang Penting untuk Kamu Ketahui

    Apa Saja Gejala Awal Kehamilan?

    Setiap wanita memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pengalaman yang dirasakan di setiap kehamilan. Tidak ada satupun wanita yang memiliki tanda dan gejala kehamilan yang sama persis, bahkan dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya.

    Ditambah, ada beberapa tanda dan gejala kehamilan yang sering tidak disadari sebab gejala awal kehamilan menyerupai gejala menjelang menstruasi. Berikut ini beberapa gejala awal kehamilan yang paling umum dialami wanita, yaitu:

    • Terlambat menstruasi

    Terlambat menstruasi dapat menjadi tanda awal kehamilannya. Apabila terjadi kehamilan, sel telur akan menempel pada dinding rahim yang kemudian akan berkembang menjadi janin dalam kurun waktu 9 bulan. Saat itu, tubuh akan melepaskan hormon kehamilan (hormon HCG) yang memberi sinyal pada indung telur untuk berhenti memproduksi sel telur baru selama hamil. Itu sebabnya Sahabat Sehat tidak akan mengalami haid selama hamil. 

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    • Perubahan payudara dan puting

    Setelah terjadi pembuahan, kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh juga meningkat, hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada payudara. Saat hamil, ukuran payudara membesar hingga bengkak dan dapat disertai dengan rasa nyeri, payudara terasa penuh, serta puting tampak menghitam (areola). Perubahan pada payudara ini dapat terjadi di usia kehamilan 4 – 6 minggu, sedangkan perubahan warna puting mulai terjadi pada minggu ke-11 kehamilan.

    Baca Juga: 10 Makanan Sehat untuk Ibu Hamil

    • Mual dan muntah

    Mual dan muntah menjadi salah satu gejala awal kehamilan lainnya yang umum dialami saat hamil. Melansir American Pregnancy Association (APA), sebagian besar wanita hamil mengalami keluhan tersebut. Sebagian wanita hamil akan terus mengalami mual dan muntah sejak trimester pertama hingga memasuki trimester kedua, meski pada sebagian ibu hamil dapat berlanjut hingga menjelang persalinan. Rata-rata gejala mual dan muntah dapat mereda dengan sendirinya seiring bertambahnya usia kehamilan. 

    • Indera penciuman sensitif

    Beberapa studi menyebutkan bahwa kepekaan hidung meningkat drastis selama masa kehamilan. Ketika mencium bau tertentu, Sahabat Sehat dapat merasa pusing, mual dan muntah, atau bahkan dapat merusak suasana hatinya. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi ibu hamil saat ngidam. Selera makannya turut berubah akibat mencium aroma makanan tertentu.

    Baca Juga: Kenali Bahaya dan Tips Mengatasi Flu Saat Hamil

    • Keluar flek (bercak darah) dari vagina

    Bercak darah sebagai tanda kehamilan berbeda dengan darah menstruasi. Bercak darah ini disebut sebagai pendarahan implantasi, biasanya berlangsung pada awal kehamilan. Kondisi ini terjadi akibat bakal janin (embrio) melekat pada dinding rahim. Pendarahan implantasi umumnya berupa 1 atau 2 tetes darah dan dapat terjadi sekitar  10-14 hari setelah pembuahan, berlangsung selama 1-3 hari. 

    • Mudah lelah dan lemas

    Meski belum pasti, kelelahan dan rasa lemas dapat menjadi tanda kehamilan. Kelelahan yang luar biasa dapat terjadi pada trimester 1 kehamilan. Kondisi ini disebabkan karena meningkatnya hormon progesteron di awal kehamilan sehingga memicu rasa kantuk. Rasa kantuk inilah yang membuat wanita hamil menjadi mudah lelah dan ingin beristirahat. 

    • Kram perut

    Proses perlekatan bakal janin (embrio) di awal kehamilan juga dapat menyebabkan kram perut, hal inilah yang menyebabkan kram perut dapat terjadi bersamaan dengan keluarnya flek darah. Kram perut pada wanita hamil umumnya tidak terlalu berat, hanya terasa seperti dicubit dan berlangsung singkat. Kondisi ini terjadi akibat proses implantasi embrio yang cenderung berpusat pada satu titik lokasi saja. 

    Baca Juga: Alasan Pentingnya Vaksin TT Bagi Ibu Hamil

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai berbagai tanda awal kehamilan. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Healthline. Pregnancy Symptoms: Early Signs You May Be Pregnant.
    2. Mayo Clinic. Symptoms of pregnancy: What happens first.
    3. WebMD. Pregnancy Symptoms: 10 Early Signs That You Might Be Pregnant.
    4. American Pregnancy Association. Pregnancy Symptoms.
    Read More
  • Covid-19 masih melanda berbagai negara, termasuk Indonesia. Sudah hampir 2 tahun pandemi ini berjalan di negara kita. Virus jenis RNA ini sangat mudah bermutasi sehingga menimbulkan jenis-jenis varian baru yang dapat meningkatkan penyebaran Covid-19. Hingga akhir ini terdapat varian baru yang disebut dengan Omicron dan diperkirakan penyebarannya lebih mudah dibandingkan jenis-jenis varian Covid-19 sebelumnya. Untuk […]

    Apakah Ibu Hamil Aman untuk Vaksin Booster? 

    Covid-19 masih melanda berbagai negara, termasuk Indonesia. Sudah hampir 2 tahun pandemi ini berjalan di negara kita. Virus jenis RNA ini sangat mudah bermutasi sehingga menimbulkan jenis-jenis varian baru yang dapat meningkatkan penyebaran Covid-19. Hingga akhir ini terdapat varian baru yang disebut dengan Omicron dan diperkirakan penyebarannya lebih mudah dibandingkan jenis-jenis varian Covid-19 sebelumnya.

    Apakah Ibu Hamil Aman untuk Vaksin Booster 

    Apakah Ibu Hamil Aman untuk Vaksin Booster?

    Untuk Mama yang sedang hamil perlu meningkatkan protokol kesehatan agar terhindar dari Covid-19 selama hamil. Salah satu cara mencegahnya adalah dengan mengikuti vaksinasi Covid-19. Setelah melakukan vaksinasi dosis pertama dan kedua, pemberian vaksin booster bermanfaat untuk menjaga agar jumlah antibodi terhadap Covid-19 tetap tinggi.

     Dalam waktu dekat, vaksin booster akan diberikan bagi masyarakat umum. Namun bagaimana dengan Mama yang sedang hamil? Apakah ibu hamil boleh mendapatkan vaksin booster? Mari simak penjelasan berikut.

    Jenis Vaksin Booster Bagi Ibu Hamil

    Hingga kini telah tersedia berbagai jenis vaksin Covid-19 dengan cara kerja yang berbeda-beda. Sebagian vaksin terbuat dari bagian virus Covid-19, sebagian vaksin lainnya berasal dari virus lain yang dimasukkan protein virus Covid-19, dan sebagian vaksin lainnya berasal dari virus Covid-19 yang telah dilemahkan.

    Hampir semua jenis vaksin Covid-19 telah dilakukan penelitian dan diketahui bahwa pemberian vaksin terbukti dapat mencegah terjadinya infeksi Covid-19 yang berat. Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) sudah memberikan izin penggunaan darurat pada 10 jenis vaksin COVID-19, yakni Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, Novavax, Sputnik-V, Janssen, Convidencia, dan Zifivax.

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Bagi Mama yang sedang hamil, vaksin Covid-19 booster dapat diberikan. Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor: HK.02.02/II/252/2022, syarat untuk mendapatkan vaksin booster bagi Mama yang sedang hamil sama dengan syarat vaksinasi dosis pertama dan kedua. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mengeluarkan beberapa persyaratan untuk vaksinasi Covid-19 tersebut. Syarat yang harus dipenuhi adalah:

    • Usia kandungan diatas 13 minggu, atau antara 13-33 minggu
    • Memiliki tekanan darah normal
    • Tidak sedang menjalani pengobatan dan jika memiliki penyakit bawaan (atau penyakit komorbid) harus dalam kondisi terkontrol

    Saat ini, vaksin yang diperbolehkan bagi Mama yang sedang hamil adalah Sinovac, Moderna, Pfizer sesuai ketersediaan vaksin di lapangan. 

    Pemberian vaksin booster Covid-19 memberikan manfaat untuk mempertahankan proteksi terhadap infeksi Covid-19 yang berat, karena kadar antibodi dari vaksin dosis pertama dan kedua dapat menurun. Hal tersebut juga sangat penting bagi Mama yang sedang hamil agar terhindar dari infeksi Covid-19 berat karena dapat menyebabkan kelahiran prematur, perawatan di Intensive Care Unit (ICU), penggunaan alat bantu nafas (ventilator), bahkan kematian.

    Baca Juga: 10 Syarat Agar Ibu Hamil Boleh Menerima Vaksin Covid 19

    Tips Mencegah Covid-19 Bagi Ibu Hamil

    Covid-19 dapat berdampak buruk bagi ibu hamil dan janin. Untuk melawan Covid-19, Pemerintah mengupayakan ketersediaan vaksin terpenuhi untuk setidaknya 208.265.720 penduduk untuk tercapainya kekebalan kelompok atau herd immunity. Vaksin booster dinilai aman untuk diberikan bagi Mama yang sedang hamil, dan syaratnya sama seperti vaksinasi pertama dan kedua Covid-19. Selain itu, lakukan beberapa tips berikut untuk mencegah terinfeksi Covid-19:

    1. Memakai masker
    2. Menjaga jarak
    3. Rutin mencuci tangan, terutama setelah memegang benda di tempat umum
    4. Membatasi mobilisasi
    5. Kontrol rutin ke dokter selama hamil
    6. Konsumsi makanan bergizi seimbang, seperti buah, sayur, dan susu ibu hamil.

    Baca Juga: Kenali Bahaya dan Tips Mengatasi Flu Saat Hamil

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai vaksinasi Covid-19 booster bagi ibu hamil yang akan mulai diberikan oleh Pemerintah pada tahun 2022. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. John Hopkins. Coronavirus COVID-19 (SARS-CoV-2).
    2. World Health Organization. Update on Omicron.
    3. Centers for Disease Control and Prevention. Different COVID-19 Vaccines.
    4. Jakarta COVID-19 Response Team. Kenalan Dengan Vaksin-Vaksin Covid-19 Yuk.
    5. Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Vaksin COVID-19.
    6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor: HK.02.02/II/252/2022.
    7. Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Vaksin COVID-19 Aman untuk Ibu Hamil – Masyarakat Umum.
    8. The American College of Obstetricians and Gynaecologist. COVID-19 Vaccines and Pregnancy: Conversation Guide for Clinicians.
    Read More
  • Sahabat Sehat, keputihan umum dialami oleh perempuan setiap bulan, misalnya saat menjelang menstruasi. Tapi, dapatkan Sahabat Sehat membedakan keputihan yang normal dan yang perlu dicurigai karena kanker serviks? Ya, kanker serviks dapat menimbulkan keputihan juga sebagai salah satu gejalanya. Maka penting sekali bagi Sahabat Sehat untuk memahami perbedaan jenisnya. Yuk kenali lebih lanjut mengenai kanker […]

    Kenali Ciri Keputihan Sebagai Tanda Kanker Serviks

    Sahabat Sehat, keputihan umum dialami oleh perempuan setiap bulan, misalnya saat menjelang menstruasi. Tapi, dapatkan Sahabat Sehat membedakan keputihan yang normal dan yang perlu dicurigai karena kanker serviks?

    Ya, kanker serviks dapat menimbulkan keputihan juga sebagai salah satu gejalanya. Maka penting sekali bagi Sahabat Sehat untuk memahami perbedaan jenisnya. Yuk kenali lebih lanjut mengenai kanker serviks dan ciri-ciri dari penyakit ini pada artikel ini.

    Kenali Ciri Keputihan Sebagai Tanda Kanker Serviks

    Kenali Ciri Keputihan Sebagai Tanda Kanker Serviks

    Kanker Serviks

    Kanker serviks adalah kanker atau keganasan yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Kanker ini berkembang secara perlahan-lahan dan menunjukkan gejalanya apabila sudah memasuki stadium lanjut. Serviks merupakan organ kewanitaan sepertiga bawah rahim (uterus), berbentuk silindris dan menonjol serta berhubungan dengan vagina.

    Secara umum, kanker merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah penyakit kardiovaskular. Faktanya, setiap jam, 2 perempuan meninggal karena kanker serviks di Indonesia. Hampir 95% kanker serviks disebabkan oleh virus HPV atau human papillomavirus. Ada dua jenis HPV, yaitu HPV risiko tinggi atau HPV Onkogenik (yang menjadi penyebab kanker), seperti HPV tipe 16, 18, dan 31, 33, 45, 52, 58. Ada pula HPV yang risiko rendah atau non-onkogenik yaitu tipe 6, 11, 32 dan sebagainya.

    harga vaksin hpv, biaya vaksin hpv

    Faktor Risiko Kanker Serviks

    Selain dari infeksi virus HPV, ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam seseorang terkena kanker serviks, yaitu:

    1. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 20 tahun)
    2. Berganti-ganti pasangan seksual
    3. Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti-ganti pasangan
    4. Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul
    5. Perempuan perokok dan perokok pasif
    6. Melahirkan banyak anak
    7. Menggunakan alat kontrasepsi.

    Baca Juga: Vaksin Kanker Serviks, Apa dan Bagaimana Aturannya?

    Gejala Kanker Serviks

    Beberapa pasien tidak mengalami gejala apapun pada stadium awal kanker serviks sampai akhirnya berkembang ke tahap stadium lanjut yang baru menimbulkan gejala.

    Gejala yang mungkin timbul pada stadium awal berupa:

    • Perdarahan vagina yang menyerupai perdarahan menstruasi namun lebih berat dan lebih lama. Atau, Timbulnya bercak darah atau flek diantara periode menstruasi.
    • Keputihan berwarna merah muda, coklat atau berdarah, dan berbau. Kadang-kadang keputihan disertai dengan potongan jaringan akibat infeksi sel kanker.
    • Nyeri panggul dan sebagian merasakan nyeri punggung bawah dan perut bagian bawah.
    • Nyeri saat berhubungan intim hingga keluarnya darah dari vagina setiap berhubungan seksual.

    Baca Juga: Keputihan, Waspadai Penyebab dan Jenisnya!

    Pada stadium lanjut, sel kanker serviks kemungkinan bermetastasis atau menyebar ke organ lainnya seperti organ pada panggul sampai ke kelenjar getah bening yang ada pada seluruh tubuh.

    Gejala kanker serviks pada stadium lanjut dapat berupa:

    • Nyeri kaki
    • Berat badan berkurang secara drastis
    • Kelelahan
    • Nyeri pada punggung bawah
    • Keluarnya urin dan tinja dari vagina
    • Keluarnya darah bercampur dengan urin
    • Kesulitan untuk buang air kecil
    • Tulang rapuh hingga mudah patah (apabila penyebaran kanker mencapai tulang).

    Sahabat Sehat, seperti itulah ciri-ciri keputihan pada kanker serviks. Jika biasanya keputihan hanya seperti lendir bening atau berwarna putih, maka pada kanker serviks tampak disertai perdarahan atau berwarna coklat dan disertai bau. Bahkan, seringkali terdapat potongan jaringan yang keluar bersamaan dengan keputihan.

    Semua perempuan memiliki risiko terinfeksi virus HPV. Sebagian yang terinfeksi juga memiliki risiko menjadi kanker serviks. Maka, hal yang patut kita lakukan adalah melakukan pencegahan dengan menerapkan gaya hidup dan perilaku seksual yang sehat serta melakukan vaksinasi HPV agar dapat mencegah infeksi HPV dan kanker serviks.

    Vaksinasi HPV sangat penting bagi perempuan karena kanker serviks masih menjadi salah satu penyebab kematian perempuan tertinggi di Indonesia. Tidak hanya itu, selama proses pertumbuhan kanker, produktivitas penderita akan terganggu.

    Baca Juga: Pria Juga Berisiko Terinfeksi Virus HPV

    Ayo segera jadwalkan vaksinasi HPV Sahabat Sehat bersama Prosehat. Layanan vaksinasi adalah salah satu layanan unggulan Prosehat yang bisa Anda lakukan di klinik Prosehat di Grand Wisata Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat, atau di rumah untuk kenyamanan dan kemudahan Sahabat Sehat. Ajak saudara dan kerabat perempuan Anda juga untuk mendapatkan harga yang lebih menarik lagi dan Anda bisa sehat bersama-sama!

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia D
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Kanker.kemkes.go.id. 2021.
    2. Kata Data. 2021. Ini Jenis Kanker yang Paling Banyak Diderita Penduduk Indonesia
    3. Direktorat P2PTM. 2016. Kenali Gejala Kanker Serviks Sejak Dini – Direktorat P2PTM.
    4. C. Quartell, MD, A., 2021. 7 Cervical Cancer Warning Signs – Dr. Quartell Gynecology.
    5. Cancer.org. 2020. Cervical Cancer Symptoms | Signs of Cervical Cancer.
    6. Medanta.org. 2021. 6 Signs and Symptoms of Cervical Cancer in Women.
    7. Markman, MD, M., 2021. What are the Symptoms and Signs of Cervical Cancer?.

     

    Read More
  • Flu merupakan penyakit yang umum terjadi, termasuk pada ibu hamil. Meski memiliki gejala yang ringan dan merupakan self limiting disease (dapat sembuh sendiri) dimana kondisi umumnya akan membaik dalam waktu sekitar 3 – 7 hari, akan tetapi pada ibu hamil flu dapat berlangsung lebih lama. Selain itu, flu pada ibu hamil juga dapat memicu munculnya […]

    Kenali Bahaya dan Tips Mengatasi Flu Saat Hamil

    Flu merupakan penyakit yang umum terjadi, termasuk pada ibu hamil. Meski memiliki gejala yang ringan dan merupakan self limiting disease (dapat sembuh sendiri) dimana kondisi umumnya akan membaik dalam waktu sekitar 3 – 7 hari, akan tetapi pada ibu hamil flu dapat berlangsung lebih lama. Selain itu, flu pada ibu hamil juga dapat memicu munculnya komplikasi, seperti meningkatkan risiko terjadinya pneumonia. 

    Kenali Bahaya dan Tips Mengatasi Flu Saat Hamil

    Kenali Bahaya dan Tips Mengatasi Flu Saat Hamil

    Flu adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus influenza. Mendapatkan perawatan di rumah dan mengonsumsi obat flu yang dijual bebas di apotik sebenarnya mampu mengatasi gejala flu dan membuat Anda lebih baik. Namun, beda halnya saat Anda terkena flu saat hamil. Ini karena ibu hamil tidak boleh mengonsumsi sembarang obat pereda flu.

    Apakah Bahaya Terkena Flu saat Hamil?

    Flu akibat infeksi virus biasanya akan membuat penderitanya mengalami berbagai gejala flu, seperti pilek, lemas, batuk, bersin, demam, hingga radang tenggorokan. Sedangkan pada ibu hamil, gejala flu tersebut dapat memburuk karena perubahan sistem kekebalan tubuh, fungsi paru dan jantung selama kehamilan. 

    Perubahan yang dimaksud pada ibu hamil salah satunya adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh yang membuatnya lebih lebih rentan terhadap infeksi sehingga lebih berisiko mengalami komplikasi. 

    Adapun beberapa komplikasi yang mungkin dialami ibu hamil, yakni:

    • Pneumonia
    • Bronkitis
    • Infeksi sinus

    Tak hanya itu, apapun yang dialami ibu hamil tidak hanya memengaruhi dirinya, tetapi juga janin dalam kandungannya. Itulah mengapa penanganan penyakit pada ibu hamil jauh lebih rumit dan berisiko. 

    vaksin ke rumah, layanan ke rumah, vaksinasi di rumah aja

    Tips Mengatasi Flu saat Hamil

    Apabila Anda sedang hamil dan terkena flu, segeralah berobat ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Sebab, penanganan flu untuk ibu hamil akan lebih kompleks, karena tidak hanya memprioritaskan kesembuhan si Ibu, tapi juga memikirkan efek samping yang mungkin berdampak pada janin dalam kandungan. 

    Oleh sebab itu, biasanya dokter akan memberikan kombinasi dua cara untuk mengatasi flu saat hamil seperti berikut ini:

    • Minum obat

    Konsumsi obat flu untuk ibu hamil sebenarnya tidak direkomendasikan, terutama pada trimester awal kehamilan. Sebab, beberapa jenis obat dapat mengganggu tumbuh kembang janin, bahkan dapat menyebabkan keguguran. 

    Para ahli tidak merekomendasikan untuk memberikan obat pada ibu hamil dengan usia kehamilan 12 minggu hingga 28 minggu. Periode tersebut merupakan masa kritis bagi perkembangan organ janin.

    Namun jika ibu hamil merasa sangat terganggu dengan gejalanya, sebaiknya berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter kandungan Anda. 

    Ada beberapa obat flu yang dapat dikonsumsi ibu hamil untuk meredakan gejalanya, seperti paracetamol untuk mengatasi demam dan meredakan nyeri. Selain itu, ibu hamil juga dapat menggunakan obat dextromethorphan saat flu guna meredakan batuk. 

    Penggunaan semprot atau tetes hidung saline dapat digunakan untuk mengurangi lendir hidung sekaligus menenangkan jaringan hidung yang meradang. Alat ini dapat berguna untuk meredakan hidung tersumbat pada ibu hamil. Meski demikian, berkonsultasi dengan dokter tetap diperlukan guna memastikan keamanannya. 

    Baca Juga: Awas, Batuk Saat Hamil Berbahaya Bagi Janin! Ini Solusinya

    • Cara alami

    Selain menggunakan obat yang diresepkan dokter, Anda juga dapat mengatasi flu ringan secara alami saat hamil. Berikut beberapa cara yang ibu hamil bisa lakukan:

    • Cukupi kebutuhan cairan tubuh dengan banyak minum air putih sekitar 2,5 – 3 liter, atau diselingi dengan jus buah, teh hangat, maupun makanan yang banyak mengandung air seperti sup, air kaldu, atau buah-buahan. 
    • Konsumsi makanan hangat, seperti berbagai sup, atau bubur.
    • Kurangi aktivitas dan istirahat yang cukup
    • Jaga sirkulasi udara agar tetap bersih, misalnnya dengan tidak merokok di dalam ruangan, menggunakan pelembab udara (humidifier), maupun membuka jendela agar udara dapat berganti. 
    • Kumur dengan campuran garam dan air hangat. Ini bermanfaat untuk meredakan batuk dan radang tenggorokan. 
    • Olahraga rutin. Rutin melakukan aktifitas fisik atau olahraga dapat meningkatkan sistem imun tubuh, misalnya seperti berjalan kaki, yoga, dan senam. 

    Baca Juga: Musim Flu di Australia, Perlukah Mahasiswa Vaksin Influenza?

    Cara Mencegah Flu saat Hamil

    Pada dasarnya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karenanya, para ahli merekomendasikan ibu hamil untuk segera mendapatkan vaksin flu sedini mungkin. Selain sebagai upaya pencegahan, vaksin flu ini juga mampu mengurangi gejala dan risiko komplikasi flu pada ibu hamil. 

    Selain mendapatkan vaksinasi flu, para ahli juga menyarankan melakukan beberapa perilaku berikut ini guna mencegah terserang flu, diantaranya:

    • Menghindari kontak dengan orang yang sakit dan menjauhi kerumunan. 
    • Menerapkan etika batuk dan bersin dengan menggunakan tisu, kain, atau lengan bagian dalam. 
    • Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sesering mungkin.
    • Menggunakan masker saat sakit atau ketika pergi ke rumah sakit dan tempat keramaian.

    Baca Juga: Mengapa Vaksin Flu Penting Untuk Kuliah di Luar Negeri?

    Nah Sahabat Sehat, itu adalah tips untuk ibu hamil dalam mengatasi flu. Selalu konsultasikan dengan dokter jika Anda merasa memerlukan obat-obatan untuk meredakan gejala. Jika Sahabat Sehat ingin vaksinasi flu, Anda bisa menggunakan layanan vaksinasi dari Prosehat. Layanan ini bisa dilakukan di klinik Prosehat di Grand Wisata Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat, atau di rumah untuk kenyamanan dan kemudahan Sahabat Sehat.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Aida Erebara, G. Treating the common cold during pregnancy.
    2. CDC. Pregnant? You Need a Flushot!
    3. Verywell Family. Treating Your Cold and Flu Symptoms While You Are Pregnant.
    4. American Pregnancy Association. Cough and Cold During Pregnancy.
    5. Healthline. Treating a Cold or Flu When Pregnant.
    6. Center for Disease Control and Prevention. Flu & Pregnant Women
    Read More
  • Penyakit hepatitis B merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B pada hati yang dapat menyebabkan penyakit jangka pendek maupun jangka panjang. Sahabat Sehat dapat tertular hepatitis B melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh, contohnya melalui jarum suntik bekas penderita hepatitis B, maupun kontak seksual dengan penderita hepatitis B. Selain itu, hepatitis […]

    Begini Penanganan Hepatitis B Pada Ibu Hamil

    Penyakit hepatitis B merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B pada hati yang dapat menyebabkan penyakit jangka pendek maupun jangka panjang. Sahabat Sehat dapat tertular hepatitis B melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh, contohnya melalui jarum suntik bekas penderita hepatitis B, maupun kontak seksual dengan penderita hepatitis B. Selain itu, hepatitis B juga dapat ditularkan ibu hamil kepada anaknya saat melahirkan.

    Begini Penanganan Hepatitis B Pada Ibu Hamil

    Begini Penanganan Hepatitis B Pada Ibu Hamil

    Sahabat Sehat, bagaimana penanganan hepatitis B pada ibu hamil? Mari simak penjelasan berikut.

    Jumlah Penderita Hepatitis B

    Menurut data dari World Health Organization (WHO), terdapat 296 juta orang hidup dengan hepatitis B dan diperkirakan 1,5 juta kasus hepatitis B pada tahun 2019. Hepatitis B dapat menjadi penyakit jangka panjang, yang bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada hati. Salah satu contoh komplikasi yang dapat terjadi adalah kanker hati.

    Penanganan Hepatitis B Pada Ibu Hamil

    Saat ini terdapat beberapa pilihan pengobatan bagi penderita hepatitis B. Obat dapat diberikan dalam bentuk suntikan ataupun obat yang diminum. Pengobatan ditujukan pada hepatitis B jangka panjang untuk menekan virus Hepatitis B agar menjadi inaktif. Dengan kondisi virus yang inaktif, maka efek kerusakan yang disebabkan oleh virus dapat ditekan dan juga penularan hepatitis B dapat diturunkan.

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Bagi ibu hamil yang menderita hepatitis B, disarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar virus hepatitis B dalam tubuh. Apabila hasil menunjukkan kadar virus hepatitis B cukup tinggi, maka dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan obat antivirus yang dapat menekan virus hepatitis B. 

    Pengobatan diberikan pada saat trimester ketiga kehamilan. Dengan kadar virus yang rendah, maka risiko penularan dari ibu saat melahirkan bayinya dapat diturunkan. Sebelum memulai pengobatan hepatitis B, pastikan untuk berkonsultasi lebih dulu dengan dokter.

    Untuk metode persalinan dapat dilakukan secara normal maupun operasi caesar. Masih terdapat perdebatan mengenai metode persalinan ibu yang menderita hepatitis B. Data dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode operasi caesar dapat menurunkan risiko penularan hepatitis B dari ibu ke bayinya dibandingkan dengan persalinan normal. Mengenai cara melahirkan bayi untuk menurunkan risiko penularan hepatitis B masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

    Baca Juga: Penyebab Infeksi Hepatitis B pada Bayi

    Pola Hidup Sehat Bagi Penderita Hepatitis B

    Gaya hidup bagi penderita hepatitis B juga perlu dijaga. Makan makanan yang bergizi dan minum air putih yang cukup dapat menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Makanan yang berlemak dan minuman alkohol dapat memicu terjadinya perlemakan hati yang dapat memperberat kerja hati. Jika hal ini terjadi pada penderita hepatitis B, maka perburukan pada hati dapat terjadi lebih cepat. 

    Maka penderita hepatitis B dianjurkan beristirahat yang cukup, menghindari makanan berlemak maupun minuman beralkohol. Konsumsi buah dan sayur serta kontrol berkala ke dokter agar dipantau kondisi kesehatannya.

    Baca Juga: 10 Bahaya Hepatitis B pada Bayi!

    Mencegah Dengan Vaksin Hepatitis B

    Hepatitis B dapat dicegah dengan pemberian vaksin hepatitis B. Vaksin diberikan dalam 3 dosis, dosis kedua diberikan 1 bulan sejak dosis pertama dan dosis ketiga diberikan 6 bulan sejak dosis pertama. 

    Baca Juga: Yang Perlu Sahabat Sehat Ketahui Tentang Vaksin Hepatitis B

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai penanganan hepatitis B pada ibu hamil. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh : dr. Monica Cynthia Dewi

    Referensi

    1. WHO. Hepatitis B.
    2. CDC. Hepatitis B.
    3. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Hepatitis B.
    4. Hepatitis B Foundation. I am currently pregnant, and I have chronic hepatitis B. What should I do to protect my baby?
    5. WHO. Prevention of mother-to-child transmission of hepatitis B virus: Guidelines on antiviral prophylaxis in pregnancy.
    6. Ayoub W, Cohen E. Hepatitis B Management in the Pregnant Patient: An Update.
    7. Borgia G. Hepatitis B in pregnancy.
    Read More
  • Rubella atau yang disebut juga campak Jerman adalah infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah pada kulit. Meskipun sama-sama menyebabkan ruam kemerahan pada kulit, rubella berbeda dengan campak. Selain disebabkan oleh virus yang berbeda jenisnya, umumnya campak memiliki efek samping yang lebih parah dari rubella. Tapi jangan sampai dianggap sepele ya, Moms. Rubella dapat menginfeksi […]

    Kenali Bahaya dan Cara Mencegah Rubella Saat Hamil

    Rubella atau yang disebut juga campak Jerman adalah infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah pada kulit. Meskipun sama-sama menyebabkan ruam kemerahan pada kulit, rubella berbeda dengan campak. Selain disebabkan oleh virus yang berbeda jenisnya, umumnya campak memiliki efek samping yang lebih parah dari rubella. Tapi jangan sampai dianggap sepele ya, Moms.

    Kenali Bahaya dan Cara Mencegah Rubella Saat Hamil

    Kenali Bahaya dan Cara Mencegah Rubella Saat Hamil

    Rubella dapat menginfeksi ibu hamil, biasanya pada trimester pertama kehamilan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan keguguran atau jika kehamilan terus berlangsung tentunya akan menyebabkan beberapa efek samping pada bayi yang ada didalam kandungan seperti bayi dapat lahir tuli, katarak atau mengalami kelainan jantung.

    Bagaimana Virus Rubella Berkembang Biak?

    Virus rubella merupakan suatu virus RNA, ditularkan melalui saluran pernapasan dan berkembang biak di daerah sekitar rongga hidung, mulut dan juga kelenjar getah bening.

    Selanjutnya, virus akan beredar dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh sekitar 5-7 hari sejak virus masuk pertama kali. Sejak awal terkena virus ini, gejala ruam akan timbul sekitar 14 hari kemudian, jadi masa inkubasinya sekitar 2 minggu.

    vaksin ke rumah, layanan ke rumah, vaksinasi di rumah aja

    Mengapa Virus Rubella Sering Menyerang Ibu Hamil?

    Pada dasarnya virus rubella dapat menyerang siapapun. Bila daya tahan tubuh baik, virus ini akan menimbulkan gejala ringan saja atau bahkan tanpa gejala. Masalahnya, pada ibu hamil, sistem daya tahan tubuh memang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, sehingga infeksi virus manapun akan dengan mudah masuk ke dalam tubuh.

    Baca Juga: Suntik Rubella Amankah Buat Anak?

    Bahaya Infeksi Rubella Pada Ibu Hamil

    Masalah utama pada infeksi virus rubella adalah virus ini bersifat teratogenik atau dapat mengakibatkan cacat bawaan dan dapat melewati plasenta, sampai ke janin dan mengganggu proses pertumbuhan sel janin atau bahkan menghancurkan sel-sel janin.

    Berikut ini beberapa jenis kelainan bawaan yang mungkin terjadi pada bayi akibat infeksi Rubella:

    1. Kelainan mata (katarak, retinopati)
    2. Kelainan jantung (kelainan katup jantung)
    3. Kelainan saraf (retardasi mental dan radang selaput otak)
    4. Gangguan atau kelainan pada telinga (ketulian), ketulian merupakan komplikasi tersering dari ibu hamil yang terkena rubella
    5. Kelainan organ lainnya (pembengkakan hati dan limpa serta gangguan pembekuan darah).

    Baca Juga: Yuk, Cari Tahu Perbedaan Campak dan Rubella

    Bagaimana Cara Mencegah agar Ibu Hamil tidak Terkena Infeksi Rubella?

    Tidak ada pengobatan khusus yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi dari infeksi Rubella pada janin. Maka, pencegahan terbaik untuk melindungi diri sendiri serta janin adalah menghindarkan ibu hamil dari penyakit Rubella. Berikut ini adalah cara-cara pencegahan yang dapat dilakukan :

    1. Menerima vaksin Rubella atau MMR

    Vaksinasi Rubella atau MMR sebaiknya dilakukan setidaknya 4 minggu sebelum seorang ibu hamil, karena ibu tidak dapat mendapatkan vaksin ini apabila sedang hamil.4 Tetapi, karena seseorang sulit untuk mengetahui kapan dia akan hamil, maka sebaiknya vaksinasi sudah dilakukan sedari awal pernikahan.

    2. Meminta orang yang tinggal serumah dengan ibu hamil untuk melakukan vaksinasi MMR

    Bila memungkinkan, minta orang yang tinggal serumah dengan ibu hamil juga untuk melakukan vaksinasi agar tidak menularkan infeksi Rubella pada ibu hamil.

    Baca Juga: Rubella dan Kehamilan serta Dampaknya pada Janin

    3. Menjaga kebersihan

    Mencuci tangan dengan sabun setelah melakukan berbagai pekerjaan. Jangan menyentuh wajah, terutama hidung dan mulut sebelum mencuci tangan.

    4. Menunda berwisata

    Tunda dulu melakukan wisata ke tempat dengan kasus rubella tinggi karena dapat meningkatkan resiko terinfeksi rubella pada ibu hamil.

    Baca Juga: Kenali Perbedaan Imunisasi MR dan MMR

    Sahabat Sehat, daya tahan ibu hamil lebih rendah dibandingkan jika tidak hamil. Kondisi membuat calon ibu menjadi lebih rentan terinfeksi penyakit menular dan berisiko memberikan dampak kepada janin. Maka, ikuti anjuran di atas agar calon ibu dan janin senantiasa sehat. Sahabat Sehat bisa mendapatkan vaksinasi MMR di Prosehat dan bisa dilakukan di rumah maupun di Klinik Prosehat Grand Wisata Bekasi atau Palmerah Jakarta Barat. Ayo berikan perlindungan terbaik bagi ibu hamil dan janin.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia D
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Caring For Kids. Rubella (German measles) in pregnancy.
    2. CDC. Rubella (German Measles).
    3. March of Dimes. Rubella and pregnancy.
    4. CDC. Pregnancy and Rubella.
    Read More
  • Angka kasus penyakit kanker di Indonesia kini berada di urutan ke-8 di Asia Tenggara, dan peringkat ke-23 di Asia. Angka penderita kanker payudara pada perempuan mencapai 42, 1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian mencapai 17 kasus per 100.000 jiwa. Tak heran jika pemerintah saat ini sangat menekankan masyarakat, terutama wanita untuk melakukan upaya deteksi […]

    7 Langkah Pencegahan Kanker Payudara yang Perlu Wanita Ketahui

    Angka kasus penyakit kanker di Indonesia kini berada di urutan ke-8 di Asia Tenggara, dan peringkat ke-23 di Asia. Angka penderita kanker payudara pada perempuan mencapai 42, 1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian mencapai 17 kasus per 100.000 jiwa.

    7 Langkah Pencegahan Kanker Payudara yang Perlu Wanita Ketahui

    7 Langkah Pencegahan Kanker Payudara yang Perlu Wanita Ketahui

    Tak heran jika pemerintah saat ini sangat menekankan masyarakat, terutama wanita untuk melakukan upaya deteksi dini kanker payudara sebagai langkah pencegahan dan agar dapat segera ditangani. Sahabat Sehat, bagaimana langkah mencegah kanker payudara? Mari simak penjelasan berikut.

    Tips Mencegah Kanker Payudara

    Kanker payudara bukan penyakit yang dapat dicegah secara instan dan dengan upaya sederhana. Terdapat berbagai upaya yang perlu diketahui agar terhindar dari penyakit ganas ini. Untuk mencegah kanker payudara, Sahabat Sehat dianjurkan melakukan beberapa tips berikut:

    1. Kenali Faktor Risiko Kanker Payudara

    Terdapat berbagai resiko yang meningkatkan peluang terjadinya kanker payudara, sebagai berikut :

    • Faktor genetik. 

    Resiko menderita kanker payudara meningkat jika Sahabat Sehat memiliki riwayat dalam keluarga yang juga menderita kanker payudara. Walaupun demikian, ada pula penderita kanker payudara yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara. 

    • Faktor usia. 

    Semakin wanita bertambah usia maka dinilai akan semakin berisiko mengalami kanker payudara. Umumnya, penyakit ini muncul pada wanita yang mulai memasuki usia 50 tahun keatas. Wanita yang mulai menstruasi pertama kali pada usia dibawah 12 tahun dan yang mengalami menopause diatas usia 55 tahun juga berpotensi mengidap kanker payudara.

    • Faktor kehamilan. 

    Wanita dewasa yang belum pernah hamil dan wanita yang hamil untuk pertama kalinya pada usia diatas 30 tahun, serta wanita yang tidak menyusui bayinya memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker payudara. 

    • Faktor lainnya.

    Berbagai faktor lain misal pernah menderita kanker payudara sebelumnya, wanita yang memiliki jaringan payudara yang padat, riwayat kanker ovarium, serta riwayat terpapar radiasi di daerah dada pada usia kanak-kanak atau remaja meningkatkan risiko kanker payudara. 

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    2. Pola Makan Bergizi Seimbang

    Beberapa pakar kesehatan menilai bahwa sejumlah makanan dapat memicu terjadinya kanker payudara, seperti tinggi gula, lemak maupun makanan berpengawet. Sahabat Sehat dianjurkan rutin mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, seperti buah-buahan, aneka sayuran, dan biji-bijian. Pilihlah makanan yang mengandung serat, protein, serta rendah lemak jenuh.

    3. Hindari Minuman Beralkohol

    Semakin banyak alkohol yang dikonsumsi, maka semakin besar risiko menderita kanker payudara. Alkohol diketahui dapat memicu kanker payudara sebab dapat memproduksi banyak hormon estrogen.

    4. Olahraga Secara Rutin

    Olahraga mampu menjaga berat badan tetap ideal. Sedangkan memiliki berat badan berlebih atau obesitas justru akan meningkatkan risiko menderita kanker payudara. Berolahraga rutin minimal 30 menit setiap harinya. Pilihlah olahraga yang Sahabat Sehat sukai, seperti senam aerobic, bersepeda, berenang, atau jogging. Berolahraga turut mengurangi risiko kekambuhan kanker, mengurangi stress atau depresi, serta mampu memperbaiki suasana hati.

    Baca Juga: Berbagai Jenis Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks

    5. Hentikan Kebiasaan Merokok

    Meski Sahabat Sehat tidak merokok, menghindari paparan asap rokok juga perlu dilakukan. Pasalnya risiko kanker payudara akan tetap tinggi pada “perokok pasif” sekalipun, terutama pada wanita pascamenopause.  Merokok dapat meningkatkan komplikasi bagi penderita kanker payudara. 

    6. Menyusui Pasca Melahirkan

    Bagi wanita yang baru melahirkan, menyusui tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan bayi. Namun, menyusui selama satu tahun penuh atau lebih juga dapat mencegah Sahabat Sehat dari kanker payudara.

    7. Batasi Dosis dan Durasi Terapi Hormon

    Melakukan terapi hormonal kombinasi selama tiga tahun lebih dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Oleh sebab itu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan terapi hormon. 

    Baca Juga: 6 Cara Akurat Deteksi Kanker Payudara pada Wanita

    Mengenali Perubahan Payudara

    Langkah awal mengenali perubahan pada payudara adalah dengan melakukan pemeriksaan secara mandiri atau yang dikenal dengan istilah SADARI, yaitu dengan meraba payudara sendiri untuk mendeteksi adanya kanker payudara sejak dini.

    Selain itu lakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter. Jika diperlukan Sahabat Sehat dapat melakukan pemeriksaan menggunakan mamografi atau USG payudara untuk melihat kondisi kelenjar payudara. 

    Baca Juga: Yuk, Mulai Waspadai Beberapa Faktor Penyebab Kanker pada Wanita!

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai berbagai langkah mencegah kanker payudara. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : Redaksi Prosehat

    Ditinjau oleh : dr. Monica C

    Referensi:

    1. National Cancer Institute. Obesity and Cancer Fact Sheet.
    2. World Health Organization. Breast cancer.
    3. Centers for Disease Control and Prevention. What Are the Risk Factors for Breast Cancer?
    4. Mayo Clinic. Breast cancer: How to reduce your risk.
    5. Cancer Research UK. Breast cancer risk.
    6. WebMD. Breast Cancer and the Breast Self-Exam.
    Read More
  • Seorang ibu yang baru saja melahirkan tentunya berharap dapat menyusui bayinya. Namun sayangnya, ada beberapa kondisi yang membuat seorang ibu ragu menyusui Si Kecil. Salah satu penyebabnya adalah akibat kanker payudara. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat dialami oleh wanita maupun pria. Berdasarkan data kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 31 Januari […]

    Amankah Penderita Kanker Payudara Menyusui Bayinya?

    Seorang ibu yang baru saja melahirkan tentunya berharap dapat menyusui bayinya. Namun sayangnya, ada beberapa kondisi yang membuat seorang ibu ragu menyusui Si Kecil. Salah satu penyebabnya adalah akibat kanker payudara. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat dialami oleh wanita maupun pria.

    Amankah Penderita Kanker Payudara Menyusui Bayinya

    Amankah Penderita Kanker Payudara Menyusui Bayinya?

    Berdasarkan data kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 31 Januari 2019, tercatat angka kasus penderita kanker payudara wanita mencapai 42,1 per 100.000 penduduk dengan angka kematian rata-rata 17 per 100.000 penduduk. Sahabat Sehat, apakah penderita kanker payudara tetap dapat menyusui bayinya? Mari simak penjelasan berikut:

    Dampak Obat Kanker Pada Tubuh Ibu Menyusui

    Saat seseorang menderita kanker payudara, sel dalam jaringan payudara tumbuh secara abnormal. Jika tidak segera mendapatkan penanganan, sel kanker akan semakin menyebar ke bagian tubuh lainnya. Terdapat beberapa jenis obat kanker payudara yang dapat mempengaruhi kualitas ASI, seperti tamoxifen, palbociclib, dan ribociclib (bahan kimia dalam kandungan obat tersebut akan bertahan selama tiga minggu di dalam tubuh), serta everolimus (akan bertahan selama dua minggu di dalam tubuh).

    Bagi ibu yang tengah menjalani pengobatan kanker payudara sebaiknya tidak menyusui bayinya sementara waktu. Selain itu, pengobatan seperti terapi radiasi dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas ASI. 

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Konsultasi Dengan Dokter

    Kanker payudara pada dasarnya bukanlah penyakit menular. Saat bayi kontak langsung dengan sang Ibu, misalnya melalui ASI maka bayi umumnya tidak akan tertular. Meski demikian, kondisi fisik seseorang pasca operasi pengangkatan sel kanker dapat berbeda-beda. Maka dari itu, alangkah baiknya jika Sahabat Sehat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mulai menyusui Si kecil. 

    Baca Juga: Penyebab Kanker Payudara dan Cara Mencegahnya

    Alternatif Lain Pengganti ASI

    Sahabat Sehat tidak perlu sedih dan khawatir apabila tidak bisa menyusui Si kecil, sebab kebutuhan nutrisinya masih dapat dicukupi sementara dengan bantuan susu formula khusus bayi. Walaupun susu formula tidak mengandung antibodi untuk menambah kekebalan tubuh bayi dan beberapa jenis hormon dan enzim, namun bukan berarti susu tersebut tidak memiliki manfaat. 

    Jangan merasa bahwa ikatan ibu dengan anaknya hanya dapat terjalin melalui ASI dan proses menyusui. Menurut beberapa dokter anak, kualitas ikatan antara Ibu dengan bayinya dipengaruhi waktu dan aktivitas yang dilakukan bersama. Sahabat Sehat dapat memberikan susu formula sambil mengajak Si kecil berbicara, bersenandung, menatap kedua matanya, dan tersenyum. 

    Untuk mempercepat proses pemulihan kanker payudara, Sahabat Sehat dianjurkan mengkonsumsi buah dan sayur serta beristirahat yang cukup. Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai penderita kanker payudara yang sebaiknya tidak menyusui sementara waktu selama menjalani pengobatan kanker payudara. Untuk mendeteksi kanker payudara, Sahabat Sehat dianjurkan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

    Baca Juga: Hubungan Antara Menyusui dan Kanker Payudara

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh
    : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Yayasan Kanker Payudara Indonesia. Bisakan Penderita Kanker Payudara Menyusui Bayinya?.
    2. Cordeiro B. Breastfeeding lowers your breast cancer risk.
    3. Medela. Breast Cancer and Breastfeeding: Facts to Know.
    Read More
Chat Asisten Maya
di Prosehat.com