Telp / WhatsApp : 0811-1816-800

Archive for Category: Kesehatan Hamil

Showing 1–10 of 72 results

  • Kehamilan adalah hal yang umumnya diinginkan oleh pasangan yang telah berkeluarga. Mungkin tidak jarang Sahabat Sehat merasa kebingungan mengenai tanda-tanda di awal kehamilan. Kini telah tersedia berbagai tes kehamilan, seperti tes urin serta pemeriksaan USG. Namun, apa saja tanda awal di masa kehamilan ? Sahabat Sehat, mari simak penjelasan berikut. Apa Saja Gejala Awal Kehamilan? […]

    Kenali Tanda Awal Kehamilan yang Penting untuk Kamu Ketahui

    Kehamilan adalah hal yang umumnya diinginkan oleh pasangan yang telah berkeluarga. Mungkin tidak jarang Sahabat Sehat merasa kebingungan mengenai tanda-tanda di awal kehamilan. Kini telah tersedia berbagai tes kehamilan, seperti tes urin serta pemeriksaan USG. Namun, apa saja tanda awal di masa kehamilan ? Sahabat Sehat, mari simak penjelasan berikut.

    Kenali Tanda Awal Kehamilan yang Penting untuk Kamu Ketahui

    Kenali Tanda Awal Kehamilan yang Penting untuk Kamu Ketahui

    Apa Saja Gejala Awal Kehamilan?

    Setiap wanita memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pengalaman yang dirasakan di setiap kehamilan. Tidak ada satupun wanita yang memiliki tanda dan gejala kehamilan yang sama persis, bahkan dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya.

    Ditambah, ada beberapa tanda dan gejala kehamilan yang sering tidak disadari sebab gejala awal kehamilan menyerupai gejala menjelang menstruasi. Berikut ini beberapa gejala awal kehamilan yang paling umum dialami wanita, yaitu:

    • Terlambat menstruasi

    Terlambat menstruasi dapat menjadi tanda awal kehamilannya. Apabila terjadi kehamilan, sel telur akan menempel pada dinding rahim yang kemudian akan berkembang menjadi janin dalam kurun waktu 9 bulan. Saat itu, tubuh akan melepaskan hormon kehamilan (hormon HCG) yang memberi sinyal pada indung telur untuk berhenti memproduksi sel telur baru selama hamil. Itu sebabnya Sahabat Sehat tidak akan mengalami haid selama hamil. 

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    • Perubahan payudara dan puting

    Setelah terjadi pembuahan, kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh juga meningkat, hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada payudara. Saat hamil, ukuran payudara membesar hingga bengkak dan dapat disertai dengan rasa nyeri, payudara terasa penuh, serta puting tampak menghitam (areola). Perubahan pada payudara ini dapat terjadi di usia kehamilan 4 – 6 minggu, sedangkan perubahan warna puting mulai terjadi pada minggu ke-11 kehamilan.

    Baca Juga: 10 Makanan Sehat untuk Ibu Hamil

    • Mual dan muntah

    Mual dan muntah menjadi salah satu gejala awal kehamilan lainnya yang umum dialami saat hamil. Melansir American Pregnancy Association (APA), sebagian besar wanita hamil mengalami keluhan tersebut. Sebagian wanita hamil akan terus mengalami mual dan muntah sejak trimester pertama hingga memasuki trimester kedua, meski pada sebagian ibu hamil dapat berlanjut hingga menjelang persalinan. Rata-rata gejala mual dan muntah dapat mereda dengan sendirinya seiring bertambahnya usia kehamilan. 

    • Indera penciuman sensitif

    Beberapa studi menyebutkan bahwa kepekaan hidung meningkat drastis selama masa kehamilan. Ketika mencium bau tertentu, Sahabat Sehat dapat merasa pusing, mual dan muntah, atau bahkan dapat merusak suasana hatinya. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi ibu hamil saat ngidam. Selera makannya turut berubah akibat mencium aroma makanan tertentu.

    Baca Juga: Kenali Bahaya dan Tips Mengatasi Flu Saat Hamil

    • Keluar flek (bercak darah) dari vagina

    Bercak darah sebagai tanda kehamilan berbeda dengan darah menstruasi. Bercak darah ini disebut sebagai pendarahan implantasi, biasanya berlangsung pada awal kehamilan. Kondisi ini terjadi akibat bakal janin (embrio) melekat pada dinding rahim. Pendarahan implantasi umumnya berupa 1 atau 2 tetes darah dan dapat terjadi sekitar  10-14 hari setelah pembuahan, berlangsung selama 1-3 hari. 

    • Mudah lelah dan lemas

    Meski belum pasti, kelelahan dan rasa lemas dapat menjadi tanda kehamilan. Kelelahan yang luar biasa dapat terjadi pada trimester 1 kehamilan. Kondisi ini disebabkan karena meningkatnya hormon progesteron di awal kehamilan sehingga memicu rasa kantuk. Rasa kantuk inilah yang membuat wanita hamil menjadi mudah lelah dan ingin beristirahat. 

    • Kram perut

    Proses perlekatan bakal janin (embrio) di awal kehamilan juga dapat menyebabkan kram perut, hal inilah yang menyebabkan kram perut dapat terjadi bersamaan dengan keluarnya flek darah. Kram perut pada wanita hamil umumnya tidak terlalu berat, hanya terasa seperti dicubit dan berlangsung singkat. Kondisi ini terjadi akibat proses implantasi embrio yang cenderung berpusat pada satu titik lokasi saja. 

    Baca Juga: Alasan Pentingnya Vaksin TT Bagi Ibu Hamil

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai berbagai tanda awal kehamilan. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Healthline. Pregnancy Symptoms: Early Signs You May Be Pregnant.
    2. Mayo Clinic. Symptoms of pregnancy: What happens first.
    3. WebMD. Pregnancy Symptoms: 10 Early Signs That You Might Be Pregnant.
    4. American Pregnancy Association. Pregnancy Symptoms.
    Read More
  • Covid-19 masih melanda berbagai negara, termasuk Indonesia. Sudah hampir 2 tahun pandemi ini berjalan di negara kita. Virus jenis RNA ini sangat mudah bermutasi sehingga menimbulkan jenis-jenis varian baru yang dapat meningkatkan penyebaran Covid-19. Hingga akhir ini terdapat varian baru yang disebut dengan Omicron dan diperkirakan penyebarannya lebih mudah dibandingkan jenis-jenis varian Covid-19 sebelumnya. Untuk […]

    Apakah Ibu Hamil Aman untuk Vaksin Booster? 

    Covid-19 masih melanda berbagai negara, termasuk Indonesia. Sudah hampir 2 tahun pandemi ini berjalan di negara kita. Virus jenis RNA ini sangat mudah bermutasi sehingga menimbulkan jenis-jenis varian baru yang dapat meningkatkan penyebaran Covid-19. Hingga akhir ini terdapat varian baru yang disebut dengan Omicron dan diperkirakan penyebarannya lebih mudah dibandingkan jenis-jenis varian Covid-19 sebelumnya.

    Apakah Ibu Hamil Aman untuk Vaksin Booster 

    Apakah Ibu Hamil Aman untuk Vaksin Booster?

    Untuk Mama yang sedang hamil perlu meningkatkan protokol kesehatan agar terhindar dari Covid-19 selama hamil. Salah satu cara mencegahnya adalah dengan mengikuti vaksinasi Covid-19. Setelah melakukan vaksinasi dosis pertama dan kedua, pemberian vaksin booster bermanfaat untuk menjaga agar jumlah antibodi terhadap Covid-19 tetap tinggi.

     Dalam waktu dekat, vaksin booster akan diberikan bagi masyarakat umum. Namun bagaimana dengan Mama yang sedang hamil? Apakah ibu hamil boleh mendapatkan vaksin booster? Mari simak penjelasan berikut.

    Jenis Vaksin Booster Bagi Ibu Hamil

    Hingga kini telah tersedia berbagai jenis vaksin Covid-19 dengan cara kerja yang berbeda-beda. Sebagian vaksin terbuat dari bagian virus Covid-19, sebagian vaksin lainnya berasal dari virus lain yang dimasukkan protein virus Covid-19, dan sebagian vaksin lainnya berasal dari virus Covid-19 yang telah dilemahkan.

    Hampir semua jenis vaksin Covid-19 telah dilakukan penelitian dan diketahui bahwa pemberian vaksin terbukti dapat mencegah terjadinya infeksi Covid-19 yang berat. Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) sudah memberikan izin penggunaan darurat pada 10 jenis vaksin COVID-19, yakni Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, Novavax, Sputnik-V, Janssen, Convidencia, dan Zifivax.

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Bagi Mama yang sedang hamil, vaksin Covid-19 booster dapat diberikan. Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor: HK.02.02/II/252/2022, syarat untuk mendapatkan vaksin booster bagi Mama yang sedang hamil sama dengan syarat vaksinasi dosis pertama dan kedua. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mengeluarkan beberapa persyaratan untuk vaksinasi Covid-19 tersebut. Syarat yang harus dipenuhi adalah:

    • Usia kandungan diatas 13 minggu, atau antara 13-33 minggu
    • Memiliki tekanan darah normal
    • Tidak sedang menjalani pengobatan dan jika memiliki penyakit bawaan (atau penyakit komorbid) harus dalam kondisi terkontrol

    Saat ini, vaksin yang diperbolehkan bagi Mama yang sedang hamil adalah Sinovac, Moderna, Pfizer sesuai ketersediaan vaksin di lapangan. 

    Pemberian vaksin booster Covid-19 memberikan manfaat untuk mempertahankan proteksi terhadap infeksi Covid-19 yang berat, karena kadar antibodi dari vaksin dosis pertama dan kedua dapat menurun. Hal tersebut juga sangat penting bagi Mama yang sedang hamil agar terhindar dari infeksi Covid-19 berat karena dapat menyebabkan kelahiran prematur, perawatan di Intensive Care Unit (ICU), penggunaan alat bantu nafas (ventilator), bahkan kematian.

    Baca Juga: 10 Syarat Agar Ibu Hamil Boleh Menerima Vaksin Covid 19

    Tips Mencegah Covid-19 Bagi Ibu Hamil

    Covid-19 dapat berdampak buruk bagi ibu hamil dan janin. Untuk melawan Covid-19, Pemerintah mengupayakan ketersediaan vaksin terpenuhi untuk setidaknya 208.265.720 penduduk untuk tercapainya kekebalan kelompok atau herd immunity. Vaksin booster dinilai aman untuk diberikan bagi Mama yang sedang hamil, dan syaratnya sama seperti vaksinasi pertama dan kedua Covid-19. Selain itu, lakukan beberapa tips berikut untuk mencegah terinfeksi Covid-19:

    1. Memakai masker
    2. Menjaga jarak
    3. Rutin mencuci tangan, terutama setelah memegang benda di tempat umum
    4. Membatasi mobilisasi
    5. Kontrol rutin ke dokter selama hamil
    6. Konsumsi makanan bergizi seimbang, seperti buah, sayur, dan susu ibu hamil.

    Baca Juga: Kenali Bahaya dan Tips Mengatasi Flu Saat Hamil

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai vaksinasi Covid-19 booster bagi ibu hamil yang akan mulai diberikan oleh Pemerintah pada tahun 2022. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. John Hopkins. Coronavirus COVID-19 (SARS-CoV-2).
    2. World Health Organization. Update on Omicron.
    3. Centers for Disease Control and Prevention. Different COVID-19 Vaccines.
    4. Jakarta COVID-19 Response Team. Kenalan Dengan Vaksin-Vaksin Covid-19 Yuk.
    5. Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Vaksin COVID-19.
    6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor: HK.02.02/II/252/2022.
    7. Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Vaksin COVID-19 Aman untuk Ibu Hamil – Masyarakat Umum.
    8. The American College of Obstetricians and Gynaecologist. COVID-19 Vaccines and Pregnancy: Conversation Guide for Clinicians.
    Read More
  • Flu merupakan penyakit yang umum terjadi, termasuk pada ibu hamil. Meski memiliki gejala yang ringan dan merupakan self limiting disease (dapat sembuh sendiri) dimana kondisi umumnya akan membaik dalam waktu sekitar 3 – 7 hari, akan tetapi pada ibu hamil flu dapat berlangsung lebih lama. Selain itu, flu pada ibu hamil juga dapat memicu munculnya […]

    Kenali Bahaya dan Tips Mengatasi Flu Saat Hamil

    Flu merupakan penyakit yang umum terjadi, termasuk pada ibu hamil. Meski memiliki gejala yang ringan dan merupakan self limiting disease (dapat sembuh sendiri) dimana kondisi umumnya akan membaik dalam waktu sekitar 3 – 7 hari, akan tetapi pada ibu hamil flu dapat berlangsung lebih lama. Selain itu, flu pada ibu hamil juga dapat memicu munculnya komplikasi, seperti meningkatkan risiko terjadinya pneumonia. 

    Kenali Bahaya dan Tips Mengatasi Flu Saat Hamil

    Kenali Bahaya dan Tips Mengatasi Flu Saat Hamil

    Flu adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus influenza. Mendapatkan perawatan di rumah dan mengonsumsi obat flu yang dijual bebas di apotik sebenarnya mampu mengatasi gejala flu dan membuat Anda lebih baik. Namun, beda halnya saat Anda terkena flu saat hamil. Ini karena ibu hamil tidak boleh mengonsumsi sembarang obat pereda flu.

    Apakah Bahaya Terkena Flu saat Hamil?

    Flu akibat infeksi virus biasanya akan membuat penderitanya mengalami berbagai gejala flu, seperti pilek, lemas, batuk, bersin, demam, hingga radang tenggorokan. Sedangkan pada ibu hamil, gejala flu tersebut dapat memburuk karena perubahan sistem kekebalan tubuh, fungsi paru dan jantung selama kehamilan. 

    Perubahan yang dimaksud pada ibu hamil salah satunya adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh yang membuatnya lebih lebih rentan terhadap infeksi sehingga lebih berisiko mengalami komplikasi. 

    Adapun beberapa komplikasi yang mungkin dialami ibu hamil, yakni:

    • Pneumonia
    • Bronkitis
    • Infeksi sinus

    Tak hanya itu, apapun yang dialami ibu hamil tidak hanya memengaruhi dirinya, tetapi juga janin dalam kandungannya. Itulah mengapa penanganan penyakit pada ibu hamil jauh lebih rumit dan berisiko. 

    vaksin ke rumah, layanan ke rumah, vaksinasi di rumah aja

    Tips Mengatasi Flu saat Hamil

    Apabila Anda sedang hamil dan terkena flu, segeralah berobat ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Sebab, penanganan flu untuk ibu hamil akan lebih kompleks, karena tidak hanya memprioritaskan kesembuhan si Ibu, tapi juga memikirkan efek samping yang mungkin berdampak pada janin dalam kandungan. 

    Oleh sebab itu, biasanya dokter akan memberikan kombinasi dua cara untuk mengatasi flu saat hamil seperti berikut ini:

    • Minum obat

    Konsumsi obat flu untuk ibu hamil sebenarnya tidak direkomendasikan, terutama pada trimester awal kehamilan. Sebab, beberapa jenis obat dapat mengganggu tumbuh kembang janin, bahkan dapat menyebabkan keguguran. 

    Para ahli tidak merekomendasikan untuk memberikan obat pada ibu hamil dengan usia kehamilan 12 minggu hingga 28 minggu. Periode tersebut merupakan masa kritis bagi perkembangan organ janin.

    Namun jika ibu hamil merasa sangat terganggu dengan gejalanya, sebaiknya berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter kandungan Anda. 

    Ada beberapa obat flu yang dapat dikonsumsi ibu hamil untuk meredakan gejalanya, seperti paracetamol untuk mengatasi demam dan meredakan nyeri. Selain itu, ibu hamil juga dapat menggunakan obat dextromethorphan saat flu guna meredakan batuk. 

    Penggunaan semprot atau tetes hidung saline dapat digunakan untuk mengurangi lendir hidung sekaligus menenangkan jaringan hidung yang meradang. Alat ini dapat berguna untuk meredakan hidung tersumbat pada ibu hamil. Meski demikian, berkonsultasi dengan dokter tetap diperlukan guna memastikan keamanannya. 

    Baca Juga: Awas, Batuk Saat Hamil Berbahaya Bagi Janin! Ini Solusinya

    • Cara alami

    Selain menggunakan obat yang diresepkan dokter, Anda juga dapat mengatasi flu ringan secara alami saat hamil. Berikut beberapa cara yang ibu hamil bisa lakukan:

    • Cukupi kebutuhan cairan tubuh dengan banyak minum air putih sekitar 2,5 – 3 liter, atau diselingi dengan jus buah, teh hangat, maupun makanan yang banyak mengandung air seperti sup, air kaldu, atau buah-buahan. 
    • Konsumsi makanan hangat, seperti berbagai sup, atau bubur.
    • Kurangi aktivitas dan istirahat yang cukup
    • Jaga sirkulasi udara agar tetap bersih, misalnnya dengan tidak merokok di dalam ruangan, menggunakan pelembab udara (humidifier), maupun membuka jendela agar udara dapat berganti. 
    • Kumur dengan campuran garam dan air hangat. Ini bermanfaat untuk meredakan batuk dan radang tenggorokan. 
    • Olahraga rutin. Rutin melakukan aktifitas fisik atau olahraga dapat meningkatkan sistem imun tubuh, misalnya seperti berjalan kaki, yoga, dan senam. 

    Baca Juga: Musim Flu di Australia, Perlukah Mahasiswa Vaksin Influenza?

    Cara Mencegah Flu saat Hamil

    Pada dasarnya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karenanya, para ahli merekomendasikan ibu hamil untuk segera mendapatkan vaksin flu sedini mungkin. Selain sebagai upaya pencegahan, vaksin flu ini juga mampu mengurangi gejala dan risiko komplikasi flu pada ibu hamil. 

    Selain mendapatkan vaksinasi flu, para ahli juga menyarankan melakukan beberapa perilaku berikut ini guna mencegah terserang flu, diantaranya:

    • Menghindari kontak dengan orang yang sakit dan menjauhi kerumunan. 
    • Menerapkan etika batuk dan bersin dengan menggunakan tisu, kain, atau lengan bagian dalam. 
    • Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sesering mungkin.
    • Menggunakan masker saat sakit atau ketika pergi ke rumah sakit dan tempat keramaian.

    Baca Juga: Mengapa Vaksin Flu Penting Untuk Kuliah di Luar Negeri?

    Nah Sahabat Sehat, itu adalah tips untuk ibu hamil dalam mengatasi flu. Selalu konsultasikan dengan dokter jika Anda merasa memerlukan obat-obatan untuk meredakan gejala. Jika Sahabat Sehat ingin vaksinasi flu, Anda bisa menggunakan layanan vaksinasi dari Prosehat. Layanan ini bisa dilakukan di klinik Prosehat di Grand Wisata Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat, atau di rumah untuk kenyamanan dan kemudahan Sahabat Sehat.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Aida Erebara, G. Treating the common cold during pregnancy.
    2. CDC. Pregnant? You Need a Flushot!
    3. Verywell Family. Treating Your Cold and Flu Symptoms While You Are Pregnant.
    4. American Pregnancy Association. Cough and Cold During Pregnancy.
    5. Healthline. Treating a Cold or Flu When Pregnant.
    6. Center for Disease Control and Prevention. Flu & Pregnant Women
    Read More
  • Penyakit hepatitis B merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B pada hati yang dapat menyebabkan penyakit jangka pendek maupun jangka panjang. Sahabat Sehat dapat tertular hepatitis B melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh, contohnya melalui jarum suntik bekas penderita hepatitis B, maupun kontak seksual dengan penderita hepatitis B. Selain itu, hepatitis […]

    Begini Penanganan Hepatitis B Pada Ibu Hamil

    Penyakit hepatitis B merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B pada hati yang dapat menyebabkan penyakit jangka pendek maupun jangka panjang. Sahabat Sehat dapat tertular hepatitis B melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh, contohnya melalui jarum suntik bekas penderita hepatitis B, maupun kontak seksual dengan penderita hepatitis B. Selain itu, hepatitis B juga dapat ditularkan ibu hamil kepada anaknya saat melahirkan.

    Begini Penanganan Hepatitis B Pada Ibu Hamil

    Begini Penanganan Hepatitis B Pada Ibu Hamil

    Sahabat Sehat, bagaimana penanganan hepatitis B pada ibu hamil? Mari simak penjelasan berikut.

    Jumlah Penderita Hepatitis B

    Menurut data dari World Health Organization (WHO), terdapat 296 juta orang hidup dengan hepatitis B dan diperkirakan 1,5 juta kasus hepatitis B pada tahun 2019. Hepatitis B dapat menjadi penyakit jangka panjang, yang bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada hati. Salah satu contoh komplikasi yang dapat terjadi adalah kanker hati.

    Penanganan Hepatitis B Pada Ibu Hamil

    Saat ini terdapat beberapa pilihan pengobatan bagi penderita hepatitis B. Obat dapat diberikan dalam bentuk suntikan ataupun obat yang diminum. Pengobatan ditujukan pada hepatitis B jangka panjang untuk menekan virus Hepatitis B agar menjadi inaktif. Dengan kondisi virus yang inaktif, maka efek kerusakan yang disebabkan oleh virus dapat ditekan dan juga penularan hepatitis B dapat diturunkan.

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Bagi ibu hamil yang menderita hepatitis B, disarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar virus hepatitis B dalam tubuh. Apabila hasil menunjukkan kadar virus hepatitis B cukup tinggi, maka dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan obat antivirus yang dapat menekan virus hepatitis B. 

    Pengobatan diberikan pada saat trimester ketiga kehamilan. Dengan kadar virus yang rendah, maka risiko penularan dari ibu saat melahirkan bayinya dapat diturunkan. Sebelum memulai pengobatan hepatitis B, pastikan untuk berkonsultasi lebih dulu dengan dokter.

    Untuk metode persalinan dapat dilakukan secara normal maupun operasi caesar. Masih terdapat perdebatan mengenai metode persalinan ibu yang menderita hepatitis B. Data dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode operasi caesar dapat menurunkan risiko penularan hepatitis B dari ibu ke bayinya dibandingkan dengan persalinan normal. Mengenai cara melahirkan bayi untuk menurunkan risiko penularan hepatitis B masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

    Baca Juga: Penyebab Infeksi Hepatitis B pada Bayi

    Pola Hidup Sehat Bagi Penderita Hepatitis B

    Gaya hidup bagi penderita hepatitis B juga perlu dijaga. Makan makanan yang bergizi dan minum air putih yang cukup dapat menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Makanan yang berlemak dan minuman alkohol dapat memicu terjadinya perlemakan hati yang dapat memperberat kerja hati. Jika hal ini terjadi pada penderita hepatitis B, maka perburukan pada hati dapat terjadi lebih cepat. 

    Maka penderita hepatitis B dianjurkan beristirahat yang cukup, menghindari makanan berlemak maupun minuman beralkohol. Konsumsi buah dan sayur serta kontrol berkala ke dokter agar dipantau kondisi kesehatannya.

    Baca Juga: 10 Bahaya Hepatitis B pada Bayi!

    Mencegah Dengan Vaksin Hepatitis B

    Hepatitis B dapat dicegah dengan pemberian vaksin hepatitis B. Vaksin diberikan dalam 3 dosis, dosis kedua diberikan 1 bulan sejak dosis pertama dan dosis ketiga diberikan 6 bulan sejak dosis pertama. 

    Baca Juga: Yang Perlu Sahabat Sehat Ketahui Tentang Vaksin Hepatitis B

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai penanganan hepatitis B pada ibu hamil. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh : dr. Monica Cynthia Dewi

    Referensi

    1. WHO. Hepatitis B.
    2. CDC. Hepatitis B.
    3. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Hepatitis B.
    4. Hepatitis B Foundation. I am currently pregnant, and I have chronic hepatitis B. What should I do to protect my baby?
    5. WHO. Prevention of mother-to-child transmission of hepatitis B virus: Guidelines on antiviral prophylaxis in pregnancy.
    6. Ayoub W, Cohen E. Hepatitis B Management in the Pregnant Patient: An Update.
    7. Borgia G. Hepatitis B in pregnancy.
    Read More
  • Rubella atau yang disebut juga campak Jerman adalah infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah pada kulit. Meskipun sama-sama menyebabkan ruam kemerahan pada kulit, rubella berbeda dengan campak. Selain disebabkan oleh virus yang berbeda jenisnya, umumnya campak memiliki efek samping yang lebih parah dari rubella. Tapi jangan sampai dianggap sepele ya, Moms. Rubella dapat menginfeksi […]

    Kenali Bahaya dan Cara Mencegah Rubella Saat Hamil

    Rubella atau yang disebut juga campak Jerman adalah infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah pada kulit. Meskipun sama-sama menyebabkan ruam kemerahan pada kulit, rubella berbeda dengan campak. Selain disebabkan oleh virus yang berbeda jenisnya, umumnya campak memiliki efek samping yang lebih parah dari rubella. Tapi jangan sampai dianggap sepele ya, Moms.

    Kenali Bahaya dan Cara Mencegah Rubella Saat Hamil

    Kenali Bahaya dan Cara Mencegah Rubella Saat Hamil

    Rubella dapat menginfeksi ibu hamil, biasanya pada trimester pertama kehamilan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan keguguran atau jika kehamilan terus berlangsung tentunya akan menyebabkan beberapa efek samping pada bayi yang ada didalam kandungan seperti bayi dapat lahir tuli, katarak atau mengalami kelainan jantung.

    Bagaimana Virus Rubella Berkembang Biak?

    Virus rubella merupakan suatu virus RNA, ditularkan melalui saluran pernapasan dan berkembang biak di daerah sekitar rongga hidung, mulut dan juga kelenjar getah bening.

    Selanjutnya, virus akan beredar dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh sekitar 5-7 hari sejak virus masuk pertama kali. Sejak awal terkena virus ini, gejala ruam akan timbul sekitar 14 hari kemudian, jadi masa inkubasinya sekitar 2 minggu.

    vaksin ke rumah, layanan ke rumah, vaksinasi di rumah aja

    Mengapa Virus Rubella Sering Menyerang Ibu Hamil?

    Pada dasarnya virus rubella dapat menyerang siapapun. Bila daya tahan tubuh baik, virus ini akan menimbulkan gejala ringan saja atau bahkan tanpa gejala. Masalahnya, pada ibu hamil, sistem daya tahan tubuh memang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, sehingga infeksi virus manapun akan dengan mudah masuk ke dalam tubuh.

    Baca Juga: Suntik Rubella Amankah Buat Anak?

    Bahaya Infeksi Rubella Pada Ibu Hamil

    Masalah utama pada infeksi virus rubella adalah virus ini bersifat teratogenik atau dapat mengakibatkan cacat bawaan dan dapat melewati plasenta, sampai ke janin dan mengganggu proses pertumbuhan sel janin atau bahkan menghancurkan sel-sel janin.

    Berikut ini beberapa jenis kelainan bawaan yang mungkin terjadi pada bayi akibat infeksi Rubella:

    1. Kelainan mata (katarak, retinopati)
    2. Kelainan jantung (kelainan katup jantung)
    3. Kelainan saraf (retardasi mental dan radang selaput otak)
    4. Gangguan atau kelainan pada telinga (ketulian), ketulian merupakan komplikasi tersering dari ibu hamil yang terkena rubella
    5. Kelainan organ lainnya (pembengkakan hati dan limpa serta gangguan pembekuan darah).

    Baca Juga: Yuk, Cari Tahu Perbedaan Campak dan Rubella

    Bagaimana Cara Mencegah agar Ibu Hamil tidak Terkena Infeksi Rubella?

    Tidak ada pengobatan khusus yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi dari infeksi Rubella pada janin. Maka, pencegahan terbaik untuk melindungi diri sendiri serta janin adalah menghindarkan ibu hamil dari penyakit Rubella. Berikut ini adalah cara-cara pencegahan yang dapat dilakukan :

    1. Menerima vaksin Rubella atau MMR

    Vaksinasi Rubella atau MMR sebaiknya dilakukan setidaknya 4 minggu sebelum seorang ibu hamil, karena ibu tidak dapat mendapatkan vaksin ini apabila sedang hamil.4 Tetapi, karena seseorang sulit untuk mengetahui kapan dia akan hamil, maka sebaiknya vaksinasi sudah dilakukan sedari awal pernikahan.

    2. Meminta orang yang tinggal serumah dengan ibu hamil untuk melakukan vaksinasi MMR

    Bila memungkinkan, minta orang yang tinggal serumah dengan ibu hamil juga untuk melakukan vaksinasi agar tidak menularkan infeksi Rubella pada ibu hamil.

    Baca Juga: Rubella dan Kehamilan serta Dampaknya pada Janin

    3. Menjaga kebersihan

    Mencuci tangan dengan sabun setelah melakukan berbagai pekerjaan. Jangan menyentuh wajah, terutama hidung dan mulut sebelum mencuci tangan.

    4. Menunda berwisata

    Tunda dulu melakukan wisata ke tempat dengan kasus rubella tinggi karena dapat meningkatkan resiko terinfeksi rubella pada ibu hamil.

    Baca Juga: Kenali Perbedaan Imunisasi MR dan MMR

    Sahabat Sehat, daya tahan ibu hamil lebih rendah dibandingkan jika tidak hamil. Kondisi membuat calon ibu menjadi lebih rentan terinfeksi penyakit menular dan berisiko memberikan dampak kepada janin. Maka, ikuti anjuran di atas agar calon ibu dan janin senantiasa sehat. Sahabat Sehat bisa mendapatkan vaksinasi MMR di Prosehat dan bisa dilakukan di rumah maupun di Klinik Prosehat Grand Wisata Bekasi atau Palmerah Jakarta Barat. Ayo berikan perlindungan terbaik bagi ibu hamil dan janin.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia D
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Caring For Kids. Rubella (German measles) in pregnancy.
    2. CDC. Rubella (German Measles).
    3. March of Dimes. Rubella and pregnancy.
    4. CDC. Pregnancy and Rubella.
    Read More
  • Melahirkan bayi yang sehat dan segera pulih setelah melahirkan tentu menjadi harapan semua ibu hamil. Namun sayangnya ada beberapa kondisi medis yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin, salah satunya adalah preeklampsia. Setidaknya, ada sekitar 10 hingga 15 % kasus preeklampsia beresiko menyebabkan kematian pada ibu hamil. Oleh sebab itu, penting bagi ibu hamil untuk […]

    Preeklampsia Saat Hamil, Bumil Waspadai Gejalanya!

    Melahirkan bayi yang sehat dan segera pulih setelah melahirkan tentu menjadi harapan semua ibu hamil. Namun sayangnya ada beberapa kondisi medis yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin, salah satunya adalah preeklampsia. Setidaknya, ada sekitar 10 hingga 15 % kasus preeklampsia beresiko menyebabkan kematian pada ibu hamil.

    Oleh sebab itu, penting bagi ibu hamil untuk mengenali gejala preeklampsia sejak dini untuk mencegah risiko komplikasi yang lebih parah. Sahabat Sehat, apa saja gejala preeklampsia ? Mari simak penjelasan berikut.

    Preeklampsia Saat Hamil, Bumil Waspadai Gejalanya!

    Preeklampsia Saat Hamil, Bumil Waspadai Gejalanya!

    Apa Itu Preeklampsia?

    Preeklampsia adalah gangguan pada pembuluh darah yang terjadi pada usia kehamilan 20 minggu keatas dan biasanya terjadi hingga 4-6 minggu pasca persalinan. Penyebab preeklampsia secara umum, yaitu adanya gangguan aliran darah ke rahim, gangguan sistem kekebalan tubuh, faktor genetik, kerusakan pembuluh darah, gangguan kekebalan tubuh, maupun diet.

    Faktor Risiko Preeklampsia

    Sahabat Sehat, resiko preeklampsia meningkat apabila memiliki beberapa faktor risiko berikut:

    • Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.
    • Risiko preeklampsia semakin tinggi terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil.
    • Ibu hamil memiliki berat badan berlebih.
    • Ibu yang mengandung janin kembar. 
    • Jarak antar kehamilan yang kurang dari dua tahun atau lebih dari 10 tahun 
    • Riwayat penyakit tertentu. misalnya migrain, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, diabetes tipe 1 atau 2, gangguan pembekuan darah, hingga gangguan sistem kekebalan tubuh.
    • Ibu hamil dengan usia di bawah 20 tahun atau berusia lebih dari 40 tahun
    • Riwayat keluarga ada yang pernah mengalami preeklampsia, diabetes, obesitas, atau kehamilan kembar. 

    Dengan mengenali gejala preeklampsia dan rutin melakukan pemeriksaan selama masa kehamilan dapat membantu Sahabat Sehat dan janin terhindar dari preeklampsia.

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Gejala Preeklampsia

    Selain pembengkakan dan peningkatan cairan dalam tubuh (edema), tekanan darah yang meningkat, serta terdeteksinya protein dalam urin, berikut adalah gejala preeklampsia yang perlu Sahabat Sehat ketahui:

    • Berat badan bertambah akibat cairan tubuh yang meningkat 
    • Sakit kepala
    • Gangguan fungsi hati
    • Sakit perut
    • Mual atau muntah
    • Kadar trombosit dalam darah menurun (trombositopenia)
    • Sesak napas akibat paru-paru yang dipenuhi cairan
    • Buang air kecil lebih sedikit atau tidak sama sekali
    • Penglihatan berubah seperti kedipan lampu, floaters, atau penglihatan kabur

    Tidak semua ibu hamil yang menderita preeklampsia memiliki gejala, maka sangat dianjurkan agar Sahabat Sehat rutin melakukan pemeriksaan kesehatan selama hamil.

    Baca Juga: Menderita Toksoplasma Saat Hamil, Bagaimana Mengatasinya?

    Bagaimana Cara Mencegah Preeklampsia?

    Untuk mencegah preeklampsia, Sahabat Sehat dianjurkan melakukan berbagai pemeriksaan tersebut di rumah:

    1. Mengatur pola diet yang tepat
      Batasi asupan garam selama hamil untuk menurunkan resiko hipertensi selama masa kehamilan. Perbanyak konsumsi buah, sayur, serta susu selama masa kehamilan untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu dan janin.
    2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
      Antenatal care atau disebut juga sebagai pemeriksaan kesehatan selama hamil, perlu dilakukan secara rutin agar dapat mendeteksi tanda preeklampsia sedini mungkin sehingga dapat segera diberikan penanganan guna mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah.
    3. Terapkan pola hidup sehat
      Selama hamil, Sahabat Sehat dianjurkan beristirahat yang cukup agar stamina tetap baik. Lakukan berbagai olahraga khusus ibu hamil, seperti yoga, senam ibu hamil, dan ikuti kelas olahraga khusus ibu hamil agar menjaga tubuh ibu tetap aktif.

    Baca Juga: Kenali Dampak Diabetes Saat Hamil Bagi Kondisi Janin

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai preeklampsia yang merupakan salah satu penyakit yang kerap dialami ibu hamil. Untuk mendeteksi dini preeklampsia, Sahabat Sehat dianjurkan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. WebMD. Preeclampsia.
    2. Mayo Clinic. Preeclampsia.
    3. Lim K. Preeclampsia: Practice Essentials, Overview, Pathophysiology.
    4. National Health Service. Pre-eclampsia.
    5. American Pregnancy Association. Preeclampsia.
    Read More
  • Infeksi Cytomegalovirus (CMV) merupakan salah satu infeksi virus yang banyak menyerang janin. Virus ini dapat ditemukan di darah, urin, semen, cairan serviks, air liur, dan air susu ibu (ASI). Infeksi CMV bersifat endemis dan tidak bergantung pada musim tertentu. Di Amerika Serikat angka kejadian infeksi CMV sebesar 50% sehingga wanita hamil dengan usia produktif memiliki […]

    Gejala Penyakit Cytomegalovirus (CMV) dan Pencegahannya

    Infeksi Cytomegalovirus (CMV) merupakan salah satu infeksi virus yang banyak menyerang janin. Virus ini dapat ditemukan di darah, urin, semen, cairan serviks, air liur, dan air susu ibu (ASI). Infeksi CMV bersifat endemis dan tidak bergantung pada musim tertentu. Di Amerika Serikat angka kejadian infeksi CMV sebesar 50% sehingga wanita hamil dengan usia produktif memiliki resiko terjadinya infeksi primer CMV.

    Gejala Penyakit Cytomegalovirus (CMV) dan Pencegahannya

    Gejala Penyakit Cytomegalovirus (CMV) dan Pencegahannya

    Cytomegalovirus menyebabkan infeksi pada janin dengan angka insidensi mencapai 2% dari semua bayi lahir hidup atau sebanyak 7 per 1000 kelahiran hidup. Sebanyak 12,7% bayi yang terinfeksi memperlihatkan gejala saat lahir dan sebanyak 13,5% bayi tidak memperlihatkan gejala saat lahir namun gejala berkembang di kemudian hari, termasuk gangguan pendengaran sensorineural saat usia anak-anak.

    Virus ini menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya orang dengan diabetes melitus dan HIV. Penularan CMV dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, termasuk saat hubungan seksual, transplantasi organ atau donor darah. Virus CMV ini ternyata juga dapat menular dari ibu ke janin saat di dalam kandungan, persalinan dan menyusui.

    Gejala Infeksi Cytomegalovirus

    Infeksi CMV kongenital dapat muncul tanpa gejala (asimptomatik) atau dengan gejala (simptomatik). Satu dari setiap 200 kelahiran bayi berpotensi mengalami infeksi CMV, dan dari 5 bayi yang terinfeksi CMV mengalami gangguan jangka panjang. Berikut ini gejala CMV kongenital pada bayi baru lahir:

    • Rash atau ruam kemerahan
    • Jaundice atau kulit kekuningan di bagian badan dan mata
    • Mikrosefali (kepala kecil)
    • Berat badan lahir rendah
    • Hepatosplenomegali (pembesaran organ hati dan limpa)
    • Kejang
    • Retinitis (gangguan pada retina mata)
    • Kelenjar getah bening membengkak.

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Sebagian bayi yang lahir dengan gejala CMV kongenital kemungkinan besar akan memiliki gejala jangka panjang, seperti:

    • Gangguan pendengaran 
    • Perkembangan motorik terhambat sehingga menyebabkan gangguan koordinasi tubuh
    • Gangguan penglihatan
    • Mikrosefali
    • Kejang
    • Gangguan perkembangan intelektual
    • Pneumonia berat seperti sesak napas, batuk dan nyeri dada
    • Gangguan pencernaan yang ditandai dengan kesulitan menelan, nyeri perut dan diare berdarah.

    Baca Juga: Vaksin HPV Melindungi Ibu dan Janin Selama Kehamilan

    Diagnosis CMV Kongenital

    Infeksi CMV kongenital dapat didiagnosis dengan menguji air liur bayi baru lahir, urin atau darah. Specimen ini harus dikumpulkan untuk pengujian dalam dua hingga tiga minggu setelah bayi baru lahir untuk memastikan apakah ada infeksi virus CMV.

    Namun, pada ibu hamil yang diduga terkena infeksi CMV, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan berupa:

    • USG kehamilan untuk mendeteksi dini adanya kelainan pada janin
    • Amniosentesis (pemeriksaan air ketuban) untuk mendeteksi adanya keberadaan virus CMV jika memang ditemukan kelainan pada janin.

    Baca Juga: Mengapa Cacar Air Saat Hamil Berbahaya? Ini Penjelasannya

    Pengobatan CMV

    Untuk bayi dengan tanda-tanda infeksi CMV kongenital saat lahir, obat antivirus, terutama valgansiklovir dapat meningkatkan pendengaran dan perkembangan si kecil. Namun, valgansiklovir memiliki efek samping yang serius dan perlu dikonsultasikan lebih dahulu dengan dokter yang menangani. Pengobatan yang cepat dan tepat akan meminimalisir komplikasi akibat infeksi virus CMV.

    Baca Juga: Mengapa Ibu Hamil Membutuhkan Vaksin Tetanus?

    Pencegahan infeksi CMV

    Upaya pencegahan infeksi CMV sangat penting dilakukan, terutama bagi ibu hamil, orang dengan daya tahan tubuh rendah, dan orang dengan penyakit kronis. Berikut adalah cara mengurangi risiko terinfeksi CMV, antara lain:

    1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir minimal 20 detik, terutama sebelum dan sesudah kontak dengan anak-anak dan cairan tubuh orang lain.
    2. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh orang lain, seperti mencium bibir dan berbagi makanan dari tempat makan yang sama.
    3. Hindari penggunaan alat pribadi secara bersamaan seperti alat makan, dan sikat gigi.
    4. Lakukan pemeriksaan TORCH saat merencanakan kehamilan.
    5. Hindari melakukan hubungan seksual berisiko dengan berganti-ganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom dengan orang yang riwayat kehidupan seksualnya tidak diketahui.

    Baca Juga: Perlukah Pemeriksaan TORCH Saat Hamil ?

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. Rampengan, N. DIAGNOSIS INFEKSI SITOMEGALOVIRUS PADA BAYI DAN ANAK.
    2. CDC. About Cytomegalovirus and Congenital CMV Infection.
    3. FKUI. Teliti Dampak Deteksi Dini Gangguan Pendengaran Akibat Infeksi CMV kongenital serta Faktor Risiko yang Memengaruhi.
    4. CDC. Babies Born with Congenital Cytomegalovirus (CMV).
    5. CDC. CMV Fact Sheet for Pregnant Women and Parents.
    Read More
  • Kesehatan ibu hamil merupakan sesuatu yang harus dijaga dengan baik sebagai upaya pencegahan penyakit, terutama selama mengandung. Dengan kondisi kesehatan yang prima, anak yang dikandung juga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu penyakit yang dapat menginfeksi ibu hamil adalah tetanus, namun dapat dicegah melalui vaksinasi tetanus. Mengapa vaksin tetanus penting bagi ibu hamil? […]

    Mengapa Ibu Hamil Membutuhkan Vaksin Tetanus?

    Kesehatan ibu hamil merupakan sesuatu yang harus dijaga dengan baik sebagai upaya pencegahan penyakit, terutama selama mengandung.

    Mengapa Ibu Hamil Membutuhkan Vaksin Tetanus

    Mengapa Ibu Hamil Membutuhkan Vaksin Tetanus?

    Dengan kondisi kesehatan yang prima, anak yang dikandung juga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu penyakit yang dapat menginfeksi ibu hamil adalah tetanus, namun dapat dicegah melalui vaksinasi tetanus. Mengapa vaksin tetanus penting bagi ibu hamil? Apa dampak penyakit tetanus terhadap ibu hamil dan anak yang dikandung?

    Mengenal Infeksi Tetanus

    Tetanus merupakan sebuah infeksi yang disebabkan oleh bakteri bernama Clostridium tetani. Saat bakteri tetanus menginfeksi tubuh, bakteri tersebut akan mengeluarkan toksin atau racun yang menyebabkan otot berkontraksi secara berlebihan dan menyebabkan rasa nyeri.

    Semua usia dapat menderita infeksi tetanus, namun ibu hamil dan anak-anak merupakan kelompok yang rentan mengalami infeksi berat bila belum divaksinasi. Tetanus yang terjadi saat hamil atau dalam waktu 6 minggu sebelum melahirkan dinamakan tetanus maternal. Sedangkan, bila terjadi dalam 28 hari pertama pasca melahirkan disebut tetanus neonatorum.

    vaksin ke rumah, layanan ke rumah, vaksinasi di rumah aja

    Infeksi tetanus dapat terjadi apabila bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka. Bakteri tetanus secara umum dapat ditemukan pada kotoran hewan, tanah, dan alat-alat tindakan yang tidak steril. Setelah terinfeksi tetanus, tanda dan gejala dapat timbul dalam rentang waktu 3-21 hari. Tanda dan gejala yang dapat terjadi dari infeksi tetanus adalah:

    • Kram pada rahang atau mulut menjadi tidak bisa dibuka
    • Otot kaku pada punggung, perut, atau tangan dan kaki
    • Nyeri pada saat otot kaku
    • Sulit menelan
    • Kejang
    • Nyeri kepala
    • Demam dan berkeringat
    • Perubahan pada tekanan darah atau denyut jantung yang cepat

    Infeksi tetanus sangat berbahaya bagi ibu hamil dan anak yang sedang dikandung. Terdapat data dari sebuah penelitian di Asia dan Afrika bahwa ibu hamil yang mengalami infeksi tetanus memiliki angka kematian yang tinggi. Infeksi tetanus dapat menyebabkan gangguan pernapasan, kejang, tensi dan denyut jantung yang berubah secara drastis sehingga mengancam nyawa ibu dan anak tersebut. Apabila tidak ditangani dengan segera dan tepat, maka tetanus dapat menyebabkan kematian.

    Baca Juga: 11 Jenis Vaksinasi Wajib Bagi Ibu Hamil yang Harus Diketahui

    Cara Mencegah Infeksi Tetanus

    Terdapat beberapa cara untuk mencegah infeksi tetanus. Mencuci tangan dan menjaga kebersihan merupakan dasar penting pencegahan penyakit, namun dalam hal infeksi tetanus, vaksinasi juga tidak kalah penting dan perlu diberikan karena sudah terbukti menurunkan angka infeksi. Vaksin tetanus bertujuan bukan hanya untuk mencegah ibu hamil terinfeksi tetanus, namun juga untuk melindungi bayinya.

    Vaksin tetanus aman untuk diberikan kepada ibu hamil. Apabila belum pernah atau lupa riwayat pemberian vaksin tetanus sebelumnya, maka anjurannya adalah mendapatkan tiga dosis vaksin tetanus. Dosis vaksin tersebut diberikan dengan jarak 0, 1, dan 6 bulan. Bila sudah pernah mendapatkan vaksin tetanus sebelumnya, dokter mungkin akan merekomendasikan untuk mendapatkan booster saja. Pada saat ini di Indonesia terdapat vaksin tetanus dalam rupa Tetanus Toxoid (TT) atau Tdap (Tetanus, Difteri, Pertussis).

    Setelah melakukan vaksinasi, ibu hamil bisa mengalami efek samping. Beberapa efek samping yang dapat timbul adalah nyeri atau kemerahan pada daerah penyuntikan vaksin, demam, dan sakit kepala. Efek samping tersebut umumnya ringan dan dapat dapat membaik sendiri dalam jangka waktu yang pendek. Vaksinasi tetanus memiliki keuntungan yang jauh lebih banyak dibanding efek sampingnya. Apabila Anda ingin mendapatkan vaksin tetanus atau ingin bertanya seputar vaksin tetanus, konsultasikan dengan dokter atau tenaga kesehatan terdekat.

    Baca Juga: Kapan Waktu yang Tepat Vaksinasi Tetanus Untuk Anak?

    Sahabat Sehat, itulah penjelasan pentingnya vaksin tetanus bagi ibu hamil. Dengan mendapatkan vaksinasi tetanus sesuai rekomendasi, ibu dan janin akan terlindungi. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh: dr. Nurul L

     

    Referensi

    1. CDC. Tetanus Disease (Lockjaw).
    2. WHO. Tetanus.
    3. Thwaites C, Beeching N, Newton C. Maternal and neonatal tetanus.
    4. WHO. Maternal immunization against tetanus.
    5. ACOG. Update on Immunization and Pregnancy: Tetanus, Diphtheria, and Pertussis Vaccination.
    Read More
  • Cacar air atau disebut juga varicella atau chickenpox, dapat menyerang siapa saja baik anak, dewasa dan wanita hamil. Ibu hamil yang menderita cacar air di masa kehamilan beresiko membahayakan dirinya dan janin dalam kandungan. Sahabat Sehat, mengapa cacar air berbahaya selama hamil? Mari simak penjelasan berikut. Cacar Air Cacar air atau varicella merupakan penyakit yang […]

    Mengapa Cacar Air Saat Hamil Berbahaya? Ini Penjelasannya

    Cacar air atau disebut juga varicella atau chickenpox, dapat menyerang siapa saja baik anak, dewasa dan wanita hamil. Ibu hamil yang menderita cacar air di masa kehamilan beresiko membahayakan dirinya dan janin dalam kandungan. Sahabat Sehat, mengapa cacar air berbahaya selama hamil? Mari simak penjelasan berikut.

    Mengapa Cacar Air Saat Hamil Berbahaya Ini Penjelasannya

    Mengapa Cacar Air Saat Hamil Berbahaya Ini Penjelasannya

    Cacar Air

    Cacar air atau varicella merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster virus. Virus ini menyebar dari penderita cacar air ke orang lain melalui kontak dengan pasien yang terinfeksi. Virus menyebar melalui udara yang terkontaminasi dari droplet bersin atau batuk orang yang terinfeksi. Cacar air sangat menular mulai dari 1-2 hari sebelum timbul kemerahan sampai dengan lentingan kecil kemerahan pada tubuh mengering, yang dialami kurang lebih selama 14-16 hari.

    Apa Gejala Cacar Air ?

    Cacar air menimbulkan bintik kemerahan berisi lentingan cairan pada anggota tubuh yang dapat pecah. Beberapa orang terjadi lentingan hanya di beberapa bagian tubuh, namun ada juga di seluruh area tubuh terutama di area wajah, telinga, kulit kepala, lengan, dada, perut dan kaki. Selain itu, Sahabat Sehat dapat mengalami demam dan tidak enak badan disertai dengan batuk dan bersin.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Apa Dampak Cacar Air Pada Masa Kehamilan ?

    Kebanyakan ibu hamil yang terkena cacar air dapat sembuh tanpa efek apapun. Namun, sebagian lagi mengalami komplikasi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu hamil berisiko terjadi komplikasi cacar air pada saat kehamilan seperti merokok, riwayat penyakit paru-paru, mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid dan mengandung lebih dari 20 minggu.

    Salah satu komplikasi cacar air pada ibu ketika hamil yang paling ditakutkan adalah terjadinya pneumonia. Infeksi pneumonia cukup mengkhawatirkan dan serius. Gejala pneumonia meliputi batuk, nyeri dada ketika bernapas dan batuk, demam, lelah dan napas pendek. Sahabat Sehat, berikut adalah berbagai resiko yang dapat dialami janin jika ibu hamil menderita cacar air: 

    Jika cacar air terjadi pada usia kehamilan 20 minggu pertama, meningkatkan resiko gejala sindrom kongenital atau cacat bawaan pada janin seperti :

    • Bekas luka (scar) pada kulit 
    • Kelainan atau cacat pada anggota gerak tubuh janin (tangan dan kaki) dan mata (kebutaan)
    • Gangguan pencernaan
    • Berat badan lahir rendah 
    • Ukuran kepala kecil
    • Gangguan pada otak hingga timbul kejang sampai keterbelakangan mental.
    • Jika cacar air terjadi diantara 2 minggu sebelum melahirkan sampai 2 minggu setelah melahirkan, biasanya bayi tidak ikut terinfeksi. Namun apabila bayi ikut tertular, biasanya gejala yang dialami cukup ringan. Apabila virus kembali aktif dapat menyebabkan herpes zoster (cacar api) pada tahun pertama kehidupan Si Kecil.
    • Apabila cacar air terjadi 5 hari sebelum melahirkan sampai 2 hari setelah melahirkan, biasanya bayi berisiko terinfeksi. Penanganan yang optimal dapat meringankan gejala.
    • Apabila melahirkan secara prematur yaitu sebelum usia kehamilan 37 minggu maka resiko terjadinya komplikasi akan semakin meningkat.

    Baca Juga: Perlukah Pemeriksaan TORCH Saat Hamil ?

    Penanganan Cacar Air Saat Masa Kehamilan

    Apabila ibu hamil lupa apakah masa kecilnya sudah pernah mengalami cacar air atau belum, sebaiknya diperiksakan ke dokter agar diketahui kadar antibodi dalam darah terhadap virus varicella zoster. 

    Apabila ibu hamil tidak sengaja kontak dengan penderita cacar air, maka segera lakukan konsultasi ke Dokter agar diberi penanganan lanjutan seperti imunoglobulin atau antibodi untuk memberikan kekebalan terhadap virus varicella. Immunoglobulin umumnya dapat diberikan maksimal 10 hari setelah riwayat kontak dengan pasien yang terkena cacar air.

    Namun, apabila ibu hamil sudah mengalami gejala yang mengarah pada cacar air, maka dokter akan memberikan beberapa obat-obatan termasuk anti virus untuk meringankan gejala dan keparahan komplikasi.

    Baca Juga: Faktor Penyebab Bayi Lahir Prematur dan Cara Mencegahnya

    Kapan Harus Segera Menemui Dokter ?

    Berikut ini gejala yang mengharuskan ibu hamil yang terkena cacar air untuk segera ke Dokter :

    • Kesulitan bernapas dan sesak pada dada
    • Nyeri kepala, muntah dan tidak enak badan
    • Perdarahan vagina
    • Lentingan kemerahan nyeri dan berdarah

    Baca Juga: Asupan Persiapan Kehamilan

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai resiko yang dapat dialami janin jika ibu hamil terinfeksi cacar air. Untuk mencegah berbagai komplikasi tersebut, Sahabat Sehat dianjurkan melakukan vaksinasi Varicella sebelum program hamil maupun sebelum menikah untuk mencegah cacar air. 

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia Dewi
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Stanford Children’s Health. Chickenpox (Varicella) and Pregnancy [Internet]. UK : Stanford Children’s Health.
    2. Marple K. Chicken pox during pregnancy [Internet]. USA : BabyCenter.
    3. RCOG. Chickenpox and pregnancy [Internet]. UK : RCOG.
    4. March of Dimes. Chickenpox during pregnancy [Internet]. USA : March of Dimes. 2021.
    5. Danielsson K. Will Exposure to Chickenpox During Pregnancy Cause a Miscarriage? [Internet]. USA : Verywell Family. 2021.
    Read More
  • Tetanus adalah salah satu jenis penyakit menular, yang disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium Tetani. Bakteri ini akan masuk ke dalam tubuh melalui luka yang terbuka atau bahkan melalui goresan kecil. Bakteri Clostridium Tetani menghasilkan racun yang disebut tetanospasmin, sesaat setelah masuk ke darah melalui kulit yang dapat menyerang sistem saraf. Jika tidak ditangani dengan baik, […]

    Alasan Pentingnya Vaksin TT Bagi Ibu Hamil

    Tetanus adalah salah satu jenis penyakit menular, yang disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium Tetani. Bakteri ini akan masuk ke dalam tubuh melalui luka yang terbuka atau bahkan melalui goresan kecil. Bakteri Clostridium Tetani menghasilkan racun yang disebut tetanospasmin, sesaat setelah masuk ke darah melalui kulit yang dapat menyerang sistem saraf. Jika tidak ditangani dengan baik, dapat mengakibatkan kematian. 

    Alasan Pentingnya Vaksin TT Bagi Ibu Hamil

    Alasan Pentingnya Vaksin TT Bagi Ibu Hamil

    Alasan Ibu Hamil Perlu Mendapatkan Vaksin TT

    Indonesia merupakan negara terakhir di kawasan Asia yang berhasil eliminasi tetanus pada ibu dan bayi baru lahir (maternal neonatal tetanus = MNT). Padahal kasus tetanus pada maternal dan neonatal adalah penyebab kematian yang paling banyak ditemukan akibat persalinan dan penanganan tali pusat yang tidak steril. Pada ibu hamil, infeksi tetanus dapat terjadi akibat luka selama proses persalinan maupun alat yang digunakan selama proses persalinan yang tidak steril. 

    vaksin ke rumah, layanan ke rumah, vaksinasi di rumah aja

    Gejala Tetanus

    Tetanus biasanya ditandai dengan kaku otot dan terasa nyeri. Tetanus neonatorum (TN) adalah tetanus yang terjadi pada bayi pada usia hari ke 3 dan 28 setelah kelahirannya, sedangkan Tetanus Maternal (TM) adalah tetanus yang menyerang ibu hamil dan 6 pekan setelah melahirkan. Bila ibu hamil terinfeksi tetanus, bayi beresiko lahir prematur hingga menyebabkan kematian pada ibu maupun bayi. Hal inilah yang menjadi alasan pentingnya ibu hamil untuk mendapatkan Vaksin TT. 

    Baca Juga: 

    Apa Itu Vaksin TT?

    Toksoid Tetanus (TT) adalah vaksin yang dapat mencegah infeksi terinfeksi tetanus. Vaksin TT dapat mencegah ibu hamil dan bayinya terinfeksi tetanus. Dengan mendapatkan vaksin TT, tubuh ibu hamil akan membentuk antibodi dalam melawan bakteri tetanus.

    Antibodi alami nantinya akan diteruskan ke tubuh janin dalam kandungan sehingga janin turut terlindungi dari tetanus selama beberapa bulan pertama hidupnya. Selanjutnya bayi akan menerima vaksin tetanus pada usia enam hingga delapan minggu, sebagai bagian dari vaksin DPT (Difteri-Pertusis-Tetanus).  

    Baca Juga: Menderita Toksoplasma Saat Hamil, Bagaimana Mengatasinya?

    Kapan Waktu Tepat Untuk Mendapatkan Vaksin TT?

    Jika ini adalah kehamilan pertama dan Sahabat Sehat telah memiliki jadwal vaksin yang teratur sebelumnya, maka Sahabat Sehat membutuhkan dua vaksin TT dengan rentang waktu minimal empat minggu antara setiap dosis. 

    Namun bila Sahabat Sehat tidak memiliki riwayat vaksinasi yang lengkap sebelumnya, maka dianjurkan untuk menerima vaksin TT dosis pertama sedini mungkin dan diikuti dengan dosis kedua pada empat minggu berikutnya. Dosis ketiga dapat Sahabat Sehat terima setelah enam bulan dosis yang kedua. Dalam kondisi ini sebaiknya Sahabat Sehat mendapatkan vaksin tetanus ini sebanyak 3 dosis sebelum persalinan. 

    Jika Sahabat Sehat kembali hamil lagi dalam waktu dua tahun setelah persalinan anak pertama, pemberian vaksin TT akan bergantung pada riwayat vaksinasi sebelumnya. Jika pada kehamilan sebelumnya Anda telah mendapatkan 2 dosis vaksin tetanus, maka dokter hanya akan menyarankan pemberian vaksin booster. 

    Baca Juga: Vaksin HPV Melindungi Ibu dan Janin Selama Kehamilan

    Efek Samping Vaksin Tetanus

    Berikut adalah berbagai efek samping yang dapat Sahabat Sehat alami setelah divaksin tetanus:

    • Kemerahan dan bengkak di lokasi suntikan
    • Nyeri
    • Demam
    • Sakit kepala. 

    Sahabat Sehat tak perlu khawatir sebab efek samping ini dapat hilang dengan sendirinya. Untuk meredakan keluhan, dianjurkan istirahat yang cukup dan memberi kompres air hangat pada bekas lokasi suntikan.

    Baca Juga: Pentingnya Vaksin Tetanus Setelah Luka Akibat Benda Tajam

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai vaksin TT yang penting bagi ibu hamil untuk mencegah infeksi tetanus pada ibu dan janin. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Nabar A. Why do I need the TT injection (TT vaccine) in pregnancy and when will I get it? [Internet]. USA : Baby Center.
    2. Anjum S. Tetanus Toxoid (TT) Injection during Pregnancy [Internet]. USA : First Cry Parenting. 2018.
    3. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Internet]. 2012.
    4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. PBB Deklarasikan Indonesia Eliminasi Tetanus pada Ibu dan Bayi [Internet]. Indonesia : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
    5. World Health Organization. Maternal Immunization Against Tetanus [Internet]. USA : World Health Organization.
    6. Mayo Clinic. Vaccines during pregnancy: Are they safe? [Internet]. USA : Mayo Clinic. 2020.
    Read More

Showing 1–10 of 72 results

Chat Asisten Maya
di Prosehat.com