Telp / WhatsApp : 0811-1816-800

Posts tagged “ hepatitis B”

Showing 1–10 of 12 results

  • Imunisasi menjadi salah satu cara si kecil terhindar dari penyakit menular. Namun ada beberapa imunisasi yang memberikan beberapa reaksi imunisasi yang sering kali membuat Bunda takut, sehingga Bunda enggan membawa si kecil untuk imunisasi. Bunda khawatir, karena reaksi-reaksi tersebut merupakan reaksi kecil yang wajar terjadi.      Reaksi yang umum terjadi biasanya seperti demam, bercak […]

    Kenali dan Cara Mengatasi Reaksi Imunisasi Si Kecil

    Imunisasi menjadi salah satu cara si kecil terhindar dari penyakit menular. Namun ada beberapa imunisasi yang memberikan beberapa reaksi imunisasi yang sering kali membuat Bunda takut, sehingga Bunda enggan membawa si kecil untuk imunisasi. Bunda khawatir, karena reaksi-reaksi tersebut merupakan reaksi kecil yang wajar terjadi.   

     

    Reaksi yang umum terjadi biasanya seperti demam, bercak merah hingga reaksi lokal ditempat suntikan. Karena itu, yuk kenali dan cara mengatasi reaksi imunisasi si kecil, berikut ini:

    1. BCG (Tubercolosis)

    Reaksi : Dalam 2-6 minggu setelah si kecil imunisasi BCG maka akan timbul bisul kecil yang membesar dan luka dapat terbuka (ulserasi) selama 2 hingga 4 bulan yang akan sembuh secara perlahan dan berganti kulit pada bisul tersebut.

    Cara mengatasinya : Jika luka tersebut mengelurkan cairan, maka Bunda dapat mengkompresnya dengan cairan antiseptik. Segeralah membawa si kecil ke dokter bila cairan tersebut semakin banyak, luka semakin membesar atau semakin parah.

    Produk Terkait:

    2. Hepatitis B

    Reaksi: Setelah imunisasi Hepatitis B, biaasnya timbul demam namun tidak tinggi, timbul kemerahan pada tempat penyuntikan, bengkak, rasa nyeri disekitar sendi dan rasa mual.

    Cara Mengatasinya: Untuk mengatasi reaksi tersebut, dianjurkan untuk si kecil minum lebih banyak baik ASI ataupun air buah. Saat si kecil demam, gunakanlah pakaian yang tipis lalu bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin.

    Produk Terkait:

    Namun jika demam belum turun, berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan dan maksimal 6 kali pemberian dalam 24 jam. Saat si kecil demam boleh Bunda seka dengan air hangat. Apabila reaksi tersebut semakin berat maka bawalah si kecil ke dokter.

    3. DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

    Reaksi : reaksi yang dapat terjadi setelah imunisasi DPT (Difteri Pertusis Tetanus) ini antara lain terjadi demam tinggi, si kecil menjadi sedikit rewel, timbul kemerahan pada tempat suntikan, nyeri serta pembengkakan. Reaksi ini tidak akan berlangsung lama Bunda, kurang lebih selama 2 hari.

    Cara Mengatasinya : Cara mengatasinya yaitu beri si kecil minum lebih banyak dapat berupa ASI atau air buah. Sama seperti penanganan pada imunisasi Hepatitis B, beri pakaian yang lebih tipis jika si kecil demam, kompreslah bekas suntikan yang nyeri dengan air dingin, apabila demam dapat diberikan parasetamol 15 kg/kgbb setiap 3-4 jam dan maksimal 6 kali pemberian dalam 24 jam.

    Produk Terkait: Imunisasi DPT ke Rumah

    Si Kecil di perbolehkan mandi atau cukup diseka dengan air hangat dan bila reaksi si kecil lebih berat dibandingkan sebelumnya maka bawalah si kecil ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

    4. Polio

    Reaksi: Pemberian imunisasi polio pada umumnya tidak memberikan dampak apapun. Namun sebagian kecil anak yang telah melakukan imunisasi akan merasa pusing, diare ringan dan nyeri otot.

    Cara Mengatasinya: karena reaksi ini jarang terjadi maka Bunda tidak perlu khawatir dan tidak perlu melakukan tindakan apapun.

    Produk Terkait: Imunisasi 3 Bulan Komplit ke Rumah

    5. Campak dan MMR

    Reaksi: Hal yang dapat terjadi pasca imunisasi campak dan MMR yaitu berupa rasa tidak nyaman disekitar bekas penyuntikan.

    Terjadi beberapa gejala-gejala lain yang timbul  5-12 hari setelah penyuntikan seperti demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus atau tipis yang berlangsung kurang dari 48 jam. Pembengkakan kelenjar getah bening pada belakang telingan yang dapat terjadi sekitar 3 minggu pasca imunisasi MMR.

    Cara Mengatasinya: Berilah si kecil minum lebih banyak seperti ASI atau air buah, jika demam gunakan pakaian yang tipis, kompreslah area bekas suntikan yang nyeri dengan menggunakan air dingin, bila demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimum 6 kali dalam 24 jam. Untuk membersihkan si kecil cukup disekan menggunakan air hangat. Apabila reaksi tersebut berat maka bawalah si kecil ke dokter.

    Produk Terkait: Vaksinasi Campak ke Rumah

     

    6. DT (Diteri, Tetanus)

    Reaksi : Reaksi pasca imunisasi DT (Difteri, Tetanus) biasanya timbul kemerahan, bengkak dan nyeri sekitar bekas suntikan.

    Cara Mengatasinya: Kompreslah area bekas suntikan yang terasa nyeri dengan menggunakan air dingin. Bunda tenang saja karena imunisasi ini tidak memerlukan tindakan khusus.

    Produk Terkait: imunisasi booster ke rumah

    Bila si kecil mengalami demam setelah imunisasi dan tak kunjung turun setelah diberi obat, maka periksakan ke dokter. Selalu catat apa yang dialami si kecil untuk imunisasi ke dua dan selanjutnya.

    Untuk mendapatkan kenyamanan imunisasi si kecil dan layanan imunisasi ke rumah silakan hubungi Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa

     

    Sumber:

    Trisbiantara, Irene. “Apa Saja Efek Samping Setelah Imunisasi?”. tanyadok.com

    IDAI. “Penjelasan Kepada Orang Tua Mengenai Imunisasi”. idai.or.id

    Read More
  • Vaksin hepatitis B diberikan untuk mencegah munculnya penyakit hepatitis B. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang dapat menyebabkan peradangan hati yang apabila tidak ditangani bisa membahayakan nyawa. Bahkan, virus ini 100 kali lebih ganas daripada HIV/AIDS. Tidak salah jika hepatitis B termasuk penyakit kronis.1 WHO memperkirakan lebih dari 680.000 orang meninggal […]

    Yang Perlu Sahabat Sehat Ketahui Tentang Vaksin Hepatitis B

    Vaksin hepatitis B diberikan untuk mencegah munculnya penyakit hepatitis B. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang dapat menyebabkan peradangan hati yang apabila tidak ditangani bisa membahayakan nyawa. Bahkan, virus ini 100 kali lebih ganas daripada HIV/AIDS. Tidak salah jika hepatitis B termasuk penyakit kronis.1

    vaksinasi hepatitis b, imunisasi hepatitis b

    WHO memperkirakan lebih dari 680.000 orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat komplikasi penyakit ini. Di Indonesia, penderita penyakit ini diperkirakan mencapai 28 juta orang, setengah di antaranya berpotensi menjadi kronis, dan 10 % dari risiko kronis tersebut akan mengalami sirosis atau bahkan kanker hati.1

    Hepatitis B merupakan satu dari lima jenis infeksi hepatitis. Infeksi virus pada hati lainnya yang menyebabkan hepatitis adalah A, C, D, dan E.2

    Baca Juga: 5 Penyakit Hepatitis yang Patut Diwaspadai!

    Apa Penyebab Hepatitis B?

    Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyebar melalui darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi. Virus ini tidak menyebar melalui makanan atau kontak biasa.1 Selain itu, hepatitis B dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:

    Kontak seksual

    Seseorang dapat terinfeksi penyakit hepatitis B jika melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan orang yang terinfeksi.1

    Berbagi jarum suntik

    Hepatitis B dapat ditularkan melalui jarum suntik yang telah terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi virus hepatitis B. Tidak hanya itu, praktik tradisional yang melibatkan darah, seperti tusuk jarum atau akupunktur, dan menggunakan peralatan tato yang tidak disterilkan dengan tepat, serta pembuatan tato kosmetik juga dapat menyebabkan penyakit ini. 1

    Dari ibu ke anak

    Ibu hamil yang terinfeksi virus hepatitis B dapat menularkan virus ke bayi saat melahirkan. Biasanya hal ini terjadi di negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia.1

    Transfusi darah

    Transfusi darah juga menjadi penyebab, terutama di negara-negara yangh tidak memeriksa secara menyeluruh apakah darah yang ditranfusi tercemar virus hepatitis B atau tidak.1

    Seperti Apa Gejalanya?

    Baca Juga: 10 Ciri Terkena Hepatitis B yang Perlu Kamu Ketahui

    Gejala timbulnya hepatitis B biasanya adalah sebagai berikut:1

    • Sering sakit perut
    • Urine berwarna gelap
    • Demam
    • Nyeri sendi
    • Kehilangan selera makan
    • Sering mual dan muntah
    • Lesu dan sering mengalami kelelahan
    • Kulit dan bagian putih mata tampak menguning

    Bagaimanakah Cara Mengobatinya?

    Belum ada pengobatan spesifik untuk hepatitis B akut. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala, memberikan kenyamanan kepada pasien, keseimbangan nutrisi, dan pemberian cairan untuk menggantikan kehilangan cairan karena muntah atau diare. Sedangkan pada hepatitis B yang sudah kronik, beberapa agen antivirus dapat diberikan untuk mencegah berkembangnya sirosis hati.

    Tidak banyak pasien hepatitis B kronik (10-40%) yang membutuhkan pengobatan. Namun, pada mayoritas pasien, antivirus ini tidak menyembuhkan infeksi hepatitis B, melainkan hanya menekan replikasi virus agar tidak berkembang. Oleh karena itu, strategi terbaik adalah dengan pencegahan. Vaksinasi hepatitis B adalah cara utama pencegahan hepatitis B.3

    Kapan Sebaiknya Vaksin Diberikan dan Berapa Dosisnya?

    Pemberian vaksin hepatitis B sebaiknya sebanyak 3 kali untuk dapat memberikan perlindungan yang optimal.4 Untuk bayi yang baru dilahirkan, vaksin diberikan kurang dari 12 jam setelah dilahirkan, selanjutnya secara berturut-turut pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

    Pada dewasa, dapat diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pemberian pertama, diikuti sebulan setelahnya, dan terakhir pada bulan keenam.5 Dosis yang perlu diberikan adalah 0,5 ml. Orang dewasa, terutama yang berisiko tinggi terserang hepatitis B, mendapatkan vaksin dengan dosis 1 ml.6

    Siapa Sajakah yang Berhak Mendapatkan Vaksin?

    Petugas medis5

    Petugas medis berhak mendapatkan vaksin hepatitis B karena kerap berhubungan langsung dengan pasien, peralatan medis, serta darah penderita infeksi hepatitis B. Hal yang demikian dapat membuat petugas medis berisiko tertular infeksi penyakit ini.

    Individu yang satu atap dengan penderita5

    Apabila ada anggota keluarga yang menderita hepatitis B, sebaiknya anggota keluarga lain segera menjalani vaksinasi yang dapat melindungi seluruh anggota keluarga dari penularan penyakit.

    Orang yang kerap berganti pasangan seksual5

    Bagi Sobat yang punya kebiasaan bergonta-ganti pasangan, disarankan juga harus diberikan vaksin karena kebiasaan ini menimbulkan risiko tinggi tertular. Supaya Sobat tidak mengalaminya, sebaiknya mulailah menghentikan kebiasaan bergonta-ganti pasangan seksual.

    Bayi yang baru lahir2

    Karena hepatitis B adalah penyakit yang sangat mudah ditularkan dari ibu yang terkena infeksi, pemberian vaksin menjadi sangat penting dalam waktu kurang dari 24 jam setelah persalinan. Hal ini untuk mencegah virus masuk ke tubuh bayi.

    Pengguna narkoba dengan jarum suntik5

    Tak hanya melalui hubungan seksual, hepatitis B juga dapat ditularkan melalui suntika narkoba terutama suntikan narkoba bekas. Karena itu, jika Sobat mengalami hal tersebut, segara upayakan dengan vaksinasi untuk pencegahan.

    Selain kelompok-kelompok di atas, juga terdapat beberapa orang yang perlu mendapatkan vaksinasi, yaitu:

    • Pengidap penyakit hati atau ginjal kronis
    • Penderita diabetes
    • Staf rumah sakit jiwa
    • Penderita HIV/AIDS
    • Para wisatawan yang berkunjung ke wilayah rawan hepatitis B
    • Korban kekerasan atau pelecehan seksual
    • Lelaki yang melakukan hubungan seksual dengan lelaki lain

    Bagaimana Cara Pemberiannya?

    Vaksin ini diberikan dengan cara disuntik secara intramuskular atau suntikan ke dalam otot tubuh dalam satu suntikan. Lokasi penyuntikan yang disarankan adalah otot deltoid untuk orang dewasa atau di paha bagian anterolateral untuk bayi yang baru lahir (neonatus) dan bayi.7

    Perlukah Persiapan?

    Tentu saja ada persiapan yang diperlukan bagi yang ingin mendapatkan vaksinasi hepatitis B ini, seperti Sobat Sehat harus segar bugar. Jika Sobat merasa kurang sehat dan sedang membutuhkan pemulihan, maka dianjurkan tidak melakukan vaksinasi.7 Selain itu, apabila Sahabat adalah orang yang mengalami alergi berat terhadap hepatitis B, juga sangat tidak dianjurkan.

    Vaksinasi hepatitis B memang tidak diperkenankan diberikan pada penderita hepatitis B kronis. Sehingga, sebelum divaksin, Sobat harus diperiksa terlebih dahulu HBsAg dan anti-HBs. Bila HBsAg dinyatakan positif, kemungkinan orang tersebut telah menderita hepatitis B akut atau kronis, sehingga didiskualifikasi dari pemberian vaksin. Namun, apabila HBsAg dan anti-HBs menunjukkan hasil negatif, vaksin dapat diberikan.7

    Apa Saja Manfaat yang Didapat?

    Selain mencegah tubuh terserang virus hepatitis B, manfaat yang didapatkan dari vaksinasi hepatitis B ini adalah membuat seseorang terhindar dari penyakit kronis yang disebabkan oleh virus ini, seperti kanker hati dan sirosis.7

    Baca Juga: Fungsi dan Manfaat Vaksin Hepatitis B

    Seberapa Efektifkah?

    Semenjak ditemukan pada 1982, vaksin hepatitis B dinyatakan 95% efektif. Tak hanya mencegah infeksi hepatitis saja, tetapi juga komplikasi kronis yang mengikutinya. Jangka waktu perlindungan dilaporkan bisa mencapai 20 tahun, atau bahkan seumur hidup.5

    Adakah Efek Sampingnya?

    Tentu saja ada. Bagi Sobat Sehat yang sudah divaksinasi akan mendapatkan efek samping sebagai berikut:2,7

    • Demam
    • Gatal-gatal
    • Mual
    • Muncul ruam di kulit
    • Bengkak di area bekas suntikan
    • Sensasi terbakar pada kulit
    • Sakit kepala
    • Tubuh mudah lelah

    Di Manakah Cara Mendapatkannya?

    Untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis B, Sobat bisa mendapatkannya secara gratis di posyandu jika ditujukan untuk anak Sobat. Vaksin hepatitis B adalah salah satu imunisasi dasar lengkap untuk anak-anak bersama dengan BCG, polio, campak, DPT-HB.

    Selain di posyandu, fasilitas kesehatan yang menyediakan vaksin secara gratis adalah puskesmas. Vaksin ini juga bisa didapatkan di rumah sakit, terutama untuk orang dewasa, namun dengan biaya sendiri.

    Berapa Biayanya?

    Biaya untuk vaksinasi mulai dari Rp 420.000,00 hingga Rp 1.180.000,00 untuk orang dewasa dengan dosis 1 kali hingga 3 kali suntik, sedangkan untuk anak mulai dari Rp 390.000,00 hingga Rp 2.090.000,00 untuk dosis dari 1 hingga 3 kali suntik.

    Itulah beberapa hal yang perlu Sobat Sehat ketahui tentang vaksin hepatitis sebagai salah salah satu vaksinasi penting untuk membuat tubuh kebal dari serangan virus hepatitis B yang dapat menyebabkan penyakit kronis hingga kematian. Sobat pun bisa memanfaatkan layanan vaksinasi hepatitis B ke rumah dari Prosehat dengan beberapa kelebihan, yaitu:

    • Produk dijamin asli
    • Ditangani oleh dokter yang profesional dan memiliki izin resmi
    • Ada tanya jawab dengan Asisten Kesehatan Maya
    • Proses pembayaran yang mudah dan dapat dicicil
    • Jadwal vaksinasi yang fleksibel
    • Dokter akan mengunjungi lokasi sesuai perjanjian

    Selain itu, bagi Sobat yang memerlukan informasi kesehatan lainnya maupun membutuhkan produk-produk kesehatan, silakan hubungi Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa

    Referensi

    1. Setiawan H. Penyakit Hepatitis B Penyebab, Gejala Serta Makanan yang Harus Dihindari [Internet]. liputan6.com. 2020 [cited 30 July 2020]. Available from: https://www.liputan6.com/health/read/3920432/penyakit-hepatitis-b-penyebab-gejala-serta-makanan-yang-harus-dihindari
    2. Wahyu, A. Vaksin Hepatitis, Ini Aturan dan Efek Sampingnya [Internet]. Parenting.orami.co.id. 2020 [cited 30 July 2020]. Available from: https://parenting.orami.co.id/magazine/vaksin-hepatitis-ini-aturan-dan-efek-sampingnya/
    3. World Health Organization. Hepatitis B [Internet], who.int. 2020 [cited 31 July 2020]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-b
    4. Vaksin Hepatitis B Harus Diberikan Tiga Kali [Internet]. beritasatu.com. 2020 [cited 30 July 2020]. Available from: https://www.beritasatu.com/kesehatan/266006-vaksin-hepatitis-b-harus-diberikan-tiga-kali
    5. Efektivitas Vaksin Hepatitis B [Internet]. JawaPos.com. 2020 [cited 30 July 2020]. Available from: https://www.jawapos.com/kesehatan/health-issues/11/11/2017/efektivitas-vaksin-hepatitis-b/
    6. Badan POM RI. Vaksin Hepatitis B [Internet]. Pionas.pom.go.id. 2015 [cited 31 July 2020]. Available from: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-14-produk-imunologis-dan-vaksin/144-vaksin-dan-antisera/vaksin-hepatitis-b
    7. Cegah Hepatitis B dengan Vaksin [Internet]. beritasatu.com. 2020 [cited 30 July 2020]. Available from: https://www.beritasatu.com/kesehatan/73275-cegah-hepatitis-b-dengan-vaksin
    Read More
  • Hepatitis B adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis B merupakan jenis yang paling sering menyebabkan peradangan hati yang bersifat kronis (lama) dan sangat berbahaya. Di dunia terdapat 240 juta orang yang menderita hepatitis B kronis dan 75%-nya berada di Asia, termasuk Indonesia. Akibat dari bahaya hepatitis B ditambah […]

    10 Bahaya Hepatitis B pada Bayi!

    Hepatitis B adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis B merupakan jenis yang paling sering menyebabkan peradangan hati yang bersifat kronis (lama) dan sangat berbahaya. Di dunia terdapat 240 juta orang yang menderita hepatitis B kronis dan 75%-nya berada di Asia, termasuk Indonesia.

    Akibat dari bahaya hepatitis B ditambah belum adanya pengobatan yang dapat seutuhnya menyembuhkan penyakit tersebut, sampai pada tahun 2015, setiap tahun masih terdapat kematian sebanyak 600.000 orang penderita hepatitis B. Pada bayi, faktor risiko paling besar untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah paparan terhadap ibu yang menderita hepatitis B selama proses kehamilan dan persalinan. Sebanyak 90% bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B, baik secara normal atau operasi sesar, juga akan mendapat infeksi hepatitis B kronis jika tidak diberikan penanganan yang tepat saat lahir.

    Hepatitis B disebut sebagai jenis hepatitis yang sangat berbahaya karena dari 100% bayi yang baru tertular infeksi, hanya 5% yang akan pulih dan berhasil membentuk kekebalan tubuh terhadap virus hepatitis B, sedangkan 1 – 5% akan dengan cepat berkembang menjadi infeksi yang parah sampai menyebabkan kematian dini, dan sisanya (90 – 94%) akan berlanjut menjadi infeksi kronis yang merupakan cikal bakal terbentuknya jaringan parut hati (sirosis) atau bahkan kanker hati.

    Berikut ini akan kita kupas 10 bahaya hepatitis B pada bayi serta gejala yang mungkin muncul, sehingga bisa membantu orang tua untuk lebih waspada, terutama jika sang ibu selama kehamilannya menderita hepatitis B.

    1. Kematian sel hati

    Virus hepatitis B secara spesifik menyerang sel hati. Virus akan masuk kedalam sel dan merusak struktur serta metabolisme sel, menyebabkan kematian sel. Infeksi yang baru terjadi seringkali tidak menimbulkan gejala, tapi kematian sel hati dapat dideteksi dengan meningkatnya kadar enzim hati.

    2. Terbentuk jaringan parut (sirosis hati)

    Saat jaringan hati rusak, ia akan membuat sel baru untuk menggantikan kerusakan, dan pada prosesnya dapat terbentuk jaringan parut. Keberadaan jaringan parut ini mengganggu fungsi hati. Pada sirosis hati yang luas, gejala seperti mudah lelah, mudah luka dan berdarah, mual, atau warna kulit menjadi kuning dapat muncul.

    3. Penyumbatan saluran empedu (kolestasis)

    Sel hati juga memproduksi bilirubin (zat yang memberi warna kuning pada urin dan  feses). Pada kondisi kerusakan hati, bilirubin tidak bisa keluar dari hati menuju ke usus, sehingga akan terserap kembali ke darah dan mengakibatkan perubahan warna kulit menjadi kuning.

    4. Penurunan fungsi otak akibat zat berbahaya (ensefalopati hepatikum)

    Fungsi hati yang terganggu untuk membuang zat berbahaya dalam tubuh mengakibatkan zat tersebut tetap beredar dalam darah dan mencapai otak. Hal tersebut bisa menimbulkan gangguan kesadaran, mudah lupa, bicara terpatah – patah, tangan gemetar, yang merupakan gejala dari ensefalopati hepatikum.

    5. Penyakit sendi

    Gejala pada hepatitis B tidak hanya disebabkan aktivitas virus, tapi juga respon imun dari tubuh manusia. Dalam perjalanan penyakitnya, bagian tubuh yang terikat dengan bagian dari virus akan beredar dalam darah dan dapat mengendap di sendi sehingga mengakibatkan nyeri sendi (atralgia).

    6. Peradangan ginjal

    Peradangan ginjal diakibatkan mekanisme imun yang sama seperti pada nyeri sendi. Jika terjadi, maka fungsi ginjal juga akan terganggu.

    7. Sindrom Guillain-Barré

    Sindrom ini juga didasari oleh mekanisme imun, yang ditandai dengan kelumpuhan otot yang berawal dari anggota gerak bawah dan menjalar ke bagian atas tubuh. Kelumpuhan yang sudah mencapai otot dada sangat berbahaya karena dapat mengganggu pernapasan.

    8. Gangguan pembekuan darah (koagulopati)

    Koagulopati terjadi karena terganggunya fungsi hati dalam membentuk faktor pembekuan darah.

    9. Kanker hati

    Kanker hati adalah kanker ke – 6 terbanyak di dunia dan 55% dari kasus kanker hati disebabkan oleh virus hepatitis B.

    10. Kematian

    Hepatitis B memiliki angka kematian tertinggi di antara jenis hepatitis lainnya. Jika bayi lahir dari ibu dengan hepatitis B dan tidak mendapat penanganan tepat, bahaya hepatitis B yang paling ditakuti ini dapat terjadi.

    Berita baiknya, 10 bahaya hepatitis B tersebut dapat dicegah! Bagi ibu hamil yang sedang menderita hepatitis B tidak perlu hilang harapan, karena saat ini di Indonesia telah diterapkan program vaksinasi khusus untuk bayi yang lahir dari ibu yang positif menderita hepatitis B. Program tersebut berupa pemberian Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) dan vaksin hepatitis B sebanyak satu kali sebelum bayi berusia 12 jam.

    Pada bayi yang lahir dari ibu tanpa hepatitis B, hanya diberikan vaksin hepatitis B saja, tanpa HBIG. HBIG memiliki cara kerja yang berbeda dengan vaksin hepatitis B. Sesuai dengan namanya, HBIG merupakan imunoglobulin, yaitu antibodi spesifik yang sudah siap memberikan proteksi bagi tubuh bayi terhadap virus hepatitis B, tapi fungsi proteksi ini hanya sementara (3 – 6 bulan). Oleh karena itu, diperlukan juga pemberian vaksin hepatitis B yang merupakan virus yang sudah dilemahkan, sehingga memicu tubuh bayi membentuk antibodinya sendiri terhadap virus hepatitis B.

    Pada bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B, tidak ada pengecualian untuk pemberian vaksin hepatitis B, termasuk bayi prematur dengan berat badan lahir < 2.000 gram. Namun, pada bayi yang lahir dari ibu tanpa hepatitis B, jika lahir dengan berat badan lahir < 2.000 gram, maka pemberian vaksin hepatitis B ditunda sampai bayi berusia 1 bulan.

    Setelah vaksin pada hari pertama kelahiran, setiap bayi tetap harus melengkapi jadwal imunisasi hepatitis B sebanyak tiga kali, yaitu saat usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Jadwal ini berlaku secara nasional di Indonesia, sehingga bisa didapatkan di seluruh fasilitas kesehatan, termasuk untuk bayi yang lahir dari ibu tanpa hepatitis B. Pemberian HBIG dan empat dosis vaksin hepatitis B memiliki efektivitas sebesar 85 – 95% dalam mencegah penularan dari ibu ke bayi.

    Vaksin hepatitis B ini telah terbukti aman, tetapi sama seperti vaksin lainnya, efek samping seperti nyeri di bagian tubuh yang disuntik atau demam mungkin terjadi setelah vaksinasi. Namun, hal tersebut merupakan efek samping ringan yang akan hilang setelah 1 – 2 hari, sehingga vaksinasi tetap memberikan keuntungan yang lebih besar, yaitu terlindunginya bayi dari bahaya hepatitis B, khususnya kematian dini.

    Nah, jika Anda ingin melindungi diri dan keluarga dari bahaya hepatitis B, tak perlu bingung untuk melakukan vaksin, hanya dengan mengakses www.prosehat.com atau install aplikasi ProSehat, Sahabat bisa mendapatkan layanan vaksin ke rumah loh!

    Info lebih lanjut mengenai vaksinasi hepatitis B, hubungi segera Asisten Kesehatan Maya melalui Telp / SMS / WhatsApp : 0811-18-16-800 sekarang juga!

    instal aplikasi prosehat

    Referensi

    1. Borgia G, Carleo M, Gaeta G, Gentile I. Hepatitis B in pregnancy. World Journal of Gastroenterology. 2012;18(34):4677-4683.
    2. Hepatitis B Vaccine Safety Vaccines | Vaccine Safety | CDC [Internet]. Cdc.gov. 2015 [cited 5 July 2018]. Available from: https://www.cdc.gov/vaccinesafety/vaccines/hepatitis-b-vaccine.html
    3. Michielsen P, Ho E. Viral hepatitis B and hepatocellular carcinoma. ActaGastroenterol Belg. 2011;74(1):4-8.
    4. Nelson N, Jamieson D, Murphy T. Prevention of Perinatal Hepatitis B Virus Transmission. Journal of the Pediatric Infectious Diseases Society. 2014;3(1):S7-S12.
    5. Nelson. Textbook of Pediatrics. Edisi ke-20. Philadelphia: Elsevier, 2016.
    6. Purwono P, Juniastuti, Amin M, Bramanthi R, Nursidah, Resi E et al. Hepatitis B Virus Infection in Indonesia 15 Years After Adoption of a Universal Infant Vaccination Program: Possible Impacts of Low Birth Dose Coverage and a Vaccine-Escape Mutant. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 2016;95(3):674-679.
    7. Yano Y, Utsumi T, Lusida M, Hayashi Y. Hepatitis B virus infection in Indonesia. World Journal of Gastroenterology. 2015;21(38):10714-10720.

     

    Read More
  • Hepatitis B adalah penyakit peradangan pada hati dan merupakan penyakit menular. Penyebab infeksi hepatitis B adalah virus Hepatitis B (VHB). Virus hepatitis B dalam perjalanan penyakitnya dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis. Hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Hepatitis B merupakan salah satu penyakit endemis di Indonesia. Indonesia  menjadi negara kedua […]

    Penyebab Infeksi Hepatitis B pada Bayi

    Hepatitis B adalah penyakit peradangan pada hati dan merupakan penyakit menular. Penyebab infeksi hepatitis B adalah virus Hepatitis B (VHB). Virus hepatitis B dalam perjalanan penyakitnya dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis.

    Hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Hepatitis B merupakan salah satu penyakit endemis di Indonesia. Indonesia  menjadi negara kedua tertinggi sebagai negara endemisitas hepatitis B di antara negara South East Asian Region(SEAR) lainnya. Sedangkan peringkat satu sebagai negara endemisitas hepatitis B tertinggi adalah Myanmar.

    Virus Hepatitis B telah menginfeksi sekitar 2 milyar orang di dunia. Sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap Hepatitis B kronik. Sebanyak 1,5 juta penduduk dunia meninggal setiap tahunnya karena Hepatitis. Menurut Riskesdas 2013, prevalensi hepatitis di Indonesia adalah 1,2% dari jumlah total penduduk. Sekitar 1-5% diantaranya merupakan ibu hamil dengan virus hepatitis B.

    Penularan infeksi virus hepatitis B dapat terjadi melalui 2 cara, yaitu penularan secara horizontal dan penularan secara vertikal. Penularan horizontal virus hepatitis B dapat terjadi melalui berbagai cara seperti penggunaan jarum suntik secara bersamaan, transfusi darah, hubungan seksual, dan lainnya. Sementara penularan secara vertikal biasanya didapatkan pada bayi yang memiliki ibu dengan hepatitis B akut atau persisten. Istilah penularan vertikal ini sering juga disebut sebagai Mother to Child Transmission atau MTCT.

    Penyebab penularan infeksivirus hepatitis B secara  MTCT atau Mother to Child Transmission dapat terjadi melalu tiga cara. Tiga cara tersebut yaitu penularanVHB in-utero (di dalam kandungan), penularanVHB perinatal (saat melahirkan) dan penularanVHB post natal (setelah melahirkan).

    Penularan virus hepatitis B in-utero atau dalam kandungan ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti mekanismenya. Karena salah satu fungsi plasenta adalah sebagai proteksi terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan mengalami infeksi in-utero jika dalam 1 bulan post partum atau 1 bulan setelah lahir sudah menunjukkan HbsAg positif.

    Penularan perinatal adalah penularan yang terjadi pada saat persalinan. Sebagian besar ibu dengan HbeAg ( salah satu bentuk antigen yang menandakan adanya replikasi atau perbanyakan virus hepatitis b secara aktif) positif akan menularkan infeksi VBH vertikal kepada bayi yang dilahirkannya. Sedangkan ibu dengan anti-Hbe (salah satu bentuk antibodi untuk melawan virus yang sedang bereplikasi) positif tidak akan menularkannya. Untuk mengurangi risiko penularan perinatal, maka pada ibu dengan hepatitis b akut dan aktif lebih baik disarankan persalinan dengan operasi sectio ceasaria. Penularan virus hepatitis B pada bayi yang lahir dengan operasi sectio caesaria elektif (direncanakan) memiliki persentase yang lebih rendah yaitu 1,4%, jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam (persalinan normal) yaitu 3,4% atau operasi sectio caesaria darurat yaitu 4,2%.

    Penularan post natal terjadi setelah bayi lahir misalnya melalui ASI yang diduga tercemar oleh virus hepatitis B yang masuk ke dalam tubuh bayi melalui luka kecil di dalam mulut bayi. Untuk mencegah infeksi tersebut maka bayi perlu dilakukan vaksinasi. Dan apabila bayi sudah diduga terpapar virus hepatitis B atau ibu memiliki HbeAg positif, maka bayi juga dianjurkan untuk diberikan imunoglobulin (HBIG). Tidak ada masalah untuk menyusui bayi jika bayi sudah mendapatkan vaksinasi. Setelah divaksinasi, maka tubuh bayi akan membentuk antibodi sehingga mampu melawan virus hepatitis B yang masuk dari ibu.

    Infeksi akut virus hepatitis B pada ibu hamil tidak dikaitkan dengan peningkatan mortalitas (kematian) dan teratogensitas (kecacatan) pada janin. Namun, apabila anak tersebut lahir dan tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) selama tahun pertama kehidupannya, 90% nya akan berkembang menjadi hepatitis B kronis dan anak akan menjadi carrier. Sedangkan anak-anak yang terinfeksi sebelum usia 6 tahun, 30% sampai 50% nya akan berkembang menjadi infeksi kronis. Dan berdasarkan data statistik, 25% anak tersebut akan meninggal karena kanker hati. Maka pencegahan penularan secara vertikal merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam memutus rantai penularan Hepatitis B dan kanker hati.

    Segera setelah lahir atau kurang dari 12 jam setelah lahir, bayi harus segera mendapatkan vaksinasi hepatitis B. Vaksinasi hepatitis B dilakukan secara intramuskular (disuntikan di otot) di bagian paha kiri lateral (bagian luar). Vaksin hepatitis B diulangi saat bayi berusia 1-2 bulan dan saat usia 6 bulan, setelah bayi berusia 10 tahun ke atas dapat diberikan booster vaksin hepatitis B. Untuk bayi yang perlu mendapatkan imunoglobulis hepatitis B atau HBIG harus segera diberikan sebelum bayi berusia satu minggu. HBIG disuntikkan di paha kanan bagian lateral.

    Penyebab bayi dapat terinfeksi hepatitis B adalah karena penularan vertikal dari ibu yang memiliki hepatitis B positif. Pada bayi-bayi dengan ibu yang memiliki hepatitis B positif, perlu dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HBsAg  berkala pada usia 7 bulan atau satu bulan setelah pemberian vaksin hepatitis B ketiga. Bila pada usia 7 bulan anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan ulang antiHBs danHBsAg pada usia 1, 3, 5 dan 10 tahun. Namun, bila pada usia 7 bulan dalam pemeriksaan didapatkan anti HBs negative dan HBs Agpositif, maka dilakukan pemeriksaan 6 bulan kemudian dan bila hasilnya masih positif, dianggap sebagai hepatitis kronis. Bayi dikatakan non responder apabila setelah pemberian vaksin tambahan namun anti HBs dan HbsAgnya tetap negatif.

    Oleh karena itu, Jika Anda ingin melindungi diri dan keluarga dari bahaya hepatitis, tak perlu bingung untuk melakukan vaksin, hanya dengan mengakses www.prosehat.com atau install aplikasi ProSehat, Anda bisa mendapatkan layanan vaksin ke rumah loh!

    Info lebih lanjut mengenai vaksinasi hepatitis, hubungi segera Asisten Kesehatan Maya melalui Telp / SMS / WhatsApp : 0811-18-16-800 sekarang juga!

    instal aplikasi prosehat

    Referensi:

    1. KementerianKesehatan RI. Pusat Data danInformasi. Jakarta: KementerianKesehatan RI; 2014.
    2. Depkes RI. RisetKesehatanDasar. Jakarta:BadanPenelitiandanpengembanganKesehatanKementrianKesehatan RI;2013.
    3. Dunkelberg JC, Berkley. Hepatitisb and c in pregnancy: a review andrecommendations for care. J Perinatol.2014.
    4. Ankur J, Sarin K. Prevention ofperipartum hepatitis b transmission. NewDelhi : New England J Med 2017.
    5. Ayoub, Cohen. Hepatitis managementin the pregnant patient : an update. USA :JClin Trans Hepatol. 2016.
    6. Pujiarto PS, Sari Pediatri: Bayi Terlahir dari Ibu Hepatitis B. Jakarta: 2013.
    7. Kemenkes RI. PedomanPengendalian Hepatitis Virus. Jakarta: KementrianKesehatanRepublik Indonesia; 2012.

     

    Read More
  • Pencegahan penularan penyakit hepatitis B menjadi hal yang penting dan perlu perhatian khusus. Hepatitis B merupakan salah satu penyakit infeksi virus paling sering terjadi di dunia, di mana angka kejadiannya sangat tinggi terutama di negara Asia, Afrika, dan Oceania. WHO memprediksi sekitar 2 miliar orang di dunia terinfeksi hepatitis B dan sekitar 370 juta sudah […]

    Bagaimana Mencegah Penularan Hepatitis B pada Bayi jika Ibunya Terinfeksi Hepatitis saat Hamil?

    Pencegahan penularan penyakit hepatitis B menjadi hal yang penting dan perlu perhatian khusus. Hepatitis B merupakan salah satu penyakit infeksi virus paling sering terjadi di dunia, di mana angka kejadiannya sangat tinggi terutama di negara Asia, Afrika, dan Oceania. WHO memprediksi sekitar 2 miliar orang di dunia terinfeksi hepatitis B dan sekitar 370 juta sudah mengalami infeksi kronis. Di Indonesia angka kejadiannya semakin tahun semakin meningkat. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, angka kejadian hepatitis meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2007, dan didapati kasus terbanyak terjadi di daerah Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi, dan Maluku, dan diperkirakan masih terus meningkat. Berikut adalah gambar peta kejadian hepatitis B di dunia.

    Infeksi hepatitis B akan menyebabkan gangguan organ hati yang sementara hingga menahun, seperti sirosis hati, hingga berisiko tinggi menyebabkan kanker hati dan pada akhirnya akan berujung pada kematian. Gejala yang ditimbulkan dari infeksi hepatitis B bervariasi, mulai dari gejala akut yang ringan hingga gejala yang sangat berat, dan dapat pula infeksi kronis yang tidak memberikan gejala, namun tetap berujung pada kerusakan hati permanen kemudian hari. Biasanya bayi yang baru lahir jika terinfeksi hepatitis B tidak akan memberikan gejala tapi nantinya berkembang menjadi kerusakan hati yang kronis, kanker hati dan berujung kematian.

    Penularan virus hepatitis ini dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu melalui:

    • Kontak dengan darah atau cairan tubuh penderita yang terinfeksi hepatitis B melalui luka atau selaput lendir
    • kontak seksual dengan orang yang sudah teinfeksi hepatitis B
    • penggunaan jarum suntik yang berulang
    • donor darah yang terinfeksi hepatitis B
    • dan penularan dari ibu dengan hepatitis B ke bayi yang baru lahir

    Pada poin terakhir inilah yang paling sering terjadi di negara berkembang dan Indonesia termasuk di dalamnya. Penularan dari ibu ke bayi ini juga menjadi salah satu masalah kesehatan dunia yang masih perlu banyak evaluasi.

    Setiap orang yang sudah terinfeksi hepatitis B akan berperan sebagai seorang pembawa, atau yang lazimnya disebut sebagai carrier. Hal ini berarti orang tersebut berisiko menularkan virus tersebut kepada orang lain, melalui beberapa cara penularan yang sudah dicantumkan dalam paragraf sebelumnya. Sehingga, ibu yang sudah mengalami hepatitis B saat ia hamil berisiko menularkan virus hepatitis pada bayinya. Tidak hanya itu, kelak si anak juga dapat menularkan kepada anak lainnya, dan begitu seterusnya.

    Penularan hepatitis B dari ibu yang sudah terinfeksi kepada bayinya paling tinggi terjadi saat proses persalinan itu sendiri, dimana saat proses persalinan terjadi kontak antara darah ibu dengan bayi. Risiko penularan hepatitis B berkisar antara 10% hingga 90%. Rentang ini cukup besar karena pada umumnya hal ini tergantung dari jumlah virus hepatitis B dalam tubuh ibu, tingkat aktivitas pembelahan virus itu sendiri, dan berbagai faktor lainnya.

    Pemeriksaan lanjut diperlukan, tidak hanya pemeriksaan yang sekedar mengetahui positif terinfeksi hepatitis B atau tidak. Cara penularan lain adalah saat di dalam kandungan. Penularan saat bayi masih dalam kandungan terbukti dapat terjadi meski dengan kemungkinan yang lebih kecil tapi mekanisme terjadinya masih belum sepenuhnya jelas.

    Pencegahan penularan hepatitis B memiliki berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah banyak dari ibu yang tidak pernah diperiksa status hepatitis B pada dirinya, dan bahkan banyak ibu yang tidak menyadari dirinya sudah terinfeksi virus hepatitis B. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan ibu tentang penyakit hepatitis B ini. Data menunjukkan bahwa 10% dari ibu tidak mengetahui status hepatitis B pada dirinya ternyata sudah membawa infeksi hepatitis B dalam dirinya yang berisiko tinggi menularkan kepada bayinya saat proses persalinan. Selain itu, bayi yang terinfeksi hepatitis B dari ibunya ini biasanya tidak akan memberikan gejala apapun, sehingga mengetahuinya perlu melalui pemeriksaan.

    Mencegah lebih baik daripada mengobati, dan hal ini juga berlaku dalam hepatitis B loh! Penyakit Hepatitis B sangat mungkin untuk dicegah, dan pencegahannya lebih mudah dan efektif dibandingkan mengobatinya. Strategi pencegahan terbaik penularan hepatitis B pada ibu yang sudah terkena hepatitis B adalah melalui imunisasi yang dilakukan dalam waktu satu tahun pertama kehidupan bayi.

    Terdapat dua macam imunisasi yang perlu diberikan pada bayi dengan ibu yang sudah terinfeksi hepatitis B, yaitu:

    • imunisasi aktif dimana imunisasi ini akan memicu tubuh membentuk antibodi
    • imunisasi pasif dimana imunisasi langsung memberikan antibodi terhadap virus tersebut.

    Imunisasi aktif dilakukan dengan memberikan vaksinasi hepatitis B, sementara imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan Hepatitis B Immunoglobulin atau disebut sebagai HBIG. Data penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi hepatitis B dan HBIG memberikan proteksi lebih baik dibandingkan jika hanya diberikan salah satu saja. Pemberian vaksin hepatitis B dan HBIG dapat memberikan proteksi sebesar 85-95%, jika diberikan dengan tepat dan lengkap. Kedua jenis imunisasi ini tersedia di Indonesia, dan vaksin hepatitis B termasuk dalam program imunisasi dasar wajib.

    Vaksin hepatitis B berisi protein virus yang kemudian akan memicu tubuh memproduksi antibodi terhadap virus. Vaksin ini pertama kali dikomersialkan pada tahun 1982. Vaksin hepatitis B efektif mencegah infeksi hepatitis B jika diberikan langsung sesaat setelah terinfeksi hepatitis B. Sehingga, vaksin hepatitis B perlu diberikan sesegera mungkin setelah bayi lahir.

    Tujuan vaksinasi pertama sesaat setelah bayi lahir ini adalah untuk mencegah virus benar-benar menginfeksi bayi yang sudah terpapar dengan virus hepatitis B dari ibunya pada saat proses persalinan. Efektivitas vaksin akan berkurang jika interval waktu antara bayi lahir dengan waktu pemberian vaksinasi hepatitis B pertama ini semakin lama, sehingga WHO merekomendasikan pemberian vaksin hepatitis B saat lahir tidak melebihi 24 jam usia kehidupan bayi, dilanjutkan dengan dua kali pemberian dengan interval waktu masing-masing 1 bulan.

    Selain memberikan imunisasi aktif berupa vaksinasi hepatitis B, diperlukan juga pemberian imunisasi pasif yaitu dengan memberikan HBIG. HBIG ini berbeda dengan vaksin hepatitis B, di mana HBIG sudah berisi antibodi terhadap virus hepatitis B itu sendiri. HBIG diberikan pada bayi jika ibu yang sudah diketahui positif terinfeksi hepatitis B. Seperti layaknya vaksin hepatitis B, HBIG perlu diberikan sesegera mungkin maksimal 24 jam pertama kehidupan bayi, dan perlu dilanjutkan dengan 2 kali pemberian dengan interval masing-masing 1 bulan. Namun, salah satu kekurangan dari HBIG adalah harganya yang relatif mahal sehingga seringkali tidak selalu dapat diberikan.

    Nah, jika Sahabat ingin melindungi diri dan keluarga dari bahaya hepatitis B, salah satu solusi pencegahannya dengan melakukan vaksin hepatitis. Kini Anda tak perlu bingung, hanya dengan mengakses www.prosehat.com atau install aplikasi ProSehat, Sahabat bisa mendapatkan layanan vaksin ke rumah loh!
    Info lebih lanjut mengenai vaksinasi hepatitis B, hubungi segera Asisten Kesehatan Maya melalui Telp / SMS / WhatsApp : 0811-18-16-800 sekarang juga!

    DAFTAR PUSTAKA

    Vashishtha VM, Kalra A, Thacker N. FAQs on vaccines and immunization practices. 2nd ed. New Dehli: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2015. p. 150-3.
    National Institute of Health Research and Development. Basic health reseach 2013 (RISKESDAS 2013). Indonesia: Ministry of Health of Republic of Indonesia; 2013. p. 5;8.
    Plotkin SA, Orenstein WA, Offit PA, Edwards KM. Plotkin’s vaccines. 7th ed. Philadelphia: Elsevier; 2018. p.342;355;357.
    Chang MH, Chen DS. Prevention of hepatitis B. Cold Spring Harb Perspect Med. 2015;5(3):a021493.
    Lin CL, Kao JH.Prevention of mother-to-child transmission: the key of Hepatitis B virus elimination. Hepatology International. 2018;12: 94-96.
    Yi P, Chen R, Huang Y, Zhou RR. Management of mother-to-child transmission of hepatitis B virus: propositions and challenges. Journal of Clinical Virology. 2016;77;32-39.
    Nelson, N. P., Jamieson, D. J., & Murphy, T. V. Prevention of perinatal hepatitis B virus transmission. Journal of the Pediatric Infectious Diseases Society. 2014;3(1); 7–12.

    Read More
  • Hepatitis B merupakan salah satu varian hepatitis, yaitu penyakit peradangan pada organ hati, yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Ciri – ciri terkena hepatitis B dapat dikenali bila Anda mengetahui sifat virus dan gejala-gejala yang ditimbulkan virus ini. Berbeda dengan hepatitis A dan E yang penularannya secara fekal-oral (lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi), […]

    10 Ciri Terkena Hepatitis B yang Perlu Kamu Ketahui

    Hepatitis B merupakan salah satu varian hepatitis, yaitu penyakit peradangan pada organ hati, yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Ciri – ciri terkena hepatitis B dapat dikenali bila Anda mengetahui sifat virus dan gejala-gejala yang ditimbulkan virus ini.

    Berbeda dengan hepatitis A dan E yang penularannya secara fekal-oral (lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi), hepatitis B ditularkan lewat masuknya cairan tubuh orang yang terinfeksi (cairan mani, air ludah, dan darah) ke tubuh orang sehat.

    Beberapa contoh penyebab tertularnya hepatitis B:

    • lewat luka terbuka,
    • jarum suntik yang dipakai bergantian,
    • hubungan seksual,
    • penggunaan alat bersamaan (misalnya sikat gigi, pisau cukur, atau alat-alat medis),
    • kontak erat dan lama,
    • serta ditularkan selama kehamilan atau proses kelahiran dari ibu yang sakit ke bayi yang dikandungnya.

    Di Indonesia, orang yang terinfeksi HBV sebesar 3-20% dan diduga sebagian besar terinfeksi melalui transmisi vertikal (dari ibu yang sakit ke bayi).

    Hepatitis B termasuk salah satu jenis hepatitis yang ditakutkan, karena infeksinya dapat berkembang menjadi kronis (menahun). Beberapa data yang perlu kamu ketahui tentang hepatitis B adalah sebagai berikut:

    • 95-99% infeksi hepatitis B hanya bersifat akut dan dapat sembuh sendiri, tetapi 1-5% berkembang menjadi kronis.
    • 70% anak yang terinfeksi hepatitis B akut tidak menunjukkan gejala,
    • dan 90% infeksi yang terjadi pada bayi berusia kurang dari satu bulan (biasanya ditularkan secara vertikal dari ibu) berkembang menjadi kronik.

    Gejala-gejala Hepatitis B

    1. Gejala Prodromal

    Gejala prodromal merupakan istilah bagi gejala-gejala awal adanya infeksi oleh suatu penyakit, tetapi biasanya tidak spesifik untuk penyakit tersebut. Pada hepatitis B, jarak antara masuknya virus ke tubuh seseorang hingga gejala awalnya muncul dapat berkisar dari 30 hingga 180 hari, dengan jarak tersering 8-12 minggu. Gejala awal untuk hepatitis akut sangat bervariasi, misalnya tidak nafsu makan, mual, muntah, mudah lelah, lemas, nyeri-nyeri sendi, nyeri otot, sakit kepala, dan fotofobia (mata silau). Gejala prodromal ini biasanya mereda ketika gejala-gejala lain yang lebih spesifik muncul, yaitu kira-kira satu hingga dua minggu setelah gejala awal pertama timbul.

    2. Gejala-gejala Infeksi Saluran Napas Atas

    Gejala-gejala Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA) seperti batuk, pilek, dan radang tenggorokan yang ditandai nyeri tenggorokan, nyeri menelan, dan tenggorokan kemerahan juga termasuk dalam gejala prodromal. Gejala-gejala ini memang tidak spesifik dan sering muncul pada berbagai infeksi virus. Maka, jangan heran apabila gejala ISPA menjadi tanda awal dari infeksi hepatitis yang tidak berhubungan dengan saluran pernapasan.

    3. Demam

    Demam yang muncul pada infeksi hepatitis B tidak sesering demam pada infeksi hepatitis A atau E. Bila terdapat demam, biasanya berkisar antara 38-39oC. Terkadang dapat juga demam tersebut mencapai suhu 39,5-40oC, tetapi hal ini lebih jarang terjadi.

    4. Perubahan Warna Urine dan Kotoran

    Hati yang membengkak akibat peradangan dapat mengganggu kelancaran saluran empedu. Salah satu tanda paling awal dari sumbatan ini adalah urine (air kencing) berubah warna menjadi lebih gelap seperti teh, serta kotoran berubah warna menjadi keputihan seperti dempul. Perubahan warna ini biasanya terjadi satu hingga lima hari sebelum penderita hepatitis terlihat kuning.

    5. Kuning

    Hepatitis seringkali disebut sebagai ‘sakit kuning’, sehingga terdapat kesan bahwa kuning adalah ciri seseorang terkena hepatitis B. Namun, pada kenyataannya hanya sebagian orang dengan hepatitis yang terlihat kuning, dan tidak semua orang yang kuning menderita hepatitis. Kuning muncul bila sumbatan saluran empedu mencapai taraf dimana empedu dialihkan ke darah dan kadarnya dalam darah cukup tinggi untuk menimbulkan warna kuning. Warna kuning paling cepat muncul pada bagian putih mata, kemudian ke daerah wajah, tangan, dada, perut, dan terakhir kaki.

    6. Nyeri Perut Kanan Atas

    Seperti yang telah disebutkan, hepatitis merupakan peradangan pada hati. Hati yang meradang dapat membengkak dan menimbulkan rasa tidak nyaman hingga rasa nyeri di sekitar tempat organ tersebut yaitu pada perut kanan atas. Hati yang membengkak dapat teraba oleh dokter di bawah tulang iga terbawah pada daerah perut kanan.

    7. Pembengkakan Limpa

    Sekitar 10-20% penderita hepatitis B mengalami pembengkakan pada organ limpa, yaitu salah satu organ dalam sistem pertahanan tubuh yang terletak pada perut kiri atas. Apabila organ limpa ini bengkak, organ tersebut dapat teraba membesar ke arah pusar.

    8. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening Leher

    Sama seperti pembengkakan limpa, sekitar 10-20% penderita hepatitis B mengalami pembengkakan kelenjar getah bening pada leher. Kelenjar getah bening leher merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh. Jumlahnya banyak, sehingga bila terjadi pembengkakan, dapat teraba lebih dari satu benjolan pada daerah leher.

    9. Hepatitis Fulminan

    Hepatitis fulminan merupakan istilah bagi hepatitis yang gejalanya sangat berat. Meskipun jarang (0,1-1% dari seluruh kasus hepatitis B), hepatitis B yang bersifat fulminan mengancam nyawa. Kebanyakan penderita hepatitis B fulminan mengalami tanda-tanda gagal hati berupa perut membesar karena terdapatnya cairan di perut, tubuh bengkak, disertai gangguan kesadaran (misalnya sulit diajak bicara, cenderung tidur, mengamuk, atau tidak sadar) dan dapat berlanjut menjadi kondisi koma.

    10. Gejala Hepatitis Kronis

    Sesuai yang telah disebutkan, gejala-gejala prodromal biasanya hilang mereda waktu satu hingga dua minggu saat gejala-gejala yang lebih spesifik dan berat muncul. Namun, bila gejala prodromal tidak hilang sepenuhnya, disertai pembengkakan hati yang tidak kunjung reda dalam waktu enam bulan, kita perlu mencurigai apakah orang tersebut menderita hepatitis kronis. Hepatitis kronis biasanya terjadi pada infeksi hepatitis B pada bayi.

    Perlu diingat bahwa banyak orang yang terinfeksi hepatitis B tidak mengalami semua gejala yang telah disebutkan di atas. Terkadang, gejala yang muncul hanya beberapa gejala prodromal saja kemudian sembuh sendiri tanpa berlanjut ke gejala lain yang lebih spesifik sehingga orang tersebut tidak pernah tahu bahwa ia pernah terinfeksi hepatitis B. Namun, bila Sobat menemukan ciri terkena hepatitis B pada diri Anda maupun orang lain, konsultasilah ke dokter untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

    Nah, jika Sahabat ingin melindungi diri dan keluarga dari bahaya hepatitis B, salah satu solusi pencegahannya dengan melakukan vaksin hepatitis. Kini Anda tak perlu bingung, hanya dengan mengakses www.prosehat.com atau install aplikasi ProSehat, Sobat bisa mendapatkan layanan vaksinasi ke rumah loh! Untuk info lebih lengkap, silakan hubungi Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa

     

     

     

    Daftar Pustaka:
    1. Jules L. Dienstag. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19 ed. New York: McGraw Hill; 2015. hlm. 2004–22.
    2. Yuen M-F, Chen D-S, Dusheiko GM, Janssen HLA, Lau DTY, Locarnini SA, dkk. Hepatitis B virus infection. Nat Rev Dis Primer. 7 Juni 2018;4:18035.
    3. Kenali Hepatitis B [Internet]. IDAI. [dikutip 30 Juni 2018]. Tersedia pada: idai.or.id

    Read More
  • Tahukan Bunda, bayi yang baru lahir sistem kekebalan tubuhnya masih rentan terhadap penyakit. Maka dari itu bayi yang baru lahir harus mendapatkan beberapa jenis vaksinasi salah satunya Hepatitis B. Baca Juga: 10 Bahaya Hepatitis B pada Bayi Hepatitis B adalah peradangan pada organ hati yang diakibatkan oleh virus hepatitis B yang dapat berkembang menjadi kronis. […]

    8 Alasan Mengapa Bayi Baru Lahir Harus Suntik Hepatitis B

    Tahukan Bunda, bayi yang baru lahir sistem kekebalan tubuhnya masih rentan terhadap penyakit. Maka dari itu bayi yang baru lahir harus mendapatkan beberapa jenis vaksinasi salah satunya Hepatitis B.

    Baca Juga: 10 Bahaya Hepatitis B pada Bayi

    Hepatitis B adalah peradangan pada organ hati yang diakibatkan oleh virus hepatitis B yang dapat berkembang menjadi kronis. Apabila Hepatitis B tidak ditangani dengan tepat, berpotensi menjadi sirosis hati hingga kanker hati. Bila dua kondisi ini terjadi, dapat meningkatkan risiko kematian. Lalu, mengapa bayi baru lahir harus suntik hepatitis B? Berikut 8 alasannya:

    1. Hepatitis B Dapat Ditularkan Saat Persalinan

    Penularan hepatitis B dapat ditularkan secara vertikal dari Ibu ke janin, baik pada saat masih di dalam kandungan atau setelah proses persalinan. Ibu yang terinfeksi hepatitis B, 90% dapat menginfeksi bayinya. Sehingga Ibu hamil memerlukan pemeriksaan status infeksi virus hepatitis B (HbsAG). Pemeriksaan dilakukan sebanyak dua kali, saat pemeriksaan kehamilan pertama dan diulang kembali sebelum persalinan. Vaksinasi Hepatitis B merupakan salah satu cara untuk memutus rantai penularan tersebut.

    Produk Terkait: Layanan Vaksinasi Hepatitis B untuk Anak ke Rumah

    2. Hepatitis B pada Anak Tidak Bergejala

    Hepatitis B pada anak-anak seringkali tidak menimbulkan gejala apapun hanya gejala biasa seperti rasa mual dan lesu. Pertumbuhan Anak terlihat sehat dan normal tanpa hambatan. Namun di kemudian hari, penyakit ini dapat berkembang dan meningkatkan risiko komplikasi yang lebih parah.

    3. Semakin Muda Usia Semakin Rentan Menjadi Hepatitis B Kronis

    Pada orang dewasa, sebanyak 90% yang terkena hepatitis B dapat mengalami kesembuhan. Akan tetapi 5% sisanya dapat berkembang menjadi kronis. 15-25% Orang dewasa yang terinfeksi Hepatitis B sejak usia anak-anak, dapat berubah menjadi kronis hingga berkembang menjadi sirosis atau kanker hati.

    Produk Terkait: Layanan Vaksinasi Hepatitis B untuk Dewasa ke Rumah

    Pada anak-anak yang terinfeksi usia dibawah 1 tahun, sebesar 80-90% dapat berkembang menjadi kronis. Sedangkan usia kurang dari 6 tahun hanya 30-50% yang berkembang menjadi kronis.

    4. Vaksinasi Hepatitis B Pengobatan yang Tepat dan Cepat

    Meskipun Hepatitis B belum ada obat untuk menyembuhkannya, vaksinasi hepatitis B telah terbukti efektif sebagai pencegahan agar terlindungi dari infeksi hepatitis B. Selain itu proses vaksinasi Hepatitis B sangat cepat jadi tidak menghabiskan waktu seharian.

    5. Vaksinasi Hepatitis B menjadi Program Rutin Pemerintah

    Dengan tingginya penderita Hepatitis B pada Anak-anak, maka pemerintah memasukkan vaksinasi hepatitis B menjadi program vaksinasi rutin secara nasional dengan anjuran WHO.

    Baca Juga: Pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap untuk Bayi

    Hal ini dilihat dari tingginya angka penderita hepatitis B dengan usia kurang dari 1 tahun mencapai 80-90%. Maka demikian bayi yang baru lahir menjadi usia yang pas untuk diberikan perlindungan sejak dini.

    6. Penundaan vaksinasi dapat Meningkatkan Risiko Penularan

    Bila Vaksinasi Hepatitis B pada bayi ditunda maka bayi berisiko tertular Hepatitis B. Penularan dapat terjadi dari Ibu, anggota keluarga lainnya ataupun tenaga medis yang tidak mengetahui jika mereka terinfeksi Hepatitis B.

    Penundaan pemberian vaksinasi pada bayi dilihat dari kondisi tertentu sesuai petunjuk dokter. Sehingga vaksinasi Hepatitis B harus diulang saat usia bayi menginjak 1 bulan dan 6 bulan.

    7. Vaksinasi Hepatitis B Sangat Aman untuk Si Kecil

    Satu hal yang dikhawatirkan para Bunda pada si Kecil yaitu efek samping yang timbul pasca vaksinasi. Bunda tidak perlu khawatir, karena pemberian vaksinasi Hepatitis B sangat aman untuk si Kecil.

    Sebagian Anak akan merasakan reaksi normal seperti ada rasa nyeri atau bengkak sekitar lokasi suntik dan demam ringan yang biasa terjadi 1-2 hari setelah vaksinasi diberikan. Jadi jangan panik dulu ya Bunda.

    8. Ibu Hamil juga perlu mendapatkan Vaksinasi Hepatitis B

    Tidak hanya Si kecil yang mendapatkan vaksinasi Hepatitis B. Para Ibu hamil juga bisa mendapatkan vaksinasi hepatitis B. Vaksinasi Hepatitis B menggunakan vaksin inaktif yang tidak mengandung kuman hidup yang aman diberikan untuk ibu hamil. Akan tetapi pemberian vaksinasi Hepatitis B harus di dikonsultasikan terlebih dahulu pada dokter.

    Baca Juga: 10 Jenis Vaksinasi Ibu Hamil

    Vaksinasi Hepatitis B bisa Bunda dapatkan di Prosehat. Kenapa di Prosehat? Karena Prosehat adalah aplikasi kesehatan yang menyediakan layanan vaksinasi ke rumah. Layanan ini mempunyai banyak keunggulan, yaitu:

    • Produk dijamin asli
    • Ditangani oleh dokter yang profesional dan berizin resmi
    • Ada tanya jawab dengan Asisten Kesehatan Maya
    • Proses pembayaran yang mudah dan dapat dicicil
    • Jadwal vaksinasi yang fleksibel
    • Dokter akan mengunjungi lokasi sesuai perjanjian

    Apabila Sobat memerlukan informasi lebih lanjut, silakan hubungi Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

     

    Sumber:

    1. Widodo, Ariani Dewi. “Vaksinasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir, Penting!”. tanyadok.com
    2. Trisbiantara, Irene. “Tanya Jawab: Hepatitis B”. tanyadok.com
    3. IDAI. “Kenali Hepatitis B”. idai.or.id
    4. Hepatitis B Foundation. “Recommendations for Screening, Monitoring, and Referral of Pediatric Chronic Hepatitis B”. hepb.org
    5. Ananta, Yovita. “Vaksin Hepatitis B untuk Anak”. rspondokindah.co.id
    6. ProSehat. “10 Jenis Vaksinasi Wajib Bagi Calon Ibu Hamil”. prosehat.com

    Read More
  • Perubahan zaman membuat banyak hal berubah menuju ke arah yang lebih baik. Munculnya berbagai macam teknologi seakan memanjakan kita, mulai dari memesan transportasi, membeli makanan, menonton video hingga mengedit video layaknya professional. Tentu perkembangan teknologi harus Kita manfaatkan untuk mencegah kita dari berbagai macam penyakit, salah satunya dari Hepatitis B. Baca Juga: 10 Bahaya Hepatitis […]

    12 Cara Pencegahan Hepatitis B Jaman Now

    Perubahan zaman membuat banyak hal berubah menuju ke arah yang lebih baik. Munculnya berbagai macam teknologi seakan memanjakan kita, mulai dari memesan transportasi, membeli makanan, menonton video hingga mengedit video layaknya professional. Tentu perkembangan teknologi harus Kita manfaatkan untuk mencegah kita dari berbagai macam penyakit, salah satunya dari Hepatitis B.

    Baca Juga: 10 Bahaya Hepatitis B pada Bayi

    Namun, sebelum kita mengetahui cara cegah penularan hepatitis B, kita bahas terlebih dahulu apa itu Hepatitis B. Hepatitis B adalah penyakit yang menyerang organ hati yang diakibatkan oleh infeksi virus hepatitis B yang dapat menjadi kronis hingga berujung kematian. Penyakit Hepatitis B sangat mudah menular dan penularannya dapat melalui darah, saliva (air liur), cairan vagina dan semen hingga penularan dari Ibu ke janin.

    Gejala yang timbul seperti mata dan kulit berubah warna kuning, hati membesar, mual, nyeri perut, muntah, tubuh menjadi lemas. Hal inilah yang sering diabaikan hingga akhirnya Hepatitis B menyerang dan berada pada kondisi yang sulit diatasi. Sedikit menyeramkan bukan? Berikut 12 Cara Cegah Penularan Hepatitis B Jaman Now:

    1. Menjaga Kebersihan Diri

    Menjaga kebersihan diri menjadi kalimat yang selalu ditanamkan sejak kecil. Akan tetapi menjaga kebersihan diri sering kita lupakan. Hal kecil tersebut dapat melindungi Kita dari berbagai penyakit salah satunya Hepatitis.

    Kebersihan diri tidak hanya sebatas mencuci tangan, menggosok gigi, mandi dan mencuci rambut. Akan tetapi faktor lingkungan juga perlu diperhatikan seperti sering mencuci pakaian dan seprai. Menggunakan pakaian yang kotor atau berulang kali membuat kuman-kuman menempel pada tubuh dan dapat menjadi penyakit.

    Baca Juga: 5 Persiapan Kesehatan Untuk Anda yang Akan Nikah

    2. Hindari Makanan yang Tidak Terjaga Kebersihannya

    Jajanan makanan dan minuman seolah tidak dapat dipisahkan dari Kita. Makanan dan minuman yang berjejeran di pinggir jalan memang sangat menggiurkan. Akan tetapi, makanan yang menggiurkan belum tentu terjaga kesehatannya.

    Tahukah Sahabat bahwa kandungan yang terdapat pada jajanan tersebut dapat mengandung bahan-bahan berbahaya seperti pengawet, pewarna dan pemanis buatan yang pada akhirnya dapat memicu penyakit? Tifus, Diare, Diabetes hingga Hepatitis merupakan penyakit yang mungkin timbul. Pilihlah Jajanan yang berkualitas dari segi pemilihan bahan hingga pengolahannya.

    3. Mengurangi Konsumsi Obat-obatan

    Seperti yang kita tahu, obat-obatan mengandung berbagai zat kimia yang dapat membahayakan kesehatan kita, baik dalam bentuk vitamin atau suplemen yang dikonsumsi secara rutin. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi hati Kita. Hati akan rusak serta rentan terserang penyakit Hepatitis B. Fungsi hati adalah untuk mendetoksifikasi bahan-bahan kimia dan memetabolisme obat-obatan tersebut.

    4. Hindari mengkonsumsi Alkohol dan Obat-obatan Terlarang

    Mengonsumsi obat-obatan terlarang dan alkohol dapat membahayakan jiwa kita. Hal ini karena kebiasan tersebut dapat merusak organ, salah satunya hati. Kandungan zat kimia yang keras dapat mencegah hati untuk membuang zat berbahaya dari dalam tubuh kita.

    Produk Terkait: Obat Herbal Untuk Kesehatan Anda

    5. Gunakan Menggunakan Jarum Suntik Steril

    Penyebaran virus hepatitis B dapat berasal dari penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Selain Hepatitis B, penggunakan jarum suntik secara bergantian dapat meningkatkan risiko HIV. Jadi, pastikan Sahabat menggunakan jarum suntik steril agar terhindar dari penyakit tersebut.

    6. Tidak Menggunakan Peralatan Pribadi Secara Bergantian

    Penggunaan peralatan pribadi seperti sikat gigi dan pisau cukur harus dibatasi. Jangan memberikan atau meminjam dari orang lain. Bukannya membatasi Anda untuk berbuat baik, karena peralatan pribadi bisa saja menyimpan virus yang dapat membahayakan kesehatan. Penyebaran Hepatitis B dapat ditularkan melalui peralatan pribadi yang digunakan secara bersama-sama.

    7. Tutup Luka Segera Agar Tidak Terinfeksi

    Masih banyak pro dan kontra tentang merawat luka. Ada yang membiarkan lukanya terbuka dan mengering sendiri dan ada juga yang langsung menutupnya. Menurut dr. Adisaputra Ramadhinara Dokter spesialis luka yang dilansir di Kompas.com, luka seharusnya dibiarkan lembab bukan dibiarkan kering.

    Kondisi luka yang lembab akan lebih cepat sembuhnya dibandingkan luka yang dibiarkan mengering. Selain itu luka yang dirawat dengan baik akan menghindari Sahabat dari Infeksi salah satunya Hepatitis B.

    8. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada tenaga kesehatan

    Tenaga medis seperti perawat, dokter atau orang-orang yang bekerja dirumah sakit akan lebih rentan terserang berbagai macam penyakit salah satunya Hepatitis B. Mereka harus lebih waspada dan melindungi diri dengan memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan atau apron.

    Produk Terkait: Sarung Tangan Steril Murah Berkualitas

    9. Rutin Memeriksakan Kesehatan

    Cara pencegahan Hepatitis B lainnya yaitu dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Selain mencegah Sahabat dari Hepatitis B, bisa digunakan sebagai deteksi lebih dini dari penyakit-penyakit lainnya. Terlebih lagi jika Sahabat sedang mengandung, pastikan untuk memeriksakan diri agar penularan Hepatitis B tidak menurun pada janin.

    10. Menghindari Kontak Seksual

    Seperti penjelasan sebelumnya, Hepatitis B dapat ditularkan melalui saliva (air liur), cairan vagina dan semen. Seks bebas tanpa pengaman atau berganti-ganti pasangan akan memperbesar peluang terjangkit virus Hepatitis B. Salah satu pencegahannya yaitu tidak melakukan berganti-ganti pasangan dan pastikan pasangan resmi Sahabat tidak terjangkit virus Hepatitis B.

    Baca Juga: 5 Manfaat Seks Rutin Bagi Kesehatan

    11. Penderita Hepatitis B Tidak Boleh Mendonorkan Darah

    Senang rasanya jika dapat membantu menyelamatkan hidup seseorang dengan donor darah. Akan tetapi, donor darah tidak semudah yang dikira. Beberapa persyaratan harus Sahabat ketahui sebelum donor darah. Syaratnya antara lain Sahabat tidak sedang menyusui, tidak menderita sifilis, tidak menderita AIDS dan Hepatitis B.

    Kemudian, bila Sahabat tidak menderita Hepatitis B, tapi bila dalam jangka waktu 6 bulan kontak erat dengan penderita hepatitis B maka tetap tidak dapat mendonorkan darah.

    12. Vaksinasi Hepatitis B

    Pada penelitian yang dilakukan di Taiwan, vaksinasi Hepatitis B dapat melindungi Sahabat selama 25 tahun dan tidak diperlukan vaksinasi ulang (booster). WHO pun merekomendasikan vaksinasi Hepatitis B harus diberikan sejak bayi.

    Studi yang dilakukan oleh Dr. Yen-Hsuan Ni dari National Taiwan University mengatakan vaksinasi yang diberikan sejak balita dapat memberikan perlindungan dan daya tahan tubuh secara jangka panjang.

    Produk Terkait: 

    Vaksinasi Hepatitis B untuk Sahabat dan Keluarga bisa didapatkan di ProSehat. ProSehat merupakan aplikasi kesehatan panggil dokter ke rumah yang memudahkan Sahabat agar tetap terlindungi kesehatannya walau saat sibuk. Selain Vaksinasi, Sahabat juga bisa mendapatkan berbagai produk kesehatan lainnya.  Masih penasaran tentang vaksinasi? Hubungi segera Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

     

    Sumber:
    1. WebMD. “Picture of the Liver”. webmd.com
    2. Maslim, Yunita. “Waspadai Hepatitis B”. tanyadok.com
    3. Trisbiantara, Irene. “Tanya Jawab: Hepatitis B”. tanyadok.com
    4. Syarifah, Fitri. “13 Cara Mudah Mencegah Hepatitis” liputan6.com
    5. CDC. “Hepatitis B”. cdc.gov
    6. WebMD. “Viral Hepatitis: Eight Ways to Help Protect Your Family”. webmd.com
    7. Bricford. Connie. “5 Crucial Ways to Prevent Hepatitis”. everydayhealth.com
    8. Healthline. “The Effect of Alcohol on Your Body”. healthline.com
    9. Maharani, Dian. “Metode Perawatan Salah, Luka Bisa Makin Parah”. lifestyle.kompas.com
    10. PMI. “Donor Sekarang – Dilarang Donor Darah”. pmi.or.id
    11. Effendi, Bonita. “Pentingnya Imunisasi Hepatitis B”. tanyadok.com

    Read More
  • Vaksinasi hepatitis B merupakan pencegahan terhadap penyakit hepatitis B. Penyakit ini menyebabkan peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh virus. Virus hepatitis B menular melalui darah, semen, atau cairan tubuh lain dari penderitanya. Beberapa orang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit ini antara lain adalah tenaga medis, orang yang bertato dan tindik dengan menggunakan jarum tidak […]

    Cegah Penyakit Hepatitis B dengan Vaksinasi Hepatitis B

    Vaksinasi hepatitis B merupakan pencegahan terhadap penyakit hepatitis B. Penyakit ini menyebabkan peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh virus. Virus hepatitis B menular melalui darah, semen, atau cairan tubuh lain dari penderitanya. Beberapa orang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit ini antara lain adalah tenaga medis, orang yang bertato dan tindik dengan menggunakan jarum tidak steril, pengguna narkoba suntik orang yang menerima transfusi darah dan transplantasi organ,tahanan penjara, orang yang melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dengan penderita, mereka yang sering berpergian ke daeran endemis, serta janin yang dikandung oleh ibu yang terinfeksi virus hepatitis B

    Penyakit Hepatitis B memiliki gejala yang paling sering ditemukan adalah badan yang menguning serta urin yang berwarna gelap. Gejala lain seperti demam, penurunan nafsu makan, rasa lelah yang hebat, mual muntah dan nyeri perut, nyeri sendi, kemerahan pada kulit juga sering menyertai. Jangka waktu masuknya virus ke dalam tubuh hingga timbulnya gejala adalah 3 hingga 4 bulan. Pada hepatitis B akut, penanda penyakit ini yaitu HbsAg dapat menghilang dan fungsi hati dapat kembali normal. Sedangkan pada hepatitis B kronik, virus akan tetap berada di tubuh lebih dari 6 bulan.

    Pada penyakit Hepatitis B yang bersifat akut, tidak ada pengobatan spesifik yang dapat diberikan. Terapi diberikan untuk menghilangkan gejala demam, mual, muntah, dsb. Sedangkan pada hepatitis B kronis tujuan pengobatan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, mencegah penularan dari ibu hamil ke janin dan virus yang kembali hidup, serta mencegah komplikasi yang dapat terjadi. Pengobatannya menggunakan obat-obat anti virus yang diberikan selama 4 hingga 12 bulan dengan angka kesembuhan yang minimal

    Di Asia Tenggara, sekitar 100 juta orang hidup dengan hepatitis B kronis dan setiap tahun ditemukan 1,4 juta kasus baru dan 300.000 kematian. Sedangkan di Indonesia, sekitar 18 juta orang menderita hepatitis B. Sekitar 50% dari penderita di Indonesia berpotensi menjadi kronis dan 10% berisiko menderita fibrosis hati yang akan berkembang menjadi kanker hati. Melihat fakta ini, Sobat pasti sudah membayangkan ternyata di sekitar kita banyak yang menderita hepatitis B. Lalu, apakah Sobat takut tertular penyakit ini?Tentu tidak, vaksinasi heptitis B adalah cara untuk mencegahnya.

    Cara Pemberian Vaksin Hepatitis B

    Pada orang dewasa, vaksinasi hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali dengan waktu pemberian bulan ke-0, 1, dan 6. Sedangkan bayi baru lahir mendapatkan 4 kali suntikan imunisasi hepatitis B, yaitu saat lahir dan saat berusia 2,3,4 bulan. Bayi yang lahir dari ibu penderita hepatitis B memerlukan vaksinasi hepatitis B dan Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) pada 12 jam pertama setelah kelahiran. Pemberian vaksinasi ini akan merangsang tubuh untuk menghasikan antibodi yang akan melindungi dari Virus Hepatitis B.

    Jenis Vaksin Hepatitis B

    Vaksin hepatitis B terdiri dari 2 tipe, yaitu:

    • Vaksin hepatitis B tunggal (monovalen)
      Vaksin hepatitis B tunggal dibuat dari komponen virus hepatitis B.
    • Vaksin hepatitis B kombinasi
      Vaksinasi kombinasi hepatitis B dengan vaksin lain seperti DTP-Hep B, DTP-Hib-Hep B, DTP-Hib-inactivated poliovirus-HepB, Hib-HepB, dan hepatitis A-HepB.

    Manfaat Vaksinasi Hepatitis B

    Vaksinasi hepatitis B dapat melindungi dari penyakit hepatitis B dengan jangka waktu lebih kurang 25 tahun.5 Namun, pada beberapa penelitian disebutkan bahwa antibodi yang dihasilkan untuk melindungi dari virus ini akan menurun pada setahun pertama setelah anak diberikan imunisasi komplit hepatitis B.Kemudian, 15% hingga 50% diantaranya mengalami penurunan atau bahkan tidak terdeteksi antibodinya pada 5 hingga 15 tahun setelah vaksinasi. Sedangkan pada dewasa, sekitar 30% hingga 60% diantara penerima vaksinasi hepatitis B mengalami penurunan konsentrasi dalam 9-11 tahun setelah vaksinasi. Hal ini menyebabkan vaksin penguat (booster) dapat diberikan dengan mengecek kadar antibodi (Anti-HBs) terlebih dahulu.6

    Reaksi setelah Vaksinasi Hepatitis B

    Vaksinasi hepatitis B dapat menimbulkan reaksi setelah penyuntikan. Reaksi ringan yang dapat dirasakan setelah penyuntikan adalah rasa pegal, sakit, kemerahan, dan bengkak di lokasi penyuntikan, demam, dan sakit kepala pada 24 jam setelahnya. Reaksi berat yang dapat terjadi adalah reaksi anafilaksis karena alergi komponen dari vaksin, salah satunya adalah ragi. Reaksi anafilaksis ditandai dengan pembengkakan pada bibir dan lidah, susah bernapas, denyut nadi melemah, pucat, hingga terjadinya penurunan kesadaran. Keadaan ini harus cepat ditangani karena akan membahayakan kondisi penerima vaksin.6

    Ayo, Sobat, jangan menunda pemberian vaksinasi hepatitis B untuk kepentingan bersama. Apalagi bagi bayi baru lahir dan anak, vaksinasi ini sangat berperan penting. Penyakit hepatitis B dapat dicegah dengan vaksin ini. Segera datangi layanan kesehatan terdekat yang menyediakan layanan vaksinasi untuk mendapatkannya.

    instal aplikasi prosehat

    Referensi:
    Centers for Disease Control and Prevention. Viral Hepatitis. [Internet]. Retrieved from: cdc.gov (04.07.2018).
    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sebagian besar kematian akibat hepatitis virus berhubungan dengan hepatitis B dan C kronis. 2016. [Internet]. Retrieved from: depkes.go.id (04.07.2018).
    Kwon SY, Hong Lee C. Epidemiology and prevention of hepatitis B. The Korean Journal of Hepatology. 2011;17:87-95.
    World Health Organization. Information sheet, observed rate of vaccine reactions: hepatitis B vaccine. 2012. Geneva.
    World Health Organization. Hepatitis B. [Internet]. Retrieved from: who.int/ith/vaccines/hepatitisB (04.07.2018)
    Van Damme P. Long term protection after hepatitis B vaccine. The Journal of Infectional Disease. 2016:214: 1-3

    Read More
  • Penyakit hepatitis B sering terdengar oleh Sobat semua dan dikaitkan dengan orang yang gemar mendapatkan tato dan tindik serta mereka yang menggunakan narkoba suntik dengan pemakaian jarum suntik tidak steril atau penggunaan bersama. Padahal, bukan mereka saja, loh yang dapat tertular virus ini. Nah, Sobat pasti ingin tahu lebih jauh mengenai hepatitis B. Yuk, mari kita […]

    Mengenai Hepatitis B, Faktor Risiko, Gejala, Penanganan, Pengobatan, Pencegahan

    Penyakit hepatitis B sering terdengar oleh Sobat semua dan dikaitkan dengan orang yang gemar mendapatkan tato dan tindik serta mereka yang menggunakan narkoba suntik dengan pemakaian jarum suntik tidak steril atau penggunaan bersama. Padahal, bukan mereka saja, loh yang dapat tertular virus ini. Nah, Sobat pasti ingin tahu lebih jauh mengenai hepatitis B. Yuk, mari kita simak.

    Penyakit hepatitis B adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B

    Virus Hepatitis B dapat ditemukan pada semua orang di dunia dengan 300 juta penduduknya adalah pembawa virus(carrier).1 Virus ini menular melalui darah, semen, atau cairan tubuh lain dari penderita hepatitis B. Penularan dapat terjadi melalui hubungan seks tanpa pengaman, transfusi darah, penggunaan jarum bersama pada orang yang menggunakan narkoba suntik atau peralatan suntik lainnya, tatto, akupuntur, dan perawatan wajah yang menggunakan jarum yang tidak steril, penggunaan pencukur atau sikat gigi bersama, serta penularan dari ibu hamil yang menderita hepatitis B ke janin yang dikandungnya. Risiko penularan bergantung pada jumlah virus yang masuk dan seberapa sering Sobat kontak dengan penderita. Penyakit ini tidak menular melalui makanan, air, penggunaan alat makan bersama, pelukan, ciuman, berpegangan tangan, batuk dan bersin.

    Baca Juga: Apa Itu Diaper Rush?

    Faktor Risiko Hepatitis B

    Beberapa orang memiliki risiko tinggi tertular penyakit hepatitis B ini, antara lain:

    • Tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat, orang yang bekerja di laboratorium, dsb)
    • Mereka yang memerlukan transfusi darah atau produk darah
    • Pasien yang sedang melakukan cuci darah
    • Pengguna narkoba suntik
    • Tahanan penjara
    • Pengguna tato dan tindik pada tubuh
    • Penerima transplantasi organ tubuh
    • Mereka yang tinggal bersama penderita dan melakukan kontak seksual dengan penderita
    • Wisatawan yang tidak melakukan vaksinasi hepatitis B saat berpergian

    Gejala Hepatitis B

    Sobat mungkin belum tau apa saja gejala dari penyakit Hepatitis B ini. Anak di bawh 5 tahun dan dewasa yang sedang mengalami penurunan sistem imun tubuh seringkali tidak merasakan gejala penyakit ini, tetapi  sekitar 30%-50 persen penderita diatas 5 tahun akan mengalami beberapa gejala seperti demam, penurunan nafsu makan, rasa lelah yang hebat, mual muntah dan nyeri perut, nyeri sendi, kemerahan pada kulit dan yang paling sering ditemukan adalah badan yang menguning (dapat dilihat melalui mata dan tangan-kaki) serta urin yang berwarna gelap. Jangka waktu masuknya virus ke dalam tubuh hingga timbulnya gejala adalah 3 hingga 4 bulan. Pada hepatitis B akut, penanda penyakit ini yaitu HbsAg dapat menghilang dan fungsi hati dapat kembali normal. Sedangkan pada hepatitis B kronik, virus akan tetap berada di tubuh lebih dari 6 bulan. Penderita heptitis B pada usia tua, riwayat kanker hati dalam keluarga, konsumsi alkohol dan terinfeksi dengan hepatitis C berisiko tinggi terkena kanker hati.2,5

    Baca Juga: 10 Bahaya Hepatitis B pada Bayi

    Beberapa pemeriksaan dapat digunakan sebagai penanda dari hepatitis B, yaitu HbsAg yang bila positif menandakan adanya infeksi akut ataupun kronis, dan Anti-HbsAg yang akan timbul setelah pemberian vaksinasi sebagai tanda adanya kekebalan tubuh. Nah, tentunya Sobat tidak akan bingung lagi pada saat melakukan pemeriksaan di laboratorium.

    Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B

    Pada penyakit Hepatitis B yang bersifat akut, tidak ada pengobatan spesifik yang dapat diberikan. Terapi diberikan untuk menghilangkan gejala demam, mual,  muntah, dsb. Sedangkan pada hepatitis B kronis tujuan pengobatan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, mencegah penularan dari ibu hamil ke janin dan virus yang kembali hidup, serta mencegah komplikasi yang dapat terjadi. Pengobatannya menggunakan obat-obat anti virus yang diberikan selama 4 hingga 12 bulan dengan angka kesembuhan yang minimal.1,6

    Pencegahan Hepatitis B

    Penyakit Hepatitis B dapat dicegah dengan melakukan imunisasi Hepatitis B. Bayi baru lahir mendapatkan 4 kali suntikan imunisasi Hepatitis B, yaitu saat lahir dan saat berusia 2,3,4 bulan. Bayi yang lahir dari ibu penderita hepatitis B memerlukan vaksin Hepatitis B dan Imunoglobulin hepatitis B (HBIG) pada 12 jam pertama setelah kelahiran. Pada orang dewasa, suntikan diberikan sebanyak 3 kali dengan waktu pemberian bulan ke-0, 1, dan 6. Pemberian imunisasi akan merangsang tubuh untuk menghasikan antibodi yang akan melindungi dari Virus Hepatitis B

    Penelitian menunjukkan antibodi yang telah terbentuk karena imunisasi pada bayi baru lahir akan menjadi negatif pada 15-50% di 5 hingga 10 tahun mendatang. Hal ini menyebabkan pentingnya pemberian penguat (booster) agar jumlah antibodi dalam tubuh kembali meningkat sehingga risiko tertulari pun akan  menurun.

    Vaksin dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi dengan vaksin lain seperti DTP-Hep B, DTP-Hib-Hep B, DTP Hib-inactivated poliovirus-HepB, Hib-HepB, dan hepatitis A-HepB. Lalu, adakah reaksi yang dapat terjadi setelah mendapatkan vaksinasi ini?Jangan khawatir, Sobat, reaksi ringan dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah pemberian seperti pegal di tempat suntikan, kemerahan, sakit kepala dan pembengkakan ringan. Reaksi berat dapat terjadi bila kita memiliki alergi terhadap komponen vaksin, seperti alergi terhadap ragi yang dapat menimbulkan reaksi anafilaksis setelah vaksin.

    Baca Juga: 10 Ciri Terkena Hepatitis B yang Perlu Kamu Ketahui

    Selain imunisasi, penyakit hepatitis B dapat dicegah dengan menggunakan jarum steril pada pembuatan tato dan tindik, akupuntur atau perawatan kecantikan lain, serta tindakan medis oleh tenaga kesehatan. Bila pasangan anda terinfeksi hepatitis B, maka gunakanlah pengaman pada saat melakukan hubungan seksual.

    Produk Terkait: Vaksinasi Hepatitis B untuk Dewasa

    Penyakit hepatitis B ternyata sangat mengerikan, ya. Oleh karena itu, pencegahan memang lebih baik daripada pengobatan. Segera datang ke layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi lengkap sehingga Sobat dapat terlindungi dari penyakit HepatitisB. Tidak ada kata terlambat untuk mendapatkan vaksinasi ini. Mari kita cegah penularan Hepatitis B dengan pemberian vaksinasi Hepatitis B. Apabila Sobat memerlukan informasi lebih lanjut mengenai Hepatitis B, silakan hubungi Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

     

    Referensi:

    1. Maslim Y. Waspadai Hepatitis B. [Internet]. Retrieved from: tanyadok.com
    2. Centers for Disease Control and Prevention. Viral Hepatitis. [Internet]. Retrieved from: cdc.gov (03.07.2018).
    3. Martinelli D, Fortunato F, Simsek G, Prato R. Epidemiology and prevention of Hepatitis B and C. In: Serviddio G editor. Practical Management of Chronic Viral Hepatitis. 1st edition. 2013.
    4. Stasi C, Silvestri C, Voller F. Emerging trends in epidemiology of hepatitis B virus infection. Journal of Clinical Translational Hepatolology.2017;5(3):272–276.
    5. Kwon SY, Hong Lee C. Epidemiology and prevention of hepatitis B. The Korean Journal of Hepatology. 2011;17:87-95.
    6. European Association for the Study of the Liver. EASL 2017 clinical practice guidelines on the management of Hepatitis B virus infection. Journal of Hepatology. 2017; 67: 370-398
    Read More

Showing 1–10 of 12 results

Chat Asisten Maya
di Prosehat.com