Penyakit hepatitis merupakan sesuatu yang tidak asing terdengar, dan mungkin kebanyakan orang telah mengetahui beberapa jenis hepatitis, terutama hepatitis A dan hepatitis B. Namun, tahukah Sobat, hepatitis karena infeksi virus itu ternyata ada 5 jenis? Nah, hal itu tentu harus diwaspadai.
Penyakit hepatitis terdiri dari hepatitis A, B, C, D, dan E. Semua virus hepatitis ini menimbulkan gejala yang mirip. Pada awalnya gejala yang timbul tidak khas, misalnya demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, tidak nafsu makan, mual, muntah, lemas, nyeri badan, dan sakit kepala. Satu hingga dua minggu setelah muncul gejala tersebut, barulah muncul gejala-gejala hepatitis yang lebih spesifik, misalnya rasa nyeri atau tidak nyaman pada perut kanan atas, perubahan warna urin menjadi kecokelatan, feses menjadi putih, dan kuning. Perbedaan dari berbagai hepatitis terdapat pada cara penularan dan perjalanan penyakitnya.
Hepatitis A
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, kejadian hepatitis di Indonesia adalah 1,2%, dengan jumlah kasus hepatitis A sebesar 19,3% dari seluruh kasus hepatitis. Hampir semua infeksi virus hepatitis A (HAV) ditularkan secara fekal (feses)-oral (mulut), yaitu masuk ke tubuh orang sehat lewat makanan atau minuman yang tercemar oleh tinja penderita hepatitis A. Pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia, hepatitis A bersifat endemis. 90% anak berusia di bawah 10 tahun telah terinfeksi hepatitis A, sembuh, dan memiliki kekebalan tubuh seumur hidup terhadap HAV.
Penderita hepatitis A dapat mengalami kekambuhan beberapa minggu hingga beberapa bulan kemudian setelah sembuh dari episode hepatitis pertama. Meski begitu, hepatitis A tidak pernah menjadi hepatitis kronis (permanen) dan hanya terjadi pada 0,1% kasus, biasanya pada orang tua dan dapat mengancam nyawa.
Pencegahan hepatitis A dilakukan dengan vaksinasi. Vaksin hepatitis A telah tersedia di Indonesia tetapi belum diwajibkan.
Hepatitis B
Virus hepatitis B (HBV) ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui cairan tubuh orang yang terinfeksi ke tubuh orang sehat. Cairan tubuh yang dimaksud dapat berupa cairan mani, air ludah, atau darah. Cairan ini dapat masuk ke tubuh orang sehat melalui luka terbuka, jarum suntik yang dipakai bergantian, hubungan seksual tanpa pengaman, penggunaan alat tertentu bersamaan (sikat gigi, pisau cukur, dan alat medis), kontak yang dekat dan lama, serta penularan dari ibu yang mengandung ke bayi yang dikandungnya.
Di Indonesia, saat ini vaksin hepatitis merupakan vaksin yang wajib diberikan pada bayi, sehingga kebanyakan kasus hepatitis B (90%) adalah pada bayi yang telah terinfeksi HBV sejak dalam kandungan atau dalam proses kelahiran, sebelum diberikan vaksin. Kelompok usia lain yang rentan terinfeksi adalah dewasa muda, karena pada kelompok ini angka hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik tinggi.
Sekitar 90% orang yang terinfeksi hepatitis akan sembuh dengan sendirinya, tetapi 0,1-1% mengalami hepatitis berat (fulminan) yang dapat berujung pada kematian, dan 1-10% berkembang menjadi hepatitis kronis, yaitu kondisi di mana virus hepatitis tidak dimatikan sepenuhnya oleh daya tahan tubuh melainkan tetap berada dalam sel-sel hati dan menimbulkan peradangan menahun. Sekitar 0,1-30% penderita hepatitis B menjadi pembawa virus (carrier), yaitu memiliki virus hepatitis dalam sel hatinya tetapi jumlahnya rendah dan tidak menimbulkan peradangan.Penyakit hepatitis kronis merupakan komplikasi dari hepatitis yang banyak ditakutkan. Peradangan bertahun-tahun pada sel hati dapat mengakibatkan sirosis hati dan/atau kanker hati.
Hepatitis C
Virus hepatitis C (HCV) ditularkan lewat produk darah, misalnya transfusi darah, penggunaan jarum suntik bergantian pada penggunaan obat terlarang, dan pekerja yang terekspos darah dari tuntutan pekerjaannya. Risiko terinfeksi HCV juga meningkat pada orang yang harus cuci darah secara rutin. Kini produk-produk darah yang diperuntukkan bagi transfusi telah di-screening HCV sehingga risiko tertular HCV dari transfusi turun jauh menjadi satu kasus per 2,3 juta transfusi. Selain dari produk darah, HCV juga dapat ditularkan lewat hubungan seksual dan dari ibu ke bayi yang dikandungnya, tetapi hal ini jarang terjadi, yaitu sekitar 1%.
Pada fase akut, infeksi oleh HCV menimbulkan hepatitis yang gejalanya tidak seberat hepatitis B. Namun, sebagian besar infeksi HCV, yaitu sebesar 85-90%, berkembang menjadi kronis dan 40% kasus hepatitis kronis disebabkan oleh HCV. Infeksi kronis HCV dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kanker hati, tetapi hal ini jarang terjadi dalam 20 tahun pertama infeksi kronis.
Hepatitis D
Virus hepatitis D (HDV) merupakan virus hepatitis yang tidak sempurna. Infeksi oleh virus ini hanya dapat terjadi bila seseorang juga terinfeksi oleh hepatitis B, baik sebagai ko-infeksi (infeksi hepatitis D terjadi bersamaan dengan hepatitis B) atau sebagai infeksi superimposed (infeksi hepatitis D terjadi setelah orang tersebut sakit hepatitis B). Penularan HDV kebanyakan oleh produk-produk darah berupa transfusi atau penggunaan jarum suntik bersamaan, dan lewat hubungan seksual. Pencegahan hepatitis D dapat dilakukan dengan mencegah hepatitis B, yaitu dengan vaksinasi dan perubahan perilaku penggunaan jarum suntik dan perilaku hubungan seks bebas tanpa proteksi.
Ko-infeksi HBV dan HDV biasanya tidak menimbulkan gejala yang lebih berat dibandingkan infeksi HBV saja. Namun, pada infeksi superimposed HDV akut pada penderita hepatitis B kronis, angka kematian dan hepatitis fulminan meningkat secara signifikan.
Hepatitis E
Virus hepatitis E (HEV) mirip dengan hepatitis A dalam hal penularannya, yaitu secara fekal (fese)-oral (mulut). Baru-baru ini sedang diteliti mengenai potensi penularan HEV akibat transplantasi organ dan transfusi darah. Hepatitis E tidak pernah menjadi kronis, kecuali pada orang-orang dengan sistem imun tubuh yang lemah. Angka kematiannya 0,5-3% pada dewasa muda, tetapi dapat mencapai 30% pada wanita hamil.
Kelima penyakit hepatitis yang telah disebutkan berbeda-beda cara penularan dan perjalanan penyakitnya. Lakukan langkah-langkah yang sesuai untuk mencegah infeksi hepatitis. Apabila Sahabat curiga gejala hepatitis menyerang Anda atau keluarga, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan yang sesuai.
Nah, jika Sahabat ingin melindungi diri dan keluarga dari bahaya hepatitis, salah satu solusi pencegahannya dengan melakukan vaksin hepatitis. Kini Anda tak perlu bingung, hanya dengan mengakses www.prosehat.com atau install aplikasi ProSehat, Sahabat bisa mendapatkan layanan vaksin ke rumah loh!
Info lebih lanjut mengenai vaksinasi hepatitis, hubungi segera Asisten Kesehatan Maya melalui Telp / SMS / WhatsApp : 0811-18-16-800 sekarang juga!
Daftar Pustaka
1. Jules L. Dienstag. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19 ed. New York: McGraw Hill; 2015. hlm. 2004–22.
2. Yuen M-F, Chen D-S, Dusheiko GM, Janssen HLA, Lau DTY, Locarnini SA, dkk. Hepatitis B virus infection. Nat Rev Dis Primer. 7 Juni 2018;4:18035.
3. Manns MP, Buti M, Gane E, Pawlotsky J-M, Razavi H, Terrault N, dkk. Hepatitis C virus infection. Nat Rev Dis Primer. 2 Maret 2017;3:17006.
4. Kamar N, Izopet J, Pavio N, Aggarwal R, Labrique A, Wedemeyer H, dkk. Hepatitis E virus infection. Nat Rev Dis Primer. 16 November 2017;3:17086.
5. Nimgaonkar I, Ding Q, Schwartz RE, Ploss A. Hepatitis E virus: advances and challenges. Nat Rev Gastroenterol Hepatol. Februari 2018;15(2):96–110.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia 2013. DepKes; 2014.
7. Mengenal Hepatitis A pada Anak [Internet]. IDAI. [dikutip 30 Juni 2018]. Tersedia pada: idai.or.id
8. Hepatitis Virus pada Anak (Bagian 1) [Internet]. IDAI. [dikutip 30 Juni 2018]. Tersedia pada: idai.or.id
9. Hepatitis Virus pada Anak (Bagian II) [Internet]. IDAI. [dikutip 30 Juni 2018]. Tersedia pada: idai.or.id