Musim liburan telah tiba dan pastinya beberapa dari Sahabat Sehat bepergian. Saat berpergian mungkin terdapat penyakit yang sering dijumpai pada daerah tersebut. Sebagai contoh adalah penyakit yang ditularkan dari gigitan nyamuk yaitu malaria atau chikungunya yang jarang dijumpai pada daerah perkotaan namun sering dijumpai pada daerah kepulauan.
Sahabat Sehat, ternyata ada penyakit lain yang dapat pula ditularkan dari gigitan nyamuk yaitu Japanese encephalitis. Penyakit ini perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan radang otak. Sahabat Sehat, apa saja gejala penyakit Japanese encephalitis dan bagaimana cara mencegahnya? Mari simak penjelasan berikut.
Apa Itu Japanese Encephalitis ?
Japanese encephalitis merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus golongan flavivirus. Jenis flavivirus ini berkerabat dengan virus dengue (demam berdarah) dan dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk spesies Culex tritaeniorhynchus. Daerah endemis untuk penyakit ini adalah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kasus pertama dari Japanese encephalitis ditemukan di Jepang pada tahun 1871. Sebesar 75% penderita dari Japanese encephalitis adalah anak-anak dan remaja, karena sebagian besar dewasa telah memiliki imunitas dari infeksi saat masa kecil.
Sebagian dari penderita Japanese encephalitis hanya mengeluhkan gejala ringan seperti nyeri kepala dan demam atau bahkan tidak menimbulkan gejala apapun. Tetapi terdapat 1 dari 250 infeksi yang menyebabkan sakit kritis. Penyakit ini menyebabkan radang pada otak penderita sehingga terdapat risiko kematian.4 Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat bahwa 20-30% dari pasien Japanese encephalitis meninggal.
Gejala Japanese Encephalitis
Virus Japanese encephalitis melewati lapisan pelindung tersebut sehingga dapat menyebabkan peradangan pada otak. Radang pada otak dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala yaitu seperti:
- Nyeri kepala
- Demam
- Mual dan muntah
- Leher kaku
- Disorientasi
- Koma
- Kejang
- Kelumpuhan
Hampir semua pasien yang menderita radang otak dan memiliki riwayat perjalan ke daerah yang endemis Japanese encephalitis dapat dicurigai menderita penyakit tersebut. World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa penyakit ini.
Pemeriksaan yang dilakukan merupakan antibodi terhadap virus Japanese encephalitis yang diambil dari cairan serebrospinal.2,4 Selain itu, pemeriksaan CT-scan dapat dilakukan untuk menemukan tanda dari Japanese encephalitis. Pemeriksaan CT-scan memiliki spesifitas yang tinggi, namun tidak sensitif untuk dapat menyingkirkan diagnosis Japanese encephalitis.
Baca Juga: Imunisasi Lengkap: Sehatkan Keluarga, Lewati Masa Pandemi
Cara Mengatasi Japanese Encephalitis
Sama dengan sebagian besar penyakit virus lainnya, tidak ada obat antiviral untuk virus Japanese encephalitis. Obat-obatan yang diberikan adalah obat suportif yang bertujuan untuk mengurangi tanda dan gejala. Selain itu terdapat obat-obatan yang digunakan untuk menstabilkan pasien saat kejang. Hal terbaik yang dilakukan adalah untuk mencegah terinfeksi virus ini, yaitu dengan melakukan vaksinasi. Vaksin untuk Japanese encephalitis sudah tersedia dan direkomendasikan untuk diberikan karena dapat mencegah terjadinya penyakit ini.
Penyakit Japanese encephalitis merupakan penyakit yang jarang ditemukan, namun harus diwaspadai karena dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian. Sahabat Sehat dapat mencurigai penyakit tersebut apabila terdapat beberapa tanda dan gejala seperti diatas. Vaksin untuk Japanese encephalitis sangat direkomendasikan karena dapat mencegah terjadinya penyakit tersebut. Apabila Sahabat Sehat ingin mendapatkan vaksin untuk Japanese encephalitis, konsultasikan dahulu dengan tenaga kesehatan terdekat.
Baca Juga: Yuk Moms, Cek Lagi Jadwal Imunisasi Balita Anda
Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai infeksi Japanese Encephalitis yang dapat dialami siapa saja dan dapat mengakibatkan radang otak. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check up, layanan fisioterapi, pemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam.
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.
Ditulis oleh : dr. Jonathan Christopher
Ditinjau oleh : dr. Monica C
Referensi
- Pearce J, Learoyd T, Langendorf B, Logan J. Japanese encephalitis: the vectors, ecology and potential for expansion. Journal of Travel Medicine. 2018;25(Suppl_1):S16-S26.
- World Health Organization. Japanese encephalitis [Internet]. USA : World Health Organization. 2021.
- Centers for Disease Control and Prevention. Japanese Encephalitis. USA : Centers for Disease Control and Prevention. 2021.
- Hsieh J, St. John A. Japanese encephalitis virus and its mechanisms of neuroinvasion. PLOS Pathogens. 2020;16(4):e1008260.
- Turtle L, Solomon T. Japanese encephalitis the prospects for new treatments. Nature Reviews Neurology. 2018;14(5):298-313.