Akhir-akhir ini Sahabat merasakan stres? Karena pekerjaan atau keluarga? Stres juga perlu sebagai tujuan Anda untuk mendapatkan cita-cita, namun jika stres terlalu banyak serta terus menerus maka dapat merusak kesehatan Sahabat loh. Selain itu dapat mempengaruhi organ tubuh, hormon hingga metabolisme tubuh.
Baca Juga: Lakukan Langkah Ini Jika Stres Akibat Corona
Stres yang berlebih dapat memicu terjadinya depresi, karena hormon yang dimiliki (adrenalin, kortisol) meningkat dan dapat menjadi racun pada saraf serta organ lainnya lalu daya tahan tubuh menurun. Dengan perubahan seperti itu maka menimbulkan perubahan pada struktur pembuluh darah otak yang dapat memicu terjadinya stroke.
Saat Sahabat mengalami stres maka menimbulkan rangsangan saraf simpatis sehingga irama detak jantung menjadi tak teratur sehingga menimbulkan gangguan pada pembuluh darah jantung (jantung koroner). Pada akhirnya, belakangan ini terungkap bahwa depresi dapat menyebabkan hiperagrefasi trombosit dan juga hiperkortisolemia yang dapat memperparah penyumbatan pembuluh darah koroner.
Ketidakcukupan suplai darah ke jaringan (Iskemia) pada jantung maka menunjukkan keadaan kekurangan oksigen yang disebabkan karena perfusi yang tidak memadai, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan juga pasokan oksigen. Stres ini hadir bersama dengan depresi meningkatkan hiperaktivitas saraf simpatis.
Hiperaktivitas simpatis sendiri mengkontraksikan pembulun darah (pembuluh mengecil) sehingga terjadi hipertensi yang akan mempercepat kerusakan sel-sel dinding pembuluh darah sehingga terbentuk atheroma (penebalan) pada lapisan dalam pembuluh darah. Maka dari itu perlu Anda ketahui gejala-gejala awal depresi dan cara menanganinya agar kondisi tersebut tidak berkembang semakin parah.
Baca Juga: Penyakit Jantung pada Remaja, Penyebab hingga Pencegahan
Depresi melibatkan 3 unsur dalam kehidupan individu yaitu sebagai berikut:
- Hambatan dalam aktivitas psikomotor yaitu merasa gelisah (agitasi) atau retardasi psikomotor, adanya kehilangan minat atau rasa senang dalam aktifitas yang biasa dilakukannya dan biasanya akan merasa gelisah.
- Hambatan dalam aspek kognitif dan fungsi sosial sehinggamengakibatkan individu merasa kesulitan dalam berkonsentrasi dan tampak seperti berkurangnya perhatian individu terhadap lingkungan sekitar.
- Hambatan dalam penghayatan alam perasaan, yang dimaksud adalah individu akan mengalami perasaan sedih, murung, harga diri menjadi berkurang, iritabel, putus asa dan timbulnya pikiran-pikiran ingin bunuh diri dan bisa saja terjadinya tindakan bunuh diri.
Pada akhirnya penyakit jantung iskemia, suatu penyakit dengan kecenderungan kronis dan untuk pengobatannya belum menemukan cara yang tepat. Sahabat perlu melakukan pencegahan dan penanganan secara menyeluruh dalam mengatasi depresi yang dapat menyebabkan penyakit jantung kronis. Lalu bacai mana cara pencegahannya?
Mengatur diri Sahabat dengan menjalankan pola hidup sehat (tidak obesitas) dengan konsumsi makanan seimbang, melakukan olahraga yang rutin, tidak merokok, berpikiran positif, istirahat yang cukup istirahat untuk jaga daya tahan tubuh Anda. Pastikan Sahabat melakukan kontrol ke dokter secara teratur untuk mengendalikan tekanan darah, kolesterol, diabetes melitus, otot jantung, memperbaiki depresi serta menghindari stres.
Stres tersebut dipengaruhi oleh diri Sahabat, kita perlu mengenali diri sendiri terlebih dahulu. Cobalah memulai untuk memaknai dengan baik (positif) setiap peristiwa yang terjadi. Meditasi dapat membantu menghilangkan stres dan menghindari menyalahkan kesalahan serta hilangkan penyesalan di masa lalu untuk masa depan sahabat.
Baca Juga: Cek Gejala Ini untuk Terhindar dari Penyakit Jantung Koroner
Apabila Sobat memerlukan informasi lebih lanjut mengenai penyakit jantung yang berawal dari stres dan produk-produk kesehatan yang berkaitan silakan hubungi Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.
Sumber :
Hendrata, Maria I. “Mengenal Hubungan Stres & Depresi dengan Penyakit Jantung”. https://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/mengenal-hubungan-stres-dan-depresi-dengan-penyakit-jantung. Diakses 19 Januari 2018