Renovit Gold Vitamin Lansia Tablet isi 30
RENOVIT GOLD TAB 30S
Kegunaan :
Suplemen makanan yang ditujukan untuk orang tua yang sudah mengalami penurunan fungsi kognitif
Showing 1–10 of 53 results
RENOVIT GOLD TAB 30S
Kegunaan :
Suplemen makanan yang ditujukan untuk orang tua yang sudah mengalami penurunan fungsi kognitif
Nature Plus Golden Years adalah suplemen lengkap yang khusus dipersembahkan untuk mereka yang berusia menengah & lanjut (mature adults), dengan formula yang telah disesuaikan dengan kebutuhannya. Mengandung 15 macam vitamin, 11 mineral, L-Gluthatione, bioflavonoid kompleks, dll.
Multivitamin dan mineral
– Diperlukan untuk nutrisi sel di tubuh.
– Membantu metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
– Menjaga kesehatan dan memberikan energi atau tenaga.
Betaine HCl dan L-Glutamine
– Membantu menjaga kesehatan jantung.
– Memberikan energi.
– Memperbaiki stamina dan penggunaan oksigen di tubuh.
Asam Amino L-Gluthatione
– Antioksidan kuat yang bermanfaat memperlambat proses penuaan secara fisik.
– Membantu mencegah aterosklerosis dan energi.
– Membantu membuang sisa metabolisme yang tidak terpakai karena menjadi toksik bagi tubuh.
– Kekurangan asam amino ini dapat mengakibatkan gangguan saraf, tremor, koordinasi otak.
Bioflavonoid, rutin, dan hesperidin
– Sebagai antioksidan mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas.
– Meningkatkan daya tahan tubuh.
PABA
– Menjaga kesehatan flora usus dan memberikan pigmen pada rambut.
Phosphatidylcholine
-Untuk transport dan metabolisme lemak termasuk mengikat kolesterol darah.
– Membantu menjaga kesehatan jantung, hati, dan aliran darah.
– Pembentukan Myelin (pelindung saraf otak dan melancarkan transmisisinyal sel-sel saraf otak).
– Acetylcholine (yang memproses daya ingat).
Keunggulan : Mengandung formula yang sinergis & terlengkap untuk usia lanjut, dengan kualitas terjamin & tanpa mengandung unsur hewani (vegetarian).
Read MoreMenurut Badan Kesehatan Dunia atau disebut juga WHO (World Health Organization), lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (usia 45 – 59 tahun), usia lanjut (usia 60 – 74 tahun), usia lansia tua (usia 75 – 90 tahun), dan usia sangat tua (usia > 90 tahun).
Proses menua merupakan yang wajar dialami setiap manusia. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan sehingga memengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Faktor yang mempercepat proses penuaan dibedakan menjadi faktor internal yang ada di dalam tubuh, maupun faktor eksternal seperti salah satunya adalah asupan makanan.
Sahabat Sehat, berikut adalah berbagai perubahan yang terjadi pada tubuh seorang lansia:
Baca Juga: Kenali 3 Vaksinasi yang Penting untuk Lansia
Susu merupakan salah satu sumber kalsium yang berperan dalam menjaga kesehatan tulang lansia, dan turut mengandung vitamin D yang berperan dalam meningkatkan penyerapan kalsium ke dalam tubuh. Kekurangan kalsium dan vitamin D dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan rentan mengalami patah tulang. Berikut adalah berbagai manfaat susu bagi lansia:
Baca Juga: Berat Badan Terus Menurun Saat Lansia, Apa Penyebabnya?
Sahabat Sehat, dalam memilih susu untuk lansia sebaiknya perhatikan kandungan gula dan lemak pada susu terutama jika memiliki riwayat penyakit tertentu seperti diabetes dan kolesterol.
Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai berbagai manfaat susu bagi lansia. Jika Sahabat Sehat memerlukan produk susu lansia, produk kesehatan atau layanan vaksin untuk lansia, dapat menghubungi Asisten Kesehatan Maya di nomor WhatsApp 08111816800.
Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia Dewi
Ditinjau oleh: dr. Monica Cynthia D
Referensi
Ketika berat badan lansia turun sebenarnya adalah hal yang wajar. Namun menjadi masalah jika terjadi secara drastis dan terus menerus. Oleh sebab itu, jika ada lansia yang berat badannya terus menurun secara drastis, maka Sahabat Sehat perlu untuk segera memberikan pertolongan.
Proses menua akan dialami setiap manusia. Saat proses penuaan akan terjadi perubahan pada kondisi tubuh. Perubahan tersebut diantaranya terjadi perubahan pada elastisitas kulit dan warna rambut hingga penyusutan berat badan. Hal tersebut dapat terjadi pada wanita maupun pria.
Hal yang turut menjadi perhatian adalah jika lansia mengalami penurunan berat badan tidak terkontrol, sebab dikhawatirkan hal ini menjadi tanda adanya kondisi medis yang memerlukan perhatian serius. Sahabat Sehat, apa saja penyebab berat badan lansia terus menurun ? Mari simak penjelasan berikut.
Sebenarnya penurunan berat badan pada lansia adalah hal yang wajar. Namun jika penurunan terjadi secara drastis, apalagi sampai terus menerus dan tampak tidak normal maka perlu mendapatkan penanganan serius.
Beberapa faktor berikut diperkirakan menyebabkan penurunan berat badan yang cukup drasti pada lansia, diantaranya:
Pengaruh Hormon
Diketahui bahwa seseorang berusia lanjut memiliki hormon peptida yang lebih banyak. Hormon peptida mengirim sinyal kepada otak saat lambung terisi penuh dan mudah merasa kenyang.
Berkurangnya Massa Otot
Saat Sahabat Sehat memasuki usia 30 tahun, biasanya terjadi penurunan massa otot sekitar 3-8% per dekade. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya sarcopenia di usia senja. Sarcopenia adalah kondisi ketika massa otot turun perlahan seiring bertambahnya usia akibat metabolisme tubuh.
Baca Juga: Berikut ini Alasan Mengapa Lansia Rentan Mengalami Depresi
Jaringan Menyusut
Selain massa otot yang berkurang, pada usia 30 tahun ke atas tubuh akan mengalami proses penyusutan secara perlahan. Tak hanya itu saja, berbagai organ tubuh lainnya seperti otot, ginjal, dan hati juga akan kehilangan sebagian sel-selnya. Sejumlah jaringan tubuh yang hilang tersebut dapat mempengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan, seperti mengurangi total kadar air dalam tubuh lansia. Meski jumlah lemak dalam tubuh akan meningkat, tetapi lapisan lemak yang terdapat dibawah kulit hanya tersisa sedikit saja.
Masalah Kesehatan
Adanya masalah kesehatan tertentu yang diderita oleh lansia juga menjadi faktor yang menyebabkan berat badan lansia turun. Beberapa contoh penyakit yang dapat menyebabkan penurunan berat badan pada lansia antara lain penyakit diabetes melitus, depresi, asam lambung, maupun kanker.
Oleh sebab itu, demi mencegah penyakit-penyakit tersebut semakin serius, pastikan untuk melakukan pengecekan kesehatan secara berkala. Dengan demikian, pengobatan dapat dilakukan sejak dini sehingga proses penyembuhan akan lebih tinggi peluangnya.
Baca Juga: Berbagai Jenis Penyakit yang Kerap Dialami Lansia
Jika Sahabat Sehat memiliki anggota keluarga yang berusia lanjut di rumah dan mengalami penurunan berat badan, sebaiknya jangan menganggap sepele kondisi tersebut. Pasalnya penurunan berat badan yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung lama pada lansia bisa menjadi pertanda adanya masalah kesehatan tertentu pada tubuh. Sahabat Sehat dianjurkan melakukan beberapa hal berikut di rumah:
Nah Sahabat Sehat, itulah semua hal mengenai masalah berat badan lansia turun secara drastis. Untuk mengembalikan berat badan dan membantu memenuhi kebutuhan gizi lansia, Sahabat Sehat dapat memberikan suplemen dan susu lansia yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan gizi harian lansia.
Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check up, layanan fisioterapi, pemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam.
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.
Ditulis oleh : Redaksi Prosehat
Ditinjau oleh : dr. Monica C
Referensi
Lansia (lanjut usia) atau dikenal juga dengan istilah medis geriatri merupakan istilah untuk menyebutkan seseorang yang sudah berusia diatas 60 tahun. Pada umur ini, banyak sekali masalah kesehatan yang terjadi.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015, angka kesakitan lansia mencapai 28,62%, pada tahun 2018 sebanyak 25,99%, dan pada tahun 2019 naik lagi mencapai 26,20%. Namun pada tahun 2020, Indonesia berhasil mencapai titik terendah untuk angka kesakitan lansia yaitu sebanyak 24,35%, angka tersebut menunjukkan bahwa sekitar 24 dari 100 lansia mengalami sakit dalam sebulan terakhir.
Pada umumnya, penyakit yang dialami lansia merupakan penyakit yang tidak menular dan bersifat degeneratif. Artinya, penyakit yang disebabkan karena adanya faktor dan proses penuaan. Seperti misalnya penyakit jantung, diabetes melitus, stroke, rematik dan cedera. Penyakit tersebut bersifat kronis, menyebabkan disabilitas atau kecacatan pada lansia dan berbiaya besar.
Kesadaran lansia terhadap keluhan kesehatan yang diderita sudah cukup baik. Mayoritas lansia mengobati keluhan kesehatan dengan mengobati diri sendiri atau berobat jalan sebanyak 96,12%. Namun masih ada sekitar 4 dari 100 orang lansia yang enggan mengobati keluhan kesehatannya.
Sahabat Sehat, apa saja penyakit yang kerap diderita lansia ? Mari simak penjelasan berikut.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit yang sering dialami oleh lansia yaitu :
Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang paling sering dialami oleh pasien lansia, yaitu sebanyak 54%. Tekanan darah tinggi adalah kondisi saat jantung memompa darah dengan kuat namun pembuluh darah sempit sehingga aliran darah menjadi tertahan sehingga tekanan pada pembuluh darah menjadi tinggi.
Hipertensi dapat mengganggu fungsi organ tubuh lainnya seperti stroke dan serangan jantung. Berikut ini hal yang dapat membantu mengendalikan tekanan darah, antara lain:
Kadar Kolesterol Tinggi
Sebanyak 47% lansia mengalami kadar kolesterol tinggi didalam darah, hal ini dapat menyebabkan kekakuan pada pembuluh darah arteri yang menyebabkan pembekuan darah sehingga memicu gangguan jantung. Berikut ini gaya hidup yang dapat mengurangi resiko tingginya kolesterol darah:
Artritis
Sebanyak 31% lansia mengalami penyakit peradangan pada sendi atau yang disebut dengan artritis, yang menyebabkan nyeri hebat dan kekakuan pada sendi. Artritis biasanya terjadi pada wanita berusia lebih dari 60 tahun keatas.
Berikut ini hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya artritis:
Baca Juga: Ketahui 8 Tips Menjaga Kesehatan Ginjal Agar Berfungsi Maksimal
Penyakit Jantung Koroner
Sebanyak 29% lansia mengalami penyakit jantung koroner yang menyebabkan jantung kekurangan oksigen untuk memompa darah akibat sumbatan pada pembuluh darah. Sumbatan plak ini berasal dari kolesterol yang menumpuk di dalam pembuluh darah secara bertahun-tahun sehingga menyebabkan kekakuan pada pembuluh darah.
Berikut ini hal yang dapat dilakukan untuk mencegahnya :
Diabetes
Diketahui sekitar 27% lansia menderita diabetes, yang diakibatkan karena tubuh tidak mampu memproduksi insulin atau tubuh resisten terhadap insulin sehingga menyebabkan gula darah terlampau tinggi didalam darah. Akibatnya kadar gula darah meningkat dan tubuh kekurangan energi untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah naiknya gula darah, antara lain:
Baca Juga: Mitos Apa Fakta : Cuci Ginjal Alamiah dengan Menggunakan Seledri dan Buah Alpukat
Gangguan Ginjal
18% pasien lansia mengalami gangguan ginjal kronis atau CKD (Chronic Kidney Disease) atau menurunnya fungsi ginjal seiring bertambahnya usia. Pasien dengan CKD memiliki resiko lebih besar juga timbulnya gagal ginjal dan gagal jantung. Berikut ini hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya CKD:
Gangguan Jantung
Sekitar 14% lansia diketahui menderita gangguan jantung yang menyebabkan pasokan darah dan juga nutrisi ke organ tubuh tidak terpenuhi dengan baik. Kondisi jantung mungkin akan membesar, memompa darah lebih cepat dibanding dengan yang tubuh butuhkan sehingga akan menimbulkan gejala seperti cepat lelah, nyeri kepala, mual kebingungan dan menurunnya nafsu makan. Satu-satunya cara mencegah terjadinya gangguan jantung adalah dengan memeriksakan kesehatan jantung secara berkala dan mengendalikan tekanan darah tinggi.
Depresi
Sekitar 14% lansia mengalami depresi dengan gejala perasaan sedih, merasa tidak berdaya, kelelahan yang berkepanjangan, sulit untuk menentukan tujuan atau sulit mengambil keputusan, kehilangan nafsu makan, kehilangan gairah untuk melakukan aktivitas.
Banyak hal yang dapat dihindari agar tidak terjadi depresi saat lansia, antara lain :
Penyakit Alzheimer
Sebanyak 11% lansia mengalami alzheimer atau penyakit demensia tipe lainnya, yang ditandai dengan hilangnya daya ingat dan kemampuan berpikir serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Demensia bukan merupakan penyakit akibat proses penuaan, tetapi disebabkan karena adanya perubahan fungsi otak dari waktu ke waktu. Faktor yang memperbesar terjadinya resiko demensia antara lain keturunan, riwayat keluarga yang mengalami alzheimer, gaya hidup (tidak terlalu banyak aktivitas fisik).
Untuk mengurangi resiko demensia, maka dapat dilakukan beberapa hal seperti :
Gangguan Pernapasan
Sebanyak 11% lansia mengalami gangguan pernapasan berupa PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik). Penyakit ini merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan gejala batuk terus menerus, nyeri pada dada dan kesulitan bernapas serta nafas pendek. Penyebab PPOK antara lain merokok, perokok pasif, maupun akibat menghirup bahan kimia beracun dan debu yang dapat mengiritasi paru-paru.
Baca Juga: Apa itu Luka Dekubitus dan Cara Mengatasinya
Nah Sahabat Sehat, itulah berbagai jenis penyakit yang kerap dialami lansia. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check up, layanan fisioterapi, pemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam.
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.
Ditulis oleh : dr. Jesica Chintia D
Ditinjau oleh : dr. Monica C
Referensi
Depresi pada lansia dapat menyebabkan penurunan kondisi kesehatan. Sayangnya masih banyak yang mengabaikan kondisi mental para lansia. Kasus depresi ini banyak terjadi dan rentan dialami lansia yang harus tinggal seorang diri karena anak-anaknya harus pergi merantau.
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang seringkali dialami oleh lanjut usia (lansia). Banyak sekali faktor resiko serta alasan yang dikaitkan dengan meningkatnya kejadian depresi pada usia lanjut. Kemajuan dalam bidang kesehatan di Indonesia disertai dengan peningkatan sosial ekonomi dan pengetahuan masyarakat berakibat pada peningkatan kesejahteraan rakyat yang akhirnya meningkatkan harapan hidup. Peningkatan ini menyebabkan jumlah penduduk yang tergolong lanjut usia semakin bertambah setiap tahunnya.1,2
Seiring dengan bertambahnya usia, proses penuaan yang terjadi tidak dapat dihindari dan setiap individu akan mengalami perubahan baik pada fisik atau tubuhnya dan juga dengan mentalnya. Disamping itu, para lansia juga harus dihadapkan dengan berbagai permasalahan seperti perubahan kedudukan sosial, kehilangan pekerjaan (pensiun), resiko terkena penyakit, serta kehilangan orang yang mereka cintai.
Kejadian depresi pada lansia seringkali tidak terdeteksi, salah diagnosis ataupun bahkan tidak mendapatkan penanganan. Gejala depresi seringkali dianggap remeh dan dibiarkan begitu saja. Padahal depresi pada usia lanjut dapat berakibat buruk, dan apabila tidak ditangani dengan baik maka dapat menurunkan kualitas hidup lansia bahkan menyebabkan kematian.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk tahu apa saja yang dapat menyebabkan lansia mengalami depresi, gejala depresi, serta cara menangani depresi pada mereka yang lanjut usia.
Depresi pada lansia juga disebut sebagai late life depression. Lansia rentan sekali terhadap depresi. Biasanya disebabkan karena beberapa faktor risiko, misalnya:
Lansia rentan menderita penyakit degeneratif (penyakit yang terjadi akibat proses penuaan), seperti misalnya osteoarthritis, stroke dan penyakit lainnya yang menyebabkan kecacatan atau penurunan daya ingat mengakibatkan kualitas hidup lansia menurun. Hal ini sering kali sebagai pemicu seseorang terjadi depresi.
Faktor-faktor seperti tinggal dan hidup sendirian tanpa interaksi sosial, lingkaran sosial yang semakin sempit, perpisahan akibat kematian dan tidak bekerja (masa pensiun) akan memicu terjadinya depresi pada lansia.
Masa pensiun akan menyebabkan hilangnya identitas, status, kepercayaan diri, keamanan finansial dan meningkatkan resiko terjadinya depresi. Selain itu keterbatasan fisik pada aktivitas yang biasanya dikerjakan dan dinikmati juga akan mempengaruhi tujuan hidup para lansia.
Baca Juga: Kenali 3 Vaksinasi yang Penting untuk Lansia
Rasa takut akan penyakit yang sedang dialami dan takut akibat kematian akan menjadikan lansia rentan terjadi rasa cemas atau gelisah. Selain itu, masalah keuangan dan juga kesehatan juga dapat menjadi pemicu terjadinya depresi.
Kematian teman, anggota keluarga, pasangan adalah penyebab depresi yang paling sering dialami lansia. Selain menimbulkan rasa kehilangan dan kesendirian, hal ini juga menyebabkan rasa duka yang dapat menyebabkan perasaan tertekan yang berujung pada depresi.
Satu hal yang sangat penting untuk dipahami adalah bahwa penyebab depresi pada lansia tentunya berbeda dengan depresi pada usia muda. Pada usia lanjut, depresi berkaitan dengan kondisi penyakit kronis dan disabilitas (membutuhkan bantuan orang lain untuk aktifitas sehari-hari). Depresi pada usia lanjut akan berisiko pada masalah kesehatan seperti gangguan jantung, serangan jantung hingga timbul kematian apabila tidak diatasi dengan cepat.
Sangat penting untuk memahami kondisi kesehatan seorang lansia. Kerap kali para lansia tidak mengatakan apa yang sedang mereka rasakan. Sahabat Sehat, berikut ini adalah berbagai gejala yang dapat diidentikkan dengan kemungkinan mengalami depresi di usia lanjut:
Depresi yang dialami para lanjut usia dapat meningkatkan risiko bunuh diri, terutama pada laki-laki lanjut usia. Rata-rata yang berusia 80-84 tahun akan memiliki kecenderungan 2x lipat untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang berada pada usia muda. Oleh karena itu, apabila keluarga yang sudah lanjut usia dan mempunyai gejala seperti diatas, jangan takut untuk berkonsultasi dengan dokter psikiatri.
Sahabat Sehat, berikut adalah berbagai tips yang dapat dilakukan untuk mencegah depresi pada lansia. Berikut ini perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan:
Baca Juga: Inilah Berbagai Jenis Terapi Pasca Stroke Agar Cepat Pulih
Demikianlah beberapa poin penting mengenai depresi pada lansia yang perlu kita ketahui bersama. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check up, layanan fisioterapi, pemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam.
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.
Ditulis oleh : dr. Jesica Chintia Dewi
Ditinjau oleh : dr. Monica C
Referensi
Tak hanya kaum muda, orang dewasa yang lebih tua atau lansia juga perlu melakukan beberapa jenis aktivitas fisik setiap hari guna meningkatkan kesehatan serta mengurangi risiko berbagai penyakit. Meski demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni jenis olahraga yang dilakukan oleh lansia.
Secara alami tubuh akan mengalami penurunan fisik seiring bertambahnya usia, sehingga hal ini lah yang kerap kali membuat lansia enggan untuk berolahraga. Padahal olahraga sama bermanfaatnya untuk usia berapapun. Untuk itu, penting untuk memilih olahraga yang tepat agar aman dilakukan oleh lansia. Sahabat Sehat, apa saja pilihan olahraga yang dapat dilakukan lansia ? Mari simak penjelasan berikut.
Aktivitas fisik atau olahraga dapat membantu para lansia untuk lebih bugar, sehat, dan bersemangat. Untuk itu, bagi Sahabat Sehat yang telah memasuki usia senja dan belum terbiasa olahraga secara rutin bisa mulai berolahraga sesegera mungkin. Berikut adalah beberapa manfaat olahraga bagi lansia:
Konsultan geriatri, Dr. dr. C Heriawan Soejono, Sp,PD, K. Ger, M. Epid mengungkapkan bahwa olahraga dapat dilakukan dua hingga tiga kali dalam seminggu dan dilakukan secara bertahap. Mulai dari tahapan ringan dan naik ke yang lebih berat secara bertahap. Yang terpenting adalah menjaga kualitas otot agar tetap aktif. Selain itu, pastikan aktivitas dan intensitasnya sesuai dengan kondisi tubuh. Lansia usia 65 tahun keatas perlu memperhatikan beberapa hal berikut :
Apabila Sahabat Sehat selama ini enggan bergerak karena khawatir akan terjatuh, maka latihan akan meningkatkatkan kekuatan, keseimbangan, dan kelenturan tubuh sehingga membuat tubuh lebih kuat dan percaya diri.
Baca Juga: Inilah Pentingnya Olahraga untuk Lansia
Beberapa pilihan aktivitas ringan berikut ini aman dilakukan untuk lansia dari pada hanya duduk dan berbaring, diantaranya:
Melakukan aktivitas berintensitas sedang mampu meningkatkan detak jantung, sehingga akan melancarkan sirkulasi darah lansia. Contoh olahraga intensitas sedang yang dapat dilakukan lansia, meliputi:
Baca Juga: 10 Jenis Medical Check Up Rutin yang Perlu Dilakukan Lansia
Aktivitas intensitas kuat dapat membuat Sahabat Sehat bernafas dengan cepat dan keras. Umumnya, Sahabat Sehat dapat melakukan olahraga intensitas kuat selama 75 menit yang juga memberikan manfaat kesehatan serupa dengan melakukan olahraga intensitas sedang selama 150 menit. Contoh olahraga intensitas kuat meliputi:
Ada beberapa cara untuk meningkatkan kekuatan otot lansia, baik di rumah maupun di gym. Berikut beberapa pilihan olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan otot, yakni :
Selain berbagai jenis pilihan olahraga untuk lansia di atas, Sahabat Sehat juga dapat memanfaatkan waktu untuk bergerak aktif dengan bermain bersama cucu atau berkebun di pekarangan rumah. Akan tetapi, agar lebih aman sebaiknya tetap didampingi oleh keluarga saat melakukan aktivitas fisik terutama jika Sahabat Sehat memiliki riwayat masalah kesehatan tertentu seperti radang sendi (arthritis) atau penyakit jantung.
Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check up, layanan fisioterapi, pemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam.
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.
Ditulis oleh : Redaksi Prosehat
Ditinjau oleh : dr. Monica C
Referensi
Demensia atau biasa disebut pikun, seringkali dianggap sebagai hal yang normal. Kondisi ini kerap dialami lanjut usia (lansia) akibat proses penuaan. Proses penuaan mengakibatkan penurunan pada sistem tubuh, termasuk otak.
Sekitar 55 juta orang lansia di dunia hidup dengan demensia, sementara itu penambahan kasus demensia pada lansia mencapai 10 juta orang per tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 menyebutkan bahwa setiap 3 detik ada 1 orang yang terdiagnosa demensia.
Di Asia tercatat 22 juta orang lansia menderita demensia, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat tercatat lebih dari 4 juta orang lansia menderita Alzheimer dan dikhawatirkan akan terus bertambah hingga 4 kali lipat pada tahun 2050. Hal ini berkaitan dengan bertambahnya usia harapan hidup pada usia lanjut.
Sahabat Sehat, mengapa demensia kerap dialami para kaum lansia? Mari simak penjelasan berikut.
Demensia merupakan salah satu penyakit akibat kerusakan sel saraf dan hubungan antar sel saraf pada otak yang menyebabkan penurunan daya ingat, proses dan cara berpikir. Kondisi seperti ini sebagian dialami oleh beberapa orang usia lanjut, namun bukan merupakan hal normal yang berkaitan dengan proses penuaan.
Demensia akan mempengaruhi beberapa aspek kehidupan seperti kemampuan bersosialisasi hingga aktivitas sehari-hari penderitanya (gangguan mood seperti lebih sensitif, depresi dan timbul rasa cemas dan khawatir berlebihan).
Banyak lansia hidup tanpa gejala demensia pada masa tuanya. Proses penuaan yang biasanya terjadi, misalnya kelemahan otot dan tulang, kekakuan pembuluh darah dan gangguan daya ingat. Secara umum pengetahuan dan pengalaman, ingatan, serta kemampuan bahasa akan menetap meskipun terjadi proses penuaan.
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada sistem saraf, demensia dibagi menjadi:
Penyakit alzheimer merupakan jenis demensia yang sering kali terjadi. Penyebab alzheimer belum diketahui pasti, namun hal ini dapat disebabkan karena faktor genetik dari keluarga, serta kelainan protein dalam otak yang dapat mengganggu sel saraf dapat menyebabkan demensia.
Kondisi ini disebabkan karena gangguan pembuluh darah di otak yang mensuplai darah ke otak. Pembuluh darah yang bermasalah dapat menyebabkan stroke sehingga mengganggu kerja otak.
Adanya kelainan sel pada otak dengan ditemukannya sejumlah protein tertentu yang disebut lewy body sehingga menyebabkan demensia.
Beberapa kondisi tertentu dapat menyebabkan demensia, seperti :
Baca Juga: Ketahui Beragam Jenis Suplemen Penunjang Kesehatan Lansia
Demensia ditandai dengan adanya perubahan kemampuan kognitif, seperti berikut :
Sementara itu, perubahan psikologis yang dapat dialami penderita demensia meliputi munculnya depresi, cemas, gangguan berperilaku, paranoid, dan halusinasi.
Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai demensia yang kerap dialami lansia. Salah satu cara untuk mencegah demensia. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check up, layanan fisioterapi, pemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam.
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.
Ditulis oleh : dr. Jesica Chintia Dewi
Ditinjau oleh : dr. Monica C
Referensi
Memang osteoartritis pada lansia adalah masalah yang umum terjadi. Namun sebenarnya risiko osteoartritis bisa dicegah dan dihindari. Tentunya jika dilakukan dengan konsisten. Untuk melakukannya dengan baik dan konsisten tentunya Sahabat Sehat perlu mengetahui hal-hal seputar osteoartritis, mulai dari penyebab, risiko kesehatan yang terjadi akibat osteoartritis, hingga pengobatan yang dibutuhkan.
Lansia beresiko menderita berbagai penyakit degeneratif (penyakit yang timbul akibat proses penuaan), salah satu jenis penyakit degeneratif yaitu Osteoartritis (OA) yang kerap disebut juga sebagai pengapuran sendi. Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2018, tercatat lansia yang menderita penyakit sendi mencapai 37,5% dengan jenis penyakit meliputi osteoarthritis, asam urat, rheumatoid arthritis dan osteoporosis. Apa itu osteoarthritis dan mengapa lansia rentan menderita osteoarthritis ? Mari simak penjelasan berikut.
Osteoarthritis adalah peradangan kronis pada sendi, terutama sendi pada anggota gerak tubuh) yang terjadi akibat kerusakan pada tulang rawan sendi. Osteoarthritis merupakan salah satu jenis radang sendi yang paling sering terjadi terutama pada lansia.
Gejala yang dialami sebagai tanda mengalami osteoartritis yaitu sendi terasa kaku, nyeri dan bengkak. Osteoarthritis dapat menyerang semua sendi. Namun paling sering dialami pada sendi anggota gerak tubuh, seperti tangan, lutut, pinggul, serta punggung.
Panggil Dokter: Periksa ataupun Perawatan ke Rumah
Osteoarthritis dapat menyerang usia muda hingga usia lanjut. Penyebab osteoarthritis pada usia muda berbeda dengan penyebab saat usia lanjut. Pada usia muda, osteoarthritis dapat disebabkan karena cedera (baik karena olahraga, kecelakaan atau faktor keturunan). Sedangkan pada lansia, biasanya osteoartritis disebabkan karena lemahnya sendi dan tulang seiring dengan pertambahan usia.
Selain menyebabkan sendi dan tulang menjadi kaku, produksi cairan pelumas sendi atau (disebut juga cairan sinovial) juga berkurang. Sehingga lansia rentan mengalami gesekan antar tulang rawan pada sendi sehingga lambat laun tulang rawan menjadi menipis dan menimbulkan gejala fisik sampai mengganggu aktivitas sehari-hari (tidak bisa berjalan akibat nyeri saat berjalan).
Baca Juga: Benarkah Fisioterapi Bantu Atasi Saraf Terjepit ?
Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa osteoarthritis dapat disebabkan karena faktor lingkungan dan juga faktor dari tubuh sendiri. Berikut adalah berbagai faktor resiko terjadinya osteoarthritis pada lansia:
Resiko terjadinya osteoarthritis akan meningkat pada usia diatas 65 tahun. Namun demikian, remaja bahkan anak-anak bisa mengalami osteoartritis. Terutama jika di usia muda mengalami kecelakaan yang berakibat masalah pada persendian.
Resiko meningkat pada orang yang memiliki riwayat kondisi yang serupa dengan keluarga. Jika orang tua mengalami osteoartritis karena faktor genetik, ada kemungkinan anak juga akan mengalami hal yang sama. Munculnya osteoartritis akibat genetik ini bisa terjadi pada saat berusia muda, atau saat sudah berusia lanjut.
Wanita mengalami pengapuran sendi lebih banyak apabila dibandingkan dengan pria. Kondisi ini dikaitkan dengan berkurangnya hormon estrogen pada perempuan setelah haid terhenti (menopause). Namun demikian, osteoartritis akibat kecelakaan, terutama kecelakaan kerja lebih sering terjadi pada pria.
Kelebihan berat badan atau obesitas akan memberikan tekanan lebih besar pada persendian, tulang rawan dan tulang terutama pada anggota gerak bawah (kaki). Hal berikut yang menyebabkan terjadinya pengapuran pada lutut sehingga nantinya akan membatasi pergerakan pada lansia.
Pekerjaan yang melibatkan sendi seperti instruktur olahraga, atlet angkat beban, pengangkut barang dan lain sebagainya yang mengakibatkan tekanan berlebih pada lutut akan menyebabkan terjadinya radang sendi lebih mudah terjadi.
Cedera sendi pada seseorang yang mengalami kecelakaan atau terjatuh dapat menyebabkan pengapuran pada sendi dan terjadi osteoarthritis.
Mempunyai penyakit lain pada sendi seperti rheumatoid arthritis, asam urat juga akan meningkatkan resiko terjadinya radang sendi atau osteoarthritis.
Baca Juga: Penderita Vertigo Perlukah Melakukan Fisioterapi ?
Membiarkan osteoartritis pada lansia dapat meningkatkan rasa sakit akibat pengapuran sendi. Selain itu, risiko sendi menjadi tidak berfungsi total akan sangat besar. Berikut adalah berbagai penanganan untuk mengatasi osteoartritis pada lansia, yaitu:
Pemberian obat-obatan
Untuk meredakan nyeri akibat radang sendi, Sahabat Sehat dapat mengkonsumsi obat pereda radang. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai keluhan yang dialami.
Fisioterapi
Pada penderita Osteoartritis dianjurkan melakukan latihan gerak atau fisioterapi untuk memperkuat otot, tulang, dan sendi sehingga mengurangi rasa nyeri dan kaku
Prosedur Operasi
Operasi pada penderita osteoarthritis dapat dilakukan guna memperbaiki atau mengganti sendi yang rusak. Cara ini sangat efektif namun tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar.
Rutin Berolahraga
Pilih olahraga ringan seperti berenang, jalan santai, bersepeda dan yoga agar memperkuat tulang, sendi dan otot tubuh. Jangan terlalu memaksakan diri jika dirasa tulang dan sendi sudah terasa ngilu atau sakit untuk mencegah cidera yang diakibatkan berolahraga di usia lanjut.
Menurunkan Berat Badan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu penyebab osteoarthritis yaitu akibat berat badan berlebih. Maka Sahabat Sehat dianjurkan menerapkan pola hidup sehat dan seimbang untuk menjaga berat badan tetap ideal.
Baca Juga: Inilah Berbagai Jenis Terapi Pasca Stroke Agar Cepat Pulih
Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai osteoarthritis pada lansia atau orang berusia lanjut. Salah satu cara menjaga kesehatan sendi adalah dengan mengkonsumsi buah, sayur, serta susu. Jika Sahabat Sehat membutuhkan produk susu khusus lansia, segera manfaatkan layanan pesan-antar Prosehat. Sahabat Sehat juga bisa menjadwalkan layanan home care dari Prosehat saat persendian terasa sakit. Anda hanya perlu menunggu di rumah dan tim medis Prosehat akan datang melayani.
Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check up, layanan fisioterapi, pemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam.
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.
Ditulis oleh : dr. Jesica Chintia Dewi
Ditinjau oleh : dr. Monica C
Referensi
Sahabat Sehat, seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh manusia melemah sehingga membuat tubuh lebih sulit dalam melawan infeksi. Orang lanjut usia (lansia) lebih mungkin terkena penyakit seperti flu, radang paru-paru, dan herpes zoster, dan mengalami komplikasi yang dapat menyebabkan sakit jangka panjang, rawat inap, dan bahkan kematian.
Vaksin sangat penting untuk lansia. Terlebih, jika lansia memiliki penyakit kronis seperti diabetes atau penyakit jantung, mendapatkan vaksinasi akan lebih bermanfaat. Vaksin dapat melindungi lansia dari penyakit serius (dan komplikasi terkait) sehingga ia dapat tetap sehat seiring bertambahnya usia.
Bagi Sahabat Sehat yang sudah lanjut usia atau sedang merawat lansia di rumah, yuk cari tahu vaksin apa saja yang dibutuhkan di usia lanjut.
Masih banyak orang beranggapan bahwa vaksinasi selesai di masa kecil. Sebagian lainnya merasa vaksinasi tambahan dilakukan hanya jika diperlukan, misalnya vaksin meningitis untuk umroh atau haji dan vaksin darurat seperti vaksin Covid-19.
Program vaksinasi dewasa memang masih belum banyak terdengar di masyarakat. Padahal, manfaatnya sama besarnya dengan vaksin saat kanak-kanak.
Angka harapan hidup yang terus meningkat di Indonesia menjadi sebuah tantangan bagi masyarakat untuk melindungi orang tua dari kesakitan. Pada tahun 1990, angka harapan hidup orang Indonesia adalah sekitar 62 tahun. Itu adalah rata-rata lamanya hidup orang Indonesia. Tahun 2019, angka harapan hidup orang Indonesia meningkat menjadi 71 tahun. Hal ini bisa terjadi karena adanya kemajuan ekonomi, lebih mudahnya akses layanan kesehatan, dan sebagainya.
Peningkatan angka harapan hidup ini membuat vaksinasi menjadi sarana penting untuk melindungi kelompok usia rentan ini. Penyakit menular seperti influenza dan pneumonia adalah salah satu pembunuh utama lansia di dunia.
Sesuai pedoman jadwal imunisasi dewasa yang direkomendasikan oleh Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI) tahun 2021, jenis vaksinasi yang dibutuhkan oleh lansia adalah sebagai berikut:
Influenza
Influenza adalah penyakit yang sangat serius bagi lansia (orang berusia 65 tahun ke atas). Selain itu, penyakit ini juga membahayakan orang dengan kondisi medis tertentu sehingga meningkatkan risiko menjadi sakit berat dan komplikasi.
Strain virus influenza berubah setiap tahun dan vaksin berubah setiap tahun untuk menyesuaikan dengan strain baru. Itulah mengapa penting untuk mendapatkan vaksin influenza setiap satu tahun sekali.
Penyakit influenza seringkali diremehkan karena dianggap seperti batuk dan pilek biasa. Walau memang sama-sama menimbulkan gejala pilek, namun influenza menyebabkan demam, badan meriang, dan sesak nafas atau nafas terasa berat. Maka, vaksinasi influenza sangat direkomendasikan bagi semua orang, terutama lansia yang imunitasnya semakin turun seiring bertambahnya usia.
Pneumokokus (PCV-13/ PPSV-23)
Penyakit pneumokokus adalah infeksi bakteri. Penyakit ini sangat serius pada orang tua dan dapat menyebabkan radang paru-paru (pneumonia), infeksi darah (sepsis), dan radang selaput otak (meningitis).
Ada dua macam vaksin pneumokokus, yaitu vaksin PCV-13 dan vaksin PPSV-23. Vaksin PCV-13 melindungi dari 13 macam bakteri penyebab pneumonia, sedangkan PPSV-23 melindungi dari 23 macam bakteri.
Jika lansia belum pernah divaksinasi pneumokokus saat kecil, ia bisa mendapatkan vaksinasi PCV-13 terlebih dahulu dan dilanjutkan PPSV-23 satu tahun kemudian, atau sebaliknya. Vaksin PCV-13 dapat diberikan mulai usia 50 tahun ke atas, sedangkan vaksin PPSV-23 diberikan mulai usia 60 tahun ke atas. Pemberian kedua jenis vaksin ini tidak boleh dalam waktu yang bersamaan.
Baca Juga: 10 Jenis Medical Check Up Rutin yang Perlu Dilakukan Lansia
Herpes zoster
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan ketika virus cacar air (varisela) aktif kembali. Penyakit ini dapat menyebabkan nyeri saraf yang parah dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan.
Vaksin herpes zoster direkomendasikan untuk orang berusia 50 tahun ke atas karena kelompok usia tersebut berisiko lebih tinggi terkena herpes zoster. Seiring bertambahnya usia, kekebalan tubuh terhadap virus varisela-zoster menurun. Hal ini meningkatkan kemungkinan virus varisela-zoster menjadi aktif kembali.
Sahabat Sehat, itulah rekomendasi vaksinasi untuk lansia. Pencegahan adalah cara yang paling efektif untuk melindungi kesehatan lansia, dan vaksinasi terhadap penyakit menular yang paling umum adalah pendekatan yang paling disarankan.
Ayo segera lindungi lansia dari penyakit menular yang membahayakannya. Jadwalkan vaksinasi lansia bersama ProSehat, baik di klinik Prosehat maupun di rumah untuk kenyamanan dan kemudahan Sahabat Sehat.
Layanan di klinik Prosehat bisa dilakukan di Grand Wisata Bekasi dan Palmerah Jakarta Barat dengan kisaran harga promo sebagai berikut (harga dapat berubah sewaktu-waktu):
Vaksin Influenza 4 strain di klinik | Rp. 299.000 |
Vaksin Influenza 4 strain di rumah | Rp. 550.000 |
Vaksin PCV-13 di klinik | Rp. 960.000 |
Vaksin PCV-13 di rumah | Rp. 1.200.000 |
Vaksin PPSV-23 di klinik | Rp. 990.000 |
Vaksin PPSV-23 di rumah | Rp. 1.250.000 |
Baca Juga: Pentingnya Memberi Vaksin Flu untuk Orang Tua atau Lansia
Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check up, layanan fisioterapi, pemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan ProSehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam.
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.
Ditulis oleh: dr. Nurul L
Ditinjau oleh: dr. Nurul L
Referensi