Menjadi Ibu VS Karier, Bagaimana Menyeimbangkannya?
Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya membutuhkan keberadaan orang lain. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Semenjak bayi sampai tua, kita membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Ada berbagai jenis hubungan antar manusia, salah satunya adalah hubungan cinta yang terjalin antar individu. Cinta itu sendiri sebenarnya merupakan pengalaman terpenting dan paling diinginkan dalam kehidupan manusia. Ada banyak bentuk-bentuk cinta dalam kehidupan manusia, antara lain perasaan cinta antara manusia dengan Tuhan, rasa cinta pada pada keluarga, dan yang tidak kalah penting adalah hubungan cinta dengan lawan jenis yang disukainya.
Baca Juga: 5 Tips Bagi Waktu untuk Wanita Karier yang Berkeluarga
Hubungan cinta dengan lawan jenis antara laki-laki dan perempuan biasanya diharapkan berujung pada pernikahan. Pearson & Lee dalam Sarwono (1996), mengatakan bahwa pernikahan adalah puncak dari hubungan intim antar jenis kelamin dimana kedua belah pihak saling membagi pengalaman dan perasaan serta pikiran. Saat memasuki pernikahan, tentu saja seorang laki-laki dan perempuan akan memainkan peran baru sebagai suami dan istri. Terlebih jika sudah memiliki anak, mereka akan mendapatkan peran baru sebagai orang tua, ayah dan ibu.
Baca Juga: 5 Gejala Kanker Serviks yang Perlu Kamu Ketahui
Seorang ibu bekerja yang memiliki anak tentunya memiliki tantangan-tantangan sendiri dalam membesarkan anak-anaknya. Kadang seorang perempuan pekerja yang melahirkan seorang anak akan dihadapkan pada 2 pilihan, melanjutkan bekerja atau berhenti bekerja untuk mengurus segala kebutuhan anak. Ibu yang memilih untuk tetap bekerja atau berhenti bekerja setelah memiliki anak tentu saja sudah memikirkan berbagai hal, sehingga keputusan yang mereka ambil merupakan keputusan yang mereka anggap paling tepat.
Saat ini menjadi seorang wanita karier merupakan pilihan yang memang dapat diambil oleh siapapun. Kita bisa lihat saat ini perempuan dapat bekerja pada berbagai bidang, bahkan untuk bidang strategis seperti kepala daerah, menteri, manager, direktur, dan masih banyak lagi. Handayani, dkk (2012) mengemukakan bahwa seorang perempuan yang bekerja, memiliki peran ganda yang harus dijalankan pada saat bersamaan. Ia harus bertanggung jawab atas pekerjaannya, juga bertanggung jawab atas perkembangan anak. Hal ini yang sering dikhawatirkan oleh ibu bekerja, mereka khawatir jika tidak dapat memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Achmad (dalam Wibowo, 2011) mengemukakan bahwa jumlah wanita yang mencari kerja akan semakin bertambah dari waktu ke waktu pada sebagian wilayah di dunia. Hal ini dipengaruhi oleh kesetaraan kesempatan yang diperoleh perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan juga pekerjaan.
Baca Juga: 10 Makanan Pencegah Kanker Serviks
Work life Balanced tentu saja dapat dimiliki oleh ibu bekerja, jika mereka dapat membagi waktu dan perhatian antara pekerjaan dan keluarga. Juga dengan keteguhan hati bahwa keluarga merupakan fokus yang paling utama. Namun, tentu saja ada beberapa hal terkait pekerjaan ibu yang dapat memengaruhi pengasuhan buah hati mereka, antara lain:
- Kesepakatan dalam keluarga mengenai pembagian peran dalam rumah tangga.
- Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh ibu, pekerjaan yang stressfull atau pekerjaan yang lebih santai
- Jarak antara kantor dan rumah.
- Lokasi kerja, apakah harus dikerjakan di kantor atau bisa dikerjakan di rumah.
- Adakah orang yang dapat dipercaya untuk mengurus segala kebutuhan anak saat ibu bekerja, dll.
Nah, agar pengasuhan anak pada ibu bekerja bisa tetap berjalan secara optimal, dan ibu tetap bisa menjalankan berbagai perannya, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Carilah pengasuh yang berkualitas untuk menemani anak. Hal ini bertujuan agar ibu benar-benar yakin dan merasa percaya diri saat harus bekerja dan meninggalkan anak bersama pengasuhnya.
- Jika anak ‘dititipkan’ kepada keluarga dekat (orang tua atau mertua), sebaiknya mereka memang bersedia dan mampu untuk membantu mengurus anak. Walaupun dititipkan pada keluarga, tetap sediakan pengasuh yang berkualitas, jadi keluarga hanya perlu mengawasi.
- Buatlah daftar kegiatan harian yang bisa dilakukan oleh anak-anak, sehingga pengasuh lebih mudah untuk mendampingi anak-anak
- Berikan juga fasilitas untuk bermain bagi anak, misalnya puzzle, buku gambar, pensil warna, dan mainan edukatif lainnya.
- Buat list aturan yang harus diterapkan kepada anak, seperti jam tidur siang, penggunaan gadget, dll.
- Meminimalisasi kerepotan yang terjadi pagi hari. Contohnya dengan menyiapkan pakaian dan segala keperluan yang akan dipakai atau dibawa dari malam hari, menyiapkan sarapan sederhana dan sehat yang tidak membutuhkan waktu lama untuk mengerjakannya, dan bangun lebih pagi. Bila melakukan hal ini, diharapkan ibu tidak terburu-buru saat pagi hari, dan bisa tetap melakukan segala rutinitas dengan santai dan tenang.
- Buat jadwal pengaturan transportasi anak, misalnya siapa yang mengantar dan menjemput ke sekolah atau tempat les.
- Usahakan setiap hari ibu bisa berkomunikasi dengan anak-anak, melalui telepon pengasuh atau keluarga atau melakukan video call.
- Setelah kembali dari bekerja, istirahat sejenak atau rileksasi sejenak, supaya dapat fokus dan tenang saat berhadap dan bermain dengan anak.
- Ibu juga berhak untuk mendapatkan ‘me time’, dengan melakukan hobi atau kegiatan positif yang disukai, maupun memanjakan diri ke salon.
- Rencanakan kegiatan positif bersama keluarga, misalnya liburan, berenang, main sepeda, menonton film di bioskop, dll.
Baca Juga: Ternyata Kurang Tidur Picu Kanker Payudara
Nah, selain saran-saran di atas, hal yang tidak kalah penting adalah buat jadwal untuk bisa tetap menghabiskan waktu berdua dengan pasangan. Karena hubungan yang harmonis antara suami dan istri tentu saja akan memberikan dampak positif bagi pengasuhan anak.
Apabila Sahabat memerlukan informasi lebih lanjut mengenai ibu rumah tangga dan wanita karier serta membutuhkan produk-produk kesehatan yang berkaitan, silakan menghubungi Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik https://www.prosehat.com/wa.
Referensi:
– Handayani, A., Maulia, D., & Yulianti, P. D. (2012). Pengaruh konflik peran ganda terhadap kinerja guru. Penilaian kinerja untuk peningkatan profesionalisme guru berkelanjutan. prosiding.upgrismg.ac.id/
– Wibowo, (2011). Peran Ganda Perempuan Dan Kesetaraan Gender. Muwazah, 2.