Telp / WhatsApp : 0811-1816-800

Posts tagged “ gay”

  • Gay, biseksual maupun pria yang berhubungan seksual dengan sesama pria (LSL: lelaki seks dengan lelaki) memiliki risiko tertular virus HIV lebih besar dari pasangan heteroseksual. AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndromes adalah penyakit yang sangat popular saat ini, terutama di kalangan pasangan homoseksual. Banyak yang mengaitkan penyakit ini dengan pasangan sejenis, dan ternyata di Indonesia […]

    Ancaman HIV/AIDS Pada Pasangan Gay

    prosehat gay couple

    Gay, biseksual maupun pria yang berhubungan seksual dengan sesama pria (LSL: lelaki seks dengan lelaki) memiliki risiko tertular virus HIV lebih besar dari pasangan heteroseksual. AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndromes adalah penyakit yang sangat popular saat ini, terutama di kalangan pasangan homoseksual. Banyak yang mengaitkan penyakit ini dengan pasangan sejenis, dan ternyata di Indonesia sendiri, tingkat presentasenya cukup besar:

    • Berdasarkan CDC, pada tahun 2010, ditemukan 72% orang yang terjangkit virus HIV adalah gay dan biseksual dengan rentang usia 13-24 tahun.

    Ancaman HIV AIDS pada pasangan gay atau homoseksual memang patut dikhawatirkan karena tingkat penularannya yang sangat tinggi, karena hubungan seks melalui anal, mukosa anus yang tipis tidak dipersiapkan untuk koitus sehingga mudah pecah, rusak dan virus dapat langsung masuk. Badan organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan pria gay untuk mengkonsumsi obat antiretroviral yang sempat dibahas di sini, sebagai usaha melindungi diri sendiri dari infeksi HIV, selain tentunya menggunakan kondom setiap bercinta dengan sejenisnya.

    Baca Juga: HIV dan AIDS: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Fakta, dan Mitos

    Mengkonsumsi obat antiretroviral merupakan salah satu upaya pencegahan dan perlindungan dari penyakit sebelum terpapar virus HIV. Pencegahannya adalah dengan mengonsumsi 1 pil ARV bagi mereka yang masuk ke dalam kelompok berisiko tinggi seperti pasangan sejenis yang telah hidup bersama dan 1 pil ARV bagi mereka yang sudah positif terinfeksi virus HIV.

    Produk Terkait: Cek HIV/AIDS di Klinik

    Menurut Gotfried Hirnschall, sebagai direktur departemen WHO, “Secara global WHO mengalami kesulitan menangani penyebaran HIV pada negara dengan populasi berisiko tinggi namun rendahnya layanan kesehatan.”

    Populasi berisiko tinggi yang dimaksud adalah pasangan gay (sejenis), biseksual, pria yang berhubungan seks dengan pria, transgender wanita (berganti kelamin), pekerja seks, pemadat (orang yang menggunakan narkoba/jarum suntik) dan para tahanan.

    Baca Juga: 10 Pertanyaan Penting Seputar HIV/AIDS

    Bentuk pencegahan dengan konsumsi obat ARV dapat menekan penularan HIV pada pria gay hingga sebesar 20-25 persen dan dalam jangka waktu 10 tahun. Sebaiknya pasangan gay menyadari ancaman yang mengintai dan konsisten untuk konsumsi obat ARV sehingga risiko penularan dapat ditekan hingga 92 persen (pada orang yang berisiko tinggi).

    Perlindungan tambahan pada pria gay lebih digalakkan karena dikhawatirkan terjadi peningkatan insiden HIV  yang berujung kematian. Hal ini atas dasar penelitian WHO yang menemukan bahwa:

    • pekerja seks wanita berisiko 14 kali tertular HIV dibanding wanita pada umumnya
    • pria gay berisiko 19 kali tertular HIV dibanding populasi umum
    • wanita transgender memiliki risiko hingga 50 kali lebih besar dibanding orang dewasa lainnya
    • orang yang memakai narkoba jarum suntik berisiko 50 kali lebih tinggi dibanding populasi umum

    Akibat ledakan epidemi pada populasi kelompok pasangan sejenis ini maka upaya pencegahan harus digalakkan. Di seluruh dunia sendiri terdapat 35,3 juta orang dengan HIV, namun peningkatan jumlah pasien ini terjadi karena kemajuan tes deteksi dini virus HIV. Dan kombinasi obat ARV yang semakin baik memperpanjang hidup orang dengan infeksi HIV hingga bertahun-tahun lamanya. Konsumsi obat antiretroviral dapat membuat virus HIV tidak terdeteksi, namun nasib naas terkadang berkata lain. Seperti yang baru-baru ini dialami aktor kondang Hollywood, Charlie Sheen. Gaya hidupnya yang kerap meniduri 4 bintang porno setiap harinya dan rajin minum obat kombinasi ARV berujung pada HIV yang sudah dibahas di sini.

    Baca Juga: Apakah Virus HIV/AIDS Dapat Ditularkan Saat Facial?

    Apabila Sahabat memerlukan informasi lebih lanjut mengenai HIV AIDS dan pencegahannya serta produk-produk kesehatan yang berkaitan silakan hubungi Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Better be prepared than sorry.

    Referensi:

    Read More
  • Beberapa waktu lalu ramai diberitakan tentang penggerebekan pesta seks sesama jenis (gay) di sebuah rumah mewah di daerah Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Berita tentang gay, LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender), homoseksual memang bukan hal baru. Lantas, yang kerap menjadi pertanyaan ialah apakah perilaku gay ini menular? Mari kita telusurui lebih lanjut: Pada tahun 1948, […]

    Benarkah Gay Bisa Menular?

    Beberapa waktu lalu ramai diberitakan tentang penggerebekan pesta seks sesama jenis (gay) di sebuah rumah mewah di daerah Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Berita tentang gay, LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender), homoseksual memang bukan hal baru. Lantas, yang kerap menjadi pertanyaan ialah apakah perilaku gay ini menular? Mari kita telusurui lebih lanjut:

    Pada tahun 1948, World Health Organisation (WHO) dalam International StatisticalClassification of DiseasesandRelated Health Problem (ICD-6) mengklasifikasikan homoseksual sebagai penyimpangan atau gangguan seksual yang diduga mencerminkan gangguan mental sebagai alasan yang mendasarinya. Pandangan bahwa homoseksualitas sebagai penyakit dimunculkan pertama kali oleh Sigmund Freud. Menurut Freud, homoseksualitas terjadi karena seseorang tumbuh di keluarga yang penuh konflik dan abnormal. Ketika beragam budaya di dunia menganggap LGBT dan ekspresi gender lainnya sebagai bagian dari masyarakat, dunia barat menyatakan bahwa LGBT merupakan penyakit.

    Sedangkan di Indonesia, pedoman yang digunakan yaitu Pedoman Penggolongan Penyakit dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) versi III yang diterbitkan oleh Kemenkes pada tahun 1993. LGBT dicantumkan dalam PPDGJ-III sebagai orientasi seksual tapi bukan gangguan. Orientasi seksual dianggap menjadi gangguan ketika muncul ketidaknyamanan psikologis yang dialami oleh seseorang atas orientasinya.

    Lalu benarkah LGBT bisa menular? Anggapan ini diduga berasal dari penilaian beberapa orang yang bergaul dengan LGBT, kemudian mereka menjadi bagian dari LGBT. Ada beberapa asumsi yang dapat digunakan untuk menjelaskan ini.

    Asumsi yang pertama ialah terkait konformitas di mana seseorang akan mengikuti perilaku kelompok atau teman bermainnya. Oleh karena itu, banyak yang khawatir bahwa LGBT dapat menular.

    Asumsi yang kedua adalah penularan itu sebenarnya hanya terjadi kepada LGBT yang berpura-pura sebagai straight atau heteroseksual. Orang-orang seperti ini dinamakan gayinthecloset (atau gay yang menutupi identitas dirinya) atau bisa jadi biseksual (orang yang tertarik kepada perempuan dan laki-laki, baik secara romantis maupun seksual) yang berpura-pura straight. Hal ini terjadi karena mereka yang berpura-pura straightsebelumnya merasa takut untuk menjadi dirinya karena stigma masyarakat, kemudian merasa nyaman dan akhirnya berani menjadi dirinya saat mereka berada di komunitas yang lebih terbuka.

    Ada pula penelitian yang diterbitkan Archives of SexualBehavior, pola ketertarikan sesama jenis pada usia remaja tidak ada hubungannya dengan teman-teman atau pergaulan mereka. Senada dengan hal tersebut, mengutip dari Kompas, dr. RoslanYusni Hasan, SpBS, seorang ahli bedah saraf menegaskan bahwa orientasi seksual TIDAK BISA DITULARKAN. Masyarakat mengira kalau bergaul dengangay akan membuatnya jadi gay juga. Padahal menurut dr. Roslan, orang tersebut pada dasarnya sudah punya bakat gay secara biologis. Kemudian dia akan bergaul dengan orang yang senasib atau sepemikiran juga dengan dirinya.

    Jadi, bakat seseorang menjadi lesbian, gay, biseksual, transgender, sebenarnya sudah terbentuk sejak ia menjadi janin di dalam kandungan. Terbentuknya jenis kelamin, gender, dan orientasi seksual merupakan proses yang terpisah, meski saling berkaitan. Hal ini menyebabkan ada orang dengan jenis kelamin laki-laki, tetapi gendernya belum tentu maskulin, dan orientasi seksualnya belum tentu ke perempuan. Seseorang yang berkromosom XX belum tentu berjenis kelamin perempuan, demikian halnya kromosom XY belum tentu berjenis kelamin laki-laki. Fakta biologisnya, terjadi banyak variasi genetik, baik kromosom hilang maupun berlebihan.

    Pada orang yang sudah punya bakat homoseksual sejak lahir, ia menemukan kesamaan dengan homoseksual lainnya. Alhasil ia jadi lebih percaya diri dan nyaman dengan identitasnya. Lambat laun ia jadi menerima dan mengakui bahwa dirinya terlahir sebagai gay. Itulah sebabnya tak sedikit yang salah menduga bahwa gay itu menular. Namun jika Sobat tidak punya bakat gen homoseksual, tak perlu mengkhawatirkan gay bisa menular.

    Nah, informasi atau artikel menarik lainnya, terutama seputar kesehatan, Sobat dapat mengakses www.prosehat.com atau install aplikasi ProSehat . Keterangan lanjut bisa menghubungi Asisten Kesehatan Maya melalui Telp/SMS /WhatsApp: 0811-18-16-800 sekarang juga!

    Referensi:
    1. Noorvitri I. Apakah LGBT Menular? – Pijar Psikologi [Internet]. Pijar Psikologi. 2018 [cited 5 October 2018]. Availablefrom: pijarpsikologi.org/apakah-lbgt-menular/
    2. Media K. Neurolog: LGBT Bukan Kelainan atau Penyakit – Kompas.com [Internet]. KOMPAS.com. 2018 [cited 5 October 2018]. Availablefrom: lifestyle.kompas.com/read/2016/02/10/111500023/Neurolog.LGBT.Bukan.Kelainan.atau.Penyakit
    3. Lehmiller J, Lehmiller J. IsSame-SexAttraction “Contagious” WithinAdolescent Social Networks? [Internet]. Sex And Psychology. 2018 [cited 5 October 2018]. Availablefrom: lehmiller.com/blog/2015/4/24/is-same-sex-attraction-contagious-within-adolescent-social-networks

    Read More
Chat Asisten Maya
di Prosehat.com