Telp / WhatsApp : 0811-1816-800

Archive for Category: Kesehatan Umum

Showing 171–180 of 1371 results

  • Awas, Masalah Gizi pada Remaja Menyebabkan 7 Penyakit Ini Apakah Sahabat Sehat sering merasa mudah lelah dan lesu yang tak berkesudahan? Meski Sahabat Sehat tidak melakukan aktivitas berat, namun tubuh terasa tidak cukup bersemangat. Kalau ya, Sahabat Sehat perlu waspada karena salah satu penyebabnya adalah akibat kurang darah (atau disebut juga anemia). Apa Itu Kurang […]

    Sering Merasa Lemas dan Mengantuk? Waspada Kurang Darah

    Awas, Masalah Gizi pada Remaja Menyebabkan 7 Penyakit Ini Apakah Sahabat Sehat sering merasa mudah lelah dan lesu yang tak berkesudahan? Meski Sahabat Sehat tidak melakukan aktivitas berat, namun tubuh terasa tidak cukup bersemangat. Kalau ya, Sahabat Sehat perlu waspada karena salah satu penyebabnya adalah akibat kurang darah (atau disebut juga anemia).

    Sering Merasa Lemas dan Mengantuk Waspada Kurang Darah

    Sering Merasa Lemas dan Mengantuk? Waspada Kurang Darah

    Apa Itu Kurang Darah ?

    Anemia atau disebut juga kurang darah adalah kondisi ketika tubuh kekurangan kadar sel darah merah (hemoglobin). Hemoglobin yang mengandung zat besi berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru menuju otak dan organ lainnya. Saat oksigen mengalir dengan lancar, maka tubuh juga akan bekerja dengan optimal dalam menghasilkan energi. Oleh sebab itu ketika tubuh kekurangan hemoglobin, tubuh akan mudah lelah.

    Apa Saja Gejala Kurang Darah?

    Selain menyebabkan lelah dan lesu, rendahnya sel darah merah dapat mempengaruhi  transportasi sirkulasi karbondioksida dan oksigen dalam tubuh, sehingga dapat menimbulkan tanda dan gejala sebagai berikut:

    • Nafas terengah-engah, terutama saat berolahraga
    • Kelelahan yang tidak berkesudahan
    • Pengelihatan kabur
    • Sulit berkonsentrasi
    • Jantung berdebar tanpa sebab yang jelas
    • Pusing
    • Sakit kepala
    • Pucat
    • Kedinginan atau kesemutan pada kaki dan tangan
    • Kulit kering 
    • Rambut rontok
    • Sulit tidur

    Selain itu, juga dapat disertai keluhan lain sesuai dengan penyebab kurang darah yakni:

    Anemia aplastik

    dapat disertai keluhan demam, mudah terinfeksi penyakit lain, dan ruam kulit.

    Anemia defisiensi asam folat

    dapat disertai keluhan diare, gelisah, dan lidah tampak licin.

    Anemia hemolitik

    dapat disertai keluhan kulit tampak kuning, urin berwarna gelap, demam, dan sakit perut. 

    Anemia sel sabit

    dapat disertai keluhan pembengkakan pada kaki, tangan, serta kelelahan dan kulit tampak kuning. 

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Apa Penyebab Anemia?

    Apabila tanda atau gejala di atas sudah dialami dalam waktu yang lama, maka Sahabat Sehat perlu melakukan pemeriksaan darah di fasilitas kesehatan untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam tubuh. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya anemia, antara lain:

    • Kekurangan zat besi
    • Kekurangan vitamin B-12
    • Penyakit kronis, seperti hipertiroidisme, hipotiroidisme, penyakit ginjal akut, lupus, AIDS, diabetes, serta penyakit langka lainnya
    • Kehamilan
    • Lahir prematur
    • Kehilangan terlalu banyak darah, misalnya saat menstruasi, wasir, gastritis, habis operasi atau trauma
    • Efek samping obat-obatan, seperti ibuprofen
    • Memiliki riwayat penyakit bawaan, seperti anemia sel sabit atau thalassemia

    Baca Juga: Apa Saja Risiko Kurang Konsumsi Buah dan Sayur?

    Bagaimana Cara Mengatasi Kurang Darah ?

    Kurang darah atau disebut juga Anemia termasuk masalah kesehatan yang umum terjadi, namun bukan berarti Sahabat Sehat dapat menyepelekannya. Pasalnya, gejala kurang darah terus dibiarkan dalam waktu lama justru dapat memicu munculnya gejala lain yang lebih berat misalnya:

    • Kehilangan konsentrasi
    • Depresi
    • Kuku tampak kebiruan
    • Menurunnya gairah seksual 

    Penanganan nya bertujuan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah sekaligus meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Berikut beberapa cara untuk mengatasi kurang darah, berdasarkan jenisnya:

    Anemia defisiensi bes

     Dapat diatasi dengan mengkonsumsi suplemen zat besi dan memperbaiki pola makan. Selain itu, dokter mungkin akan mengidentifikasi dan memberikan perawatan yang tepat apabila terjadi perdarahan yang berlebihan. 

    Anemia defisiensi vitamin B 12

    Dapat diatasi dengan pemberian suplemen makanan dan asupan gizi yang kaya vitamin B 12.

    Thalassemia

    Dapat diatasi dengan mengkonsumsi suplemen asam folat, pemberian terapi kelasi besi, transfusi darah, hingga transplantasi sumsum tulang belakang mungkin dibutuhkan. 

    Anemia karena penyakit kronis

    Penanganan akan disesuaikan dengan penyakit kronis yang diderita.

    Anemia aplastik

    Penanganan dapat berupa transfusi darah atau hingga transplantasi sumsum tulang. 

    Anemia sel sabit

    Penanganan berupa pemberian obat, transfusi darah, dan lainnya sesuai kondisi pasien.

    Anemia hemolitik

    Penanganannya berupa pemberian obat untuk menekan sistem imun, dan penanganan lainnya sesuai kondisi pasien. 

    Baca Juga: Awas, Masalah Gizi pada Remaja Menyebabkan 7 Penyakit Ini

    Bagaimana Mencegah Kurang Darah ?

    Meski ada beberapa jenis anemia yang tidak dapat dicegah, namun Sahabat Sehat dapat menjaga kesehatan tubuh dengan mengkonsumsi beberapa jenis makanan seperti :

    Makanan Sumber Zat Besi

    Misalnya daging sapi dan daging lainnya, kacang-kacangan, lentil, sereal yang diperkaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua dan buah-buahan kering termasuk makanan yang mengandung tinggi zat besi. 

    Asam Folat

    Asam folat merupakan asupan yang juga bagus untuk ibu hamil. Asam folat dapat ditemukan pada buah-buahan dan jus buah, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong, kacang merah, kacang tanah, dan produk biji-bijian yang diperkaya asam folat, seperti roti, sereal, pasta dan nasi. 

    Vitamin B-12

    Makanan yang memiliki kadar vitamin B-12 tinggi yaitu daging, produk susu, dan sereal serta produk kedelai yang diperkaya vitamin B-12.

    Vitamin C

    Beberapa makanan yang mengandung vitamin C, misalnya buah dan jus jeruk, paprika, brokoli, tomat, melon, dan stroberi. Selain itu, makanan tersebut juga mampu membantu meningkatkan proses penyerapan zat besi. 

    Baca Juga: Sering Alami Lemas dan Pucat? Waspadai Gejala Kurang Darah

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai berbagai gejala kurang darah serta cara mencegahnya. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

     

    Referensi

    1. Mayo Clinic. Anemia – Diagnosis and treatment [Internet]. USA : Mayo Clinic.
    2. WebMD. Anemia [Internet]. USA : WebMD.
    3. Cleveland Clinic. Anemia: Symptoms, Types, Causes, Risks, Treatment & Management [Internet]. USA : Cleveland Clinic.
    4. National Health Service. Iron deficiency anemia [Internet]. UK : National Health Service.
    5. Medical News Today. Anemia: Symptoms, treatments, types, and causes [Internet]. USA : Medical News Today.
    Read More
  • Campak atau yang disebut dengan measles merupakan salah satu penyakit sangat menular yang biasanya menyerang anak-anak yang ditandai dengan ruam kemerahan namun tidak berisi cairan seperti ruam kemerahan yang terjadi pada cacar air. Si kecil yang belum mendapatkan imunisasi campak lebih beresiko untuk tertular penyakit ini. Orang tua harus mewaspadai komplikasi akibat campak pada anak karena […]

    Komplikasi Akibat Campak Pada Anak dan Cara Mencegahnya

    Campak atau yang disebut dengan measles merupakan salah satu penyakit sangat menular yang biasanya menyerang anak-anak yang ditandai dengan ruam kemerahan namun tidak berisi cairan seperti ruam kemerahan yang terjadi pada cacar air. Si kecil yang belum mendapatkan imunisasi campak lebih beresiko untuk tertular penyakit ini.

    Orang tua harus mewaspadai komplikasi akibat campak pada anak karena dapat mempengaruhi tumbuh kembang si kecil. maka dari itu cegah sejak dini.

    Komplikasi Akibat Campak Pada Anak dan Cara Mencegahnya

    Komplikasi Akibat Campak Pada Anak dan Cara Mencegahnya

    Resiko Penyakit Campak

    Berikut ini beberapa orang yang beresiko tertular campak lebih tinggi :

    • Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksinasi lebih beresiko untuk tertular campak dan terjadi komplikasi saat mereka terkena campak, termasuk komplikasi yang paling serius yaitu kematian.
    • Ibu hamil yang tidak divaksinasi juga lebih beresiko untuk tertular campak.

    Campak masih umum terjadi di beberapa negara berkembang terutama di beberapa negara bagian Afrika dan Asia. Sebagian besar (lebih dari 95%) kematian akibat komplikasi campak terjadi di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan infrastruktur kesehatan yang lemah.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Bagaimana Cara Penularan Campak ?

    Campak merupakan salah satu penyakit paling menular di dunia. Campak menyebar melalui batuk dan bersin, kontak pribadi atau kontak langsung dengan sekresi atau cairan hidung dan tenggorokan dari pasien yang terinfeksi.

    Virus tetap aktif dan menular di udara atau permukaan yang terinfeksi hingga mencapai 2 jam. Virus dapat ditularkan oleh penderita sejak 4 hari sebelum munculnya ruam kemerahan pada kulit hingga 4 hari setelah ruam kemerahan mereda.

    Baca Juga: Pentingnya Imunisasi Campak – Berikut Penjelasannya

    Apa Gejala Campak Pada Anak ?

    Gejala awal penyakit ini biasanya terjadi 1-2 minggu setelah tertular virus. Gejala yang timbul seperti :

    • Mata merah, bengkak dan sensitif terhadap cahaya
    • Tanda menyerupai pilek (sakit tenggorokan, batuk kering dan pilek)
    • Bercak putih keabu-abuan di mulut dan tenggorokan 
    • Demam tinggi
    • Lemas
    • Tidak nafsu makan
    • Diare
    • Mual dan muntah

    Ruam kemerahan pada kulit yang timbul paling lambat 4 hari setelah gejala pertama muncul serta menetap selama 7 hari, dimulai dari belakang telinga, kemudian menyebar ke kepala dan leher hingga akhirnya menyebar keseluruh tubuh.

    Apa Saja Komplikasi Akibat Campak?

    Sahabat Sehat, komplikasi berat akibat campak dapat terjadi terutama pada anak dengan resiko tinggi yang mengalami hal berikut :

    • Usia muda, terutama anak dibawah usia 1 tahun
    • Malnutrisi atau anak dengan gangguan gizi (marasmus dan kwashiorkor)
    • Pemukiman padat penduduk yang lingkungan dan sanitasi nya sangat buruk
    • Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak yang terinfeksi HIV, gangguan gizi dan juga keganasan
    • Anak dengan defisiensi vitamin.

    Baca Juga: Gejala Campak yang Dapat Ibu Kenali dan Cara Mencegahnya

    Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada tubuh akibat terinfeksi campak, yakni :

    • Infeksi dan peradangan paru, misalnya bronkopneumonia, laringotraqueobronquitis (croup).
    • Diare yang dapat diikuti dengan kekurangan cairan tubuh (dehidrasi)
    • Infeksi pada telinga (otitis media)
    • Gangguan pada sistem saraf seperti ensefalitis, dan gangguan Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE) yang merupakan suatu proses degeneratif atau penuaan akibat infeksi virus campak sehingga penderitanya akan mengalami perubahan tingkah laku, keterbelakangan mental, kejang hingga gangguan motorik.
    • Gangguan pada mata (keratitis)
    • Infeksi pada darah (septikemia).

    Apa Saja Pencegahan Campak ?

    Penyakit campak dapat dicegah dengan cara melakukan vaksinasi MR (Measles dan Rubella), yang diberikan pada anak usia 9 bulan, 18 bulan dan kelas 1 SD atau usia 6 tahun. Selain itu juga dapat diberikan vaksin gabungan MMR (Measles, Mumps, dan Rubella) yang merupakan vaksin gabungan untuk mencegah campak, gondongan dan campak jerman, dapat diberikan sebanyak 2 kali pada anak berusia 12 bulan dan 5 tahun.

    Baca Juga: Cegah Komplikasi Sakit Campak Pada Anak dengan Vaksinasi

    Nah Sahabat Sehat itulah mengenai berbagai komplikasi akibat campak yang rentan dialami Si Kecil. Untuk mencegah campak, segera berikan imunisasi campak untuk Si Kecil.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia Dewi
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Daftar Pertanyaan Seputar Imunisasi Campak/Measles dan Rubella (MR) [Internet]. Indonesia : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
    2. Universitas Andalas. Pendahuluan [Internet]. Indonesia : Universitas Andalas.
    3. World Health Organization. Measles [Internet]. USA : World Health Organization.
    4. RSUD Kota Bogor. Campak atau Measles [Internet]. Indonesia : RSUD Kota Bogor.
    5. Gustian R. Campak pada Anak [Internet]. Indonesia : CDK Journal.
    Read More
  • Sifilis pertama kali dideteksi di Eropa pada akhir abad ke 15 dan pada tahun 1905, Schaudinn dan Hoffman menemukan penyebab penyakit ini yaitu akibat infeksi bakteri Treponema pallidum yang ditularkan melalui kontak seksual. Sifilis atau disebut juga dengan sebutan “Penyakit raja singa” ditandai dengan munculnya luka pada area kelamin dan dubur, tanpa rasa nyeri sehingga […]

    Metode Skrining yang Digunakan untuk Mendeteksi Sifilis

    Sifilis pertama kali dideteksi di Eropa pada akhir abad ke 15 dan pada tahun 1905, Schaudinn dan Hoffman menemukan penyebab penyakit ini yaitu akibat infeksi bakteri Treponema pallidum yang ditularkan melalui kontak seksual.

    Sifilis atau disebut juga dengan sebutan “Penyakit raja singa” ditandai dengan munculnya luka pada area kelamin dan dubur, tanpa rasa nyeri sehingga kadang kala tidak disadari oleh penderitanya. Namun pada tahap ini, infeksi sifilis sudah dapat menular ke orang lain.

    Metode Skrining yang Digunakan untuk Mendeteksi Sifilis

    Metode Skrining yang Digunakan untuk Mendeteksi Sifilis

    Jenis Sifilis

    Sifilis dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yakni :

    Sifilis yang didapat

    Yaitu kondisi infeksi sifilis yang didapatkan akibat berhubungan seksual dengan penderita sifilis. Kondisi ini terdiri dari beberapa stadium :

    • Stadium primer

    Pada tahapan ini ditandai dengan luka (atau disebut juga “Chancre”) di tempat bakteri masuk. Luka yang muncul mungkin akan terlihat seperti bekas gigitan serangga, tetapi tidak menimbulkan rasa sakit. Hal ini yang menyebabkan gejala awal ini seringkali tidak disadari. Luka ini hanya bertahan selama 1-2 bulan kemudian selanjutnya akan menghilang tanpa bekas

    • Stadium sekunder

    Pada tahapan ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh yang biasanya muncul pada telapak kaki dan telapak tangan. Selain ruam, biasanya juga disertai gejala lainnya seperti demam, nafsu makan menurun, radang tenggorokan dan muncul kutil kelamin.

    • Sifilis laten

    Luka akibat infeksi mungkin akan terlihat sembuh dan tidak menimbulkan bekas, namun ini justru menjadi pertanda sifilis memasuki fase lanjut. Setelah luka menghilang, biasanya terjadi selama dua tahun, penyakit ini akan masuk ke tahap sifilis tersier.

    • Stadium tersier

    Pada tahapan ini, kuman penyebab sifilis telah menyebabkan kerusakan organ tubuh lainnya seperti kerusakan otak, saraf dan jantung. Pada stadium ini dapat terjadi kelumpuhan, kebutaan, demensia hingga masalah pendengaran bahkan kematian.

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Sifilis kongenital atau genetik

    Wanita hamil yang mengidap sifilis sangat berpeluang menularkan ke janin. Berita baiknya, resiko penularan bisa dikurangi jika ibu hamil sudah mendapat pengobatan sifilis sebelum usia kehamilan mencapai usia 4 bulan.

    Sifilis yang tidak diobati dengan tepat bisa memicu terjadinya komplikasi berupa bayi lahir dengan sifilis atau bayi terlahir kurang bulan atau prematur. Sifilis pada wanita hamil juga bisa menyebabkan keguguran.

    Baca Juga: Mengapa Calon Pengantin Perlu Vaksin HPV? Ini Penjelasannya

    Pemeriksaan Sifilis

    Berikut ini berbagai pemeriksaan laboratorium darah yang dapat membantu menegakan diagnosa sifilis :

    • Pemeriksaan Treponema

    Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi yang secara spesifik berkaitan dengan penyebab sifilis. Pemeriksaan Treponema terdiri dari berbagai jenis yaitu :

    1. Test FTA-ABS (Fluorescent treponemal antibody absorption)
    2. Test TP-PA (Treponema pallidum particle agglutination assay)
    3. Test MHA-TP (Microhemagglutination assay)
    4. Test IA (Immunoassays).
    • Pemeriksaan Non-treponema

    Pemeriksaan ini tidak spesifik terhadap kuman penyebab sifilis. Antibodi yang dideteksi dapat dihasilkan oleh tubuh ketika terinfeksi bakteri penyebab sifilis dan juga pada kondisi lainnya. Pemeriksaan Non-Treponema yang dilakukan untuk mendeteksi sifilis ada 2 jenis, yaitu :

    1. Test Rapid Plasma Reagin (RPR)
    2. Test Venereal Disease Research Laboratory (VDRL).

    Baca Juga: Selain Wanita, Seberapa Penting Vaksin HPV untuk Pria?

    Siapa Saja yang Membutuhkan Skrining Pemeriksaan Sifilis?

    Pemeriksaan skrining untuk mendeteksi infeksi sifilis dalam tubuh, perlu dilakukan oleh beberapa kelompok orang berikut :

    • Pekerja seks komersial
    • Penderita HIV/AIDS yang masih aktif berhubungan seksual
    • Seseorang yang mempunyai pasangan seks lebih dari satu dan tanpa menggunakan kondom
    • Seseorang yang melakukan hubungan intim melalui anus (anal seks)

    Bagi kelompok orang diatas disarankan untuk melakukan pemeriksaan skrining setiap 3-6 bulan sekali.

    Baca Juga: Intip 6 Tips Menghindari Perilaku Seks Berisiko

    Nah,  Sahabat Sehat, itulah mengenai berbagai cara mendeteksi sifilis. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jesica Chintia D
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Siagian M, Rinawati R. Diagnosis dan Tata Laksana Sifilis Kongenital. Sari Pediatri, 5(2), p.52.
    2. Darmawan H, Purwoko I, Devi M. Sifilis Pada Kehamilan. Sriwijaya Journal of Medicine, 3(1), pp.73-83.
    3. Universitas Udayana. Infeksi Sifilis Pada Kehamilan [Internet]. Indonesia : Universitas Udayana.
    4. Romito K, Thompson E. Syphilis Tests [Internet]. USA : Michigan Medicine.
    5. Medline Plus. Syphilis Tests: MedlinePlus Medical Test [Internet]. USA : Medline Plus.
    Read More
  • Makanan dan minuman yang kotor akibat sanitasi yang buruk dapat menularkan berbagai macam penyakit. Penyakit-penyakit tersebut dapat berupa tifoid, diare hingga hepatitis. Terdapat beberapa jenis dari virus hepatitis, namun salah satu yang sering ditemukan akibat sanitasi yang buruk adalah penyakit hepatitis A. Nah Sahabat Sehat, bagaimana mencegah terinfeksi hepatitis A bagi yang sering makan diluar […]

    Cara Mencegah Hepatitis A Bagi Kamu yang Suka Kulineran

    Makanan dan minuman yang kotor akibat sanitasi yang buruk dapat menularkan berbagai macam penyakit. Penyakit-penyakit tersebut dapat berupa tifoid, diare hingga hepatitis. Terdapat beberapa jenis dari virus hepatitis, namun salah satu yang sering ditemukan akibat sanitasi yang buruk adalah penyakit hepatitis A.

    Nah Sahabat Sehat, bagaimana mencegah terinfeksi hepatitis A bagi yang sering makan diluar ? Mari simak penjelasan berikut.

    Cara Mencegah Hepatitis A Bagi Kamu yang Suka Kulineran

    Cara Mencegah Hepatitis A Bagi Kamu yang Suka Kulineran

    Penyebab Hepatitis A

    Hepatitis A merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Data dari World Health Organization mengatakan bahwa pada tahun 2016 terdapat 7.134 orang yang meninggal akibat hepatitis A diseluruh dunia. Penyakit hepatitis A kerap ditemukan pada negara berkembang yang memiliki tingkat sanitasi kurang baik. 

    vaksin ke rumah, layanan ke rumah, vaksinasi di rumah aja

    Gejala Hepatitis A

    Gejala yang dapat diakibatkan hepatitis A, yakni demam, mual muntah, diare, nyeri perut, pegal-pegal, hingga warna kulit menjadi kuning. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis hepatitis A. Hasil tes darah yang menunjukan adanya antibodi terhadap virus hepatitis A, dapat menegakkan diagnosis bahwa seseorang terinfeksi hepatitis A.

    Baca Juga: Gejala Hepatitis A, Benarkah Mirip Influenza?

    Tips Mencegah Penyakit Hepatitis A

    Virus hepatitis A menular dengan cara fecal – oral, yaitu dari feses penderita hepatitis A yang kemudian masuk melalui makanan atau minuman akibat sanitasi yang buruk. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah penyakit hepatitis A:

    • Rajin mencuci tangan

    Cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir pada saat sebelum dan sesudah makan, untuk membunuh virus yang mungkin terdapat pada tangan Sahabat Sehat sehingga transmisi melalui makanan dapat dihindari.

    • Bersihkan buah dan sayur terlebih dahulu

    Buah dan sayur yang dibeli mungkin sebelumnya terpapar oleh kotoran yang mengandung hepatitis A. Bersihkan dahulu sebelum mengkonsumsi buah dan sayuran yang mentah.

    • Hindari mengkonsumsi makanan mentah

    Lebih baik lagi untuk menghindari makanan-makanan mentah. Masak terlebih dahulu makanan Sahabat Sehat sehingga kuman dan parasit mati.

    • Vaksinasi hepatitis A

    Vaksin untuk virus hepatitis A sudah tersedia. Sahabat Sehat dapat melakukan vaksinasi untuk mencegah terinfeksi virus hepatitis A. IDAI merekomendasikan pemberian imunisasi Hepatitis A setelah anak berusia 2 tahun dalam 2 dosis. Dosis ke-2 diulang setelah 6 bulan sampai 12 bulan berikutnya, namun bagi Sahabat Sehat yang sudah dewasa juga dapat mendapatkan vaksinasi ini.

    • Batasi kontak dengan penderita hepatitis A

    Harus diingat bahwa penyebaran infeksi hepatitis A dapat terjadi dari kontak erat seperti handuk mandi. Sahabat Sehat perlu membatasi kontak erat dan berbagi atau meminjam pakaian atau alat sanitasi lainnya dengan penderita hepatitis A untuk sementara waktu.

    Baca Juga: Hal Sepele yang Jadi Penyebab Hepatitis A Kambuh Lagi

    Jika Sahabat Sehat sering makan diluar, maka meningkatkan resiko terinfeksi hepatitis A. Pemberian vaksin hepatitis A sejak dini dapat membantu mencegah terinfeksi penyakit ini. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Iorio N, John S. Hepatitis A [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2021.
    2. Centers for Disease Control and Prevention. Hepatitis A Q&As for Health Professionals [Internet]. USA : Centers for Disease Control and Prevention. 2021.
    3. World Health Organization. Hepatitis A [Internet]. USA : World Health Organization. 2021.
    4. Medline Plus Medical Encyclopedia. Preventing hepatitis A [Internet]. USA : Medline Plus. 2021.
    5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Mengenal Hepatitis A pada Anak [Internet]. Indonesia : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2021.
    Read More
  • Sebagian besar penderita HIV dan AIDS (ODHA) tidak menyadari bahwa terinfeksi HIV. Oleh karena itu, bagi seseorang yang dicurigai menderita HIV dianjurkan menjalani pemeriksaan skrining HIV/Aids untuk deteksi awal. Sahabat Sehat, apa saja jenis pemeriksaan HIV ? Mari simak penjelasan berikut. Apa Itu HIV ? Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang dapat menyerang […]

    4 Metode yang Umum Digunakan Dalam Tes Pemeriksaan HIV

    Sebagian besar penderita HIV dan AIDS (ODHA) tidak menyadari bahwa terinfeksi HIV. Oleh karena itu, bagi seseorang yang dicurigai menderita HIV dianjurkan menjalani pemeriksaan skrining HIV/Aids untuk deteksi awal. Sahabat Sehat, apa saja jenis pemeriksaan HIV ? Mari simak penjelasan berikut.

    4 Metode yang Umum Digunakan Dalam Tes Pemeriksaan HIV

    4 Metode yang Umum Digunakan Dalam Tes Pemeriksaan HIV

    Apa Itu HIV ?

    Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang. Jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, kondisi HIV dapat menyebabkan semakin berat nya perkembangan penyakit dalam tubuh yang disebut sebagai AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) pada penderitanya. AIDS merupakan stadium akhir pada penderita HIV. Apabila Sahabat Sehat termasuk dalam kelompok orang yang berpotensi tinggi menderita HIV, alangkah baiknya jika mulai melakukan melakukan pemeriksaan HIV sedini mungkin. 

    Apa Saja Jenis Tes Pemeriksaan HIV dan AIDS?

    Pada sebagian besar kasus, diagnosis HIV biasanya ditegakkan berdasarkan dengan gejala yang dialami serta pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi virus HIV. Berikut adalah berbagai jenis pemeriksaan HIV/ AIDS :

    • Pemeriksaan Antibodi

    Pemeriksaan antibodi merupakan metode pemeriksaan HIV/AIDS yang paling umum dilakukan. Pemeriksaan HIV jenis ini tujuannya bukanlah untuk mencari penyakit atau virus penyebabnya, melainkan menemukan protein untuk menangkal penyakit atau yang dikenal sebagai antibodi. Protein tersebut dapat ditemukan di dalam darah, air liur, atau urin. 

    Untuk melakukan pemeriksaan HIV, dokter biasanya akan mengambil darah. Antibodi  dihasilkan dalam tubuh penderita HIV dalam kurun waktu sekitar 3 – 12 minggu hingga dapat terdeteksi dalam pemeriksaan tersebut. 

    • Pemeriksaan Antibodi-Antigen (Ab-Ag)

    Pemeriksaan HIV Antibodi-Antigen merupakan jenis pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi yang ditujukan terhadap HIV-1 atau HIV-2. Selain itu, pemeriksaan ini juga bertujuan untuk menemukan protein p24 yang merupakan antigen dari virus (bagian dari inti virus).

    Tubuh membutuhkan waktu beberapa minggu hingga terbentuknya antibodi usai infeksi awal. Artinya, pemeriksaan Antibodi-Antigen ini sangat memungkinkan untuk deteksi dini infeksi HIV. 

    Melalui pemeriksaan ini, diagnosis HIV dapat diketahui dalam kurun waktu satu minggu lebih cepat dari pada pemeriksaan antibodi. Apabila pemeriksaan ini menunjukan hasil positif,  dokter akan menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, misalnya pemeriksaan Western blot. 

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Pemeriksaan Serologi

    Terdapat tiga jenis pemeriksaan serologi yang umum direkomendasikan dalam pemeriksaan HIV dan AIDS, yakni:

    • Tes darah cepat

    Proses kerja pemeriksaan ini menggunakan reagen (bahan kimia aktif) yang telah dievaluasi dan direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan. Tes darah HIV dan AIDS in dapat mendeteksi antibodi HIV-1 maupun HIV-2. Selain itu, tes ini membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk dapat mengetahui hasilnya.

    • Tes ELISA

    Tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) atau yang dikenal juga sebagai EIA (enzyme immunoassay) yakni merupakan suatu pemeriksaan HIV untuk mendeteksi antibodi HIV-1 dan HIV-2. Tes ini dilakukan dengan menambahkan enzim ke cawan petri tersebut untuk mempercepat proses reaksi kimia. Namun, hasil tes ini baru dapat diketahui dalam kurun waktu 1 – 3 hari. 

    • Tes Western Blot

    Tes ini hanya dapat dilakukan untuk menindaklanjuti tes skrining awal yang menunjukan hasil positif HIV. Umumnya, pemeriksaan ini disarankan apabila tes ELISA yang sebelumnya dijalani menunjukan hasil positif HIV karena terkadang tes ELISA menunjukan hasil positif (false positif). 

    Pemeriksaan Western Blot juga  diperlukan apabila Sahabat Sehat didiagnosa positif HIV dari pemeriksaan sebelumnya. Kondisi yang dimaksud meliputi Lyme, sifilis, atau lupus yang mungkin mempengaruhi hasil pemeriksaan HIV.

    Meski tes Western Blot ini hanya membutuhkan waktu 1 hari untuk pengujiannya, namun perlu diingat bahwa tes ini hanya dapat dilakukan sebagai pemeriksaan lanjutan sebab tes Western Blot ini tidak akan membantu jika tanpa melakukan tes lain sebelumnya. 

    Baca Juga: 10 Pertanyaan Penting Seputar HIV AIDS

    Pemeriksaan Virologis Dengan PCR

    Pemeriksaan virologis merupakan salah satu jenis pemeriksaan HIV/AIDS yang dilakukan dengan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR). Tes ini sangat penting bagi ibu hamil yang terdiagnosa positif HIV. Selain itu, bayi yang baru lahir dari ibu yang positif HIV juga harus melakukan pemeriksaan ini minimal saat ini telah berusia 6 minggu. 

    Tes ini juga sangat direkomendasikan bagi anak umur dibawah 18 tahun yang dicurigai mengidap HIV. Tes ini kemungkinan juga dapat membantu mendeteksi adanya infeksi HIV dalam 4 minggu pertama setelah terpapar virus penyebab HIV. Berikut beberapa tes virologi yang dianjurkan, yaitu:

    • HIV DNA Kualitatif (EID)

    Jenis pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan darah lengkap atau dried blood spot (DBS), yakni pemeriksaan yang berfungsi dalam mendeteksi keberadaan virus HIV, dan bukan pada antibodi penangkalnya. Tes HIV DNA kualitatis ini digunakan untuk mendiagnosis HIV pada bayi. 

    • HIV RNA Kuantitatif

    Tes HIV dan AIDS RNA kuantitatif ini dilakukan dengan menggunakan plasma darah. Periksaan ini bertujuan untuk memeriksa jumlah virus yang di dalam darah (viral load HIV).  Metode pemeriksaan HIV dengan bantuan PCR ini melibatkan enzim dalam menggandakan virus HIV dalam darah. Biasanya, pemeriksaan ini membutuhkan waktu beberapa hari hingga seminggu.

    Viral load dapat dinyatakan “tak terdeteksi” apabila hanya terdapat sangat sedikit dalam 1 ml sampel darah. Kondisi ini dapat menandakan bahwa sistem kekebalan tubuh Sahabat Sehat gagal melawan infeksi HIV. 

    Baca Juga: HIV dan AIDS: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Fakta dan Mitos

    Nah Sahabat Sehat, itulah beberapa jenis pemeriksaan yang dapat Sahabat Sehat lakukan dalam mendeteksi virus HIV. Segera lakukan pemeriksaan bila dicurigai berkaitan dengan penyakit HIV. Mendapatkan penanganan sedini mungkin dapat membuat perkembangan lebih dapat ditangani sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup pengidapnya. 

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Stanford Health Care. Polymerase chain reaction (PCR) [Internet]. USA : Stanford Health Care.
    2. Kementerian Kesehatan RI. Buku Permenkes ARV [Internet]. Indonesia : Kementerian Kesehatan RI.
    3. HIV Gov. HIV Testing Overview [Internet]. USA : HIV Gov.
    4. Avert. HIV testing fact sheet [Internet]. USA : Avert.
    5. Centers for Disease Control and Prevention. Testing HIV Basics [Internet]. USA : Centers for Disease Control and Prevention.
    Read More
  • Tifoid merupakan sebuah penyakit yang pasti sudah pernah Sahabat Sehat dengar. Penyakit tifoid atau sering kali disebut “tipes” disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini paling sering dijumpai pada negara Asia Tenggara, terutama Pakistan, India, dan Bangladesh. Sebanyak 21 juta kasus dengan 200.000 kematian akibat tifoid terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Tingkat penyakit ini […]

    Perlukah Vaksin Tifoid Sebelum Bepergian?

    Tifoid merupakan sebuah penyakit yang pasti sudah pernah Sahabat Sehat dengar. Penyakit tifoid atau sering kali disebut “tipes” disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini paling sering dijumpai pada negara Asia Tenggara, terutama Pakistan, India, dan Bangladesh. Sebanyak 21 juta kasus dengan 200.000 kematian akibat tifoid terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Tingkat penyakit ini masih tinggi pada negara-negara yang memiliki tingkat sanitasi rendah. 

    Perlukah Vaksin Tifoid Sebelum Bepergian

    Perlukah Vaksin Tifoid Sebelum Bepergian

    Penularan bakteri tifoid ini terjadi secara fecal – oral, yaitu kotoran dari seseorang yang terinfeksi dapat menularkan ke orang lain apabila masuk melalui mulut contohnya dari makanan yang tidak bersih. Selain itu, akses air bersih juga penting karena apabila air yang terkontaminasi diminum, infeksi tifoid juga dapat terjadi.

    Apa Gejala Tifoid ?

    Infeksi dari bakteri tifoid yang masuk dari mulut mengikuti jalur saluran cerna tubuh. Tubuh memiliki sistem pertahanan berupa asam lambung dan sistem imun untuk melawan bakteri ini, namun tidak selalu dapat menghindari infeksi.4 Saat sampai di usus, bakteri tifoid menginfeksi usus dan menyebabkan radang sehingga timbul tanda dan gejala yaitu:

    vaksin ke rumah, layanan ke rumah, vaksinasi di rumah aja

    • Demam 
    • Nyeri perut
    • Diare atau konstipasi
    • Nyeri kepala
    • Lemas
    • Tidak nafsu makan

    Pengobatan untuk penyakit tifoid adalah dengan pemberian antibiotik dan obat lain untuk meringankan tanda dan gejala. Perlu diingat bahwa pemberian antibiotik harus dengan anjuran dan instruksi dokter. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi bakteri tifoid terhadap antibiotik yang membuat antibiotik-antibiotik tersebut tidak berguna. Tifoid juga dapat menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan benar.

    Baca Juga: Penyebab Tifus

    Vaksinasi Tifoid

    Vaksin untuk tifoid sudah tersedia bagi anak maupun dewasa. Saat ini terdapat beberapa tipe vaksin tifoid yaitu:

    • Typhoid conjugate vaccine (TCV) untuk usia 6 bulan hingga 45 tahun dalam bentuk injeksi
    • Unconjugated polysaccharide vaccine (Vi-PS) untuk usia diatas 2 tahun dalam bentuk injeksi
    • Oral live attenuated Ty21a vaccine untuk usia diatas 6 tahun dalam bentuk kapsul

     

    Dari semua vaksin tersebut, World Health Organization (WHO) menyarankan untuk mendapatkan vaksin tifoid karena memiliki peningkatan sifat imunologis, rentang usia yang besar dan memberikan efek proteksi yang lebih panjang.5 Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga merekomendasikan untuk melakukan vaksinasi tifoid bagi Sahabat Sehat yang ingin bepergian ke daerah seperti Pakistan, India, dan Bangladesh.

    Penyakit tifoid merupakan sebuah penyakit yang sering ditemukan, namun perlu pengobatan untuk mencegah agar tidak menyebabkan infeksi yang berat. Vaksinasi merupakan salah satu cara untuk mencegah terinfeksi oleh bakteri tifoid. Namun perlu diingat bahwa vaksinasi tidak dapat 100% menghindari infeksi tifoid. Sahabat Sehat juga tetap perlu menjaga kebersihan diri dan makanan yang dikonsumsi.

    Baca Juga: Cegah Tipes Dengan Vaksin Tifoid

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai pentingnya vaksin tifoid sebelum bepergian. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Sandhya A, Marathe D. Typhoid fever & vaccine development: a partially answered question [Internet]. PubMed Central (PMC). 2021.
    2. National Health Service. Typhoid fever [Internet]. UK : National Health Service. 2021.
    3. Centers for Disease Control and Prevention. Vaccination [Internet]. USA : Centers for Disease Control and Prevention. 2021.
    4. Bhandari J, Thada P, DeVos E. Typhoid Fever [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2021.
    5. World Health Organization. Typhoid [Internet]. USA : World Health Organization. 2021 .
    Read More
  • Musim liburan telah tiba dan pastinya beberapa dari Sahabat Sehat bepergian. Saat berpergian mungkin terdapat penyakit yang sering dijumpai pada daerah tersebut. Sebagai contoh adalah penyakit yang ditularkan dari gigitan nyamuk yaitu malaria atau chikungunya yang jarang dijumpai pada daerah perkotaan namun sering dijumpai pada daerah kepulauan. Sahabat Sehat, ternyata ada penyakit lain yang dapat […]

    Waspada Japanese Encephalitis Saat Berlibur ke Persawahan

    Musim liburan telah tiba dan pastinya beberapa dari Sahabat Sehat bepergian. Saat berpergian mungkin terdapat penyakit yang sering dijumpai pada daerah tersebut. Sebagai contoh adalah penyakit yang ditularkan dari gigitan nyamuk yaitu malaria atau chikungunya yang jarang dijumpai pada daerah perkotaan namun sering dijumpai pada daerah kepulauan.

    Sahabat Sehat, ternyata ada penyakit lain yang dapat pula ditularkan dari gigitan nyamuk yaitu Japanese encephalitis. Penyakit ini perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan radang otak. Sahabat Sehat, apa saja gejala penyakit Japanese encephalitis  dan bagaimana cara mencegahnya? Mari simak penjelasan berikut.

    Waspada Japanese Encephalitis Saat Berlibur ke Persawahan

    Waspada Japanese Encephalitis Saat Berlibur ke Persawahan

    Apa Itu Japanese Encephalitis ?

    Japanese encephalitis merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus golongan flavivirus. Jenis flavivirus ini berkerabat dengan virus dengue (demam berdarah) dan dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk spesies Culex tritaeniorhynchus. Daerah endemis untuk penyakit ini adalah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kasus pertama dari Japanese encephalitis ditemukan di Jepang pada tahun 1871. Sebesar 75% penderita dari Japanese encephalitis adalah anak-anak dan remaja, karena sebagian besar dewasa telah memiliki imunitas dari infeksi saat masa kecil.

    Sebagian dari penderita Japanese encephalitis hanya mengeluhkan gejala ringan seperti nyeri kepala dan demam atau bahkan tidak menimbulkan gejala apapun. Tetapi terdapat 1 dari 250 infeksi yang menyebabkan sakit kritis. Penyakit ini menyebabkan radang pada otak penderita sehingga terdapat risiko kematian.4 Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat bahwa 20-30% dari pasien Japanese encephalitis meninggal.

    vaksin ke rumah, layanan ke rumah, vaksinasi di rumah aja

    Gejala Japanese Encephalitis

    Virus Japanese encephalitis melewati lapisan pelindung tersebut sehingga dapat menyebabkan peradangan pada otak. Radang pada otak dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala yaitu seperti:

    • Nyeri kepala
    • Demam
    • Mual dan muntah
    • Leher kaku
    • Disorientasi
    • Koma
    • Kejang
    • Kelumpuhan

    Hampir semua pasien yang menderita radang otak dan memiliki riwayat perjalan ke daerah yang endemis Japanese encephalitis dapat dicurigai menderita penyakit tersebut. World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa penyakit ini. 

    Pemeriksaan yang dilakukan merupakan antibodi terhadap virus Japanese encephalitis yang diambil dari cairan serebrospinal.2,4 Selain itu, pemeriksaan CT-scan dapat dilakukan untuk menemukan tanda dari Japanese encephalitis. Pemeriksaan CT-scan memiliki spesifitas yang tinggi, namun tidak sensitif untuk dapat menyingkirkan diagnosis Japanese encephalitis.

    Baca Juga: Imunisasi Lengkap: Sehatkan Keluarga, Lewati Masa Pandemi

    Cara Mengatasi Japanese Encephalitis

    Sama dengan sebagian besar penyakit virus lainnya, tidak ada obat antiviral untuk virus Japanese encephalitis. Obat-obatan yang diberikan adalah obat suportif yang bertujuan untuk mengurangi tanda dan gejala. Selain itu terdapat obat-obatan yang digunakan untuk menstabilkan pasien saat kejang. Hal terbaik yang dilakukan adalah untuk mencegah terinfeksi virus ini, yaitu dengan melakukan vaksinasi. Vaksin untuk Japanese encephalitis sudah tersedia dan direkomendasikan untuk diberikan karena dapat mencegah terjadinya penyakit ini.

    Penyakit Japanese encephalitis merupakan penyakit yang jarang ditemukan, namun harus diwaspadai karena dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian. Sahabat Sehat dapat mencurigai penyakit tersebut apabila terdapat beberapa tanda dan gejala seperti diatas. Vaksin untuk Japanese encephalitis sangat direkomendasikan karena dapat mencegah terjadinya penyakit tersebut. Apabila Sahabat Sehat ingin mendapatkan vaksin untuk Japanese encephalitis, konsultasikan dahulu dengan tenaga kesehatan terdekat.

    Baca Juga: Yuk Moms, Cek Lagi Jadwal Imunisasi Balita Anda

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai infeksi Japanese Encephalitis yang dapat dialami siapa saja dan dapat mengakibatkan radang otak. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Pearce J, Learoyd T, Langendorf B, Logan J. Japanese encephalitis: the vectors, ecology and potential for expansion. Journal of Travel Medicine. 2018;25(Suppl_1):S16-S26.
    2. World Health Organization. Japanese encephalitis [Internet]. USA : World Health Organization. 2021.
    3. Centers for Disease Control and Prevention. Japanese Encephalitis. USA : Centers for Disease Control and Prevention. 2021.
    4. Hsieh J, St. John A. Japanese encephalitis virus and its mechanisms of neuroinvasion. PLOS Pathogens. 2020;16(4):e1008260.
    5. Turtle L, Solomon T. Japanese encephalitis the prospects for new treatments. Nature Reviews Neurology. 2018;14(5):298-313.
    Read More
  • Tingginya kadar ureum dalam darah merupakan tanda bahwa ginjal tidak berfungsi dengan baik. Dalam keadaan normal, ginjal berfungsi sebagai penyaring dan pembuangan zat yang tidak diperlukan tubuh. Apabila ureum menumpuk di darah, maka akan menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan. Sahabat Sehat, mengapa kadar ureum meningkat dalam tubuh ? Mari simak penjelasan berikut. Apa Itu Ureum […]

    9 Penyebab Kadar Ureum Meningkat dan Cara Menurunkannya

    Tingginya kadar ureum dalam darah merupakan tanda bahwa ginjal tidak berfungsi dengan baik. Dalam keadaan normal, ginjal berfungsi sebagai penyaring dan pembuangan zat yang tidak diperlukan tubuh. Apabila ureum menumpuk di darah, maka akan menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan.

    Sahabat Sehat, mengapa kadar ureum meningkat dalam tubuh ? Mari simak penjelasan berikut.

    9 Penyebab Kadar Ureum Meningkat dan Cara Menurunkannya

    9 Penyebab Kadar Ureum Meningkat dan Cara Menurunkannya

    Apa Itu Ureum ?

    Ureum adalah zat sisa hasil dari pemecahan asam amino dan protein di dalam hati. Kadar ureum dapat diukur melalui tes nitrogen urea darah atau blood urea nitrogen (BUN). BUN digunakan untuk menentukan apakah ginjal bekerja dengan baik atau tidak. Nilai normal ureum dapat dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Selain itu, perlu diingat bahwa setiap laboratorium juga memiliki rentang nilai normal yang berbeda. Secara umum, nilai kadar normal ureum berada dalam kisaran berikut:

    • Anak usia 1 – 17 tahun: 7 – 20 mg/dL
    • Wanita dewasa: 6 – 21 mg/dL
    • Pria dewasa: 8 – 24 mg/dL

    Ureum harus dikeluarkan melalui ginjal dan dibawa oleh urine. Kondisi ketika tubuh memiliki kadar ureum dalam darah yang terlalu tinggi (> 50 mg/dL) disebut uremia. Uremia ditandai dengan keluhan mudah lelah, mual, muntah, pusing kram kaki, hingga mengancam jiwa.

    Selain itu, uremia adalah gejala utama penyakit gagal ginjal dan merupakan tanda stadium akhir dari penyakit kronis. Pemeriksaan kadar ureum biasanya akan termasuk dalam tes fungsi ginjal yang meliputi pemeriksaan basal urea nitrogen (BUN) dan kadar kreatinin. 

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Apa Penyebab Kadar Ureum Tinggi ?

    Sahabat Sehat, berikut beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kadar ureum tinggi yaitu :

    • Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi protein
    • Sumbatan pada saluran kemih
    • Kurangnya cairan dalam tubuh (dehidrasi) 
    • Penyakit gagal ginjal 
    • Gangguan ginjal akibat penyakit diabetes (nefropati diabetikum)
    • Luka bakar berat
    • Pendarahan di saluran cerna
    • Efek samping obat
    • Kehamilan

    Baca Juga: Apa Bedanya Gagal Ginjal Akut dan Kronis?

    Tips Menurunkan Kadar Ureum yang Tinggi

    Apabila kadar ureum dalam tubuh tinggi maka beresiko tinggi bagi tubuh. Oleh karena itu, Sahabat Sehat perlu menurunkan kadar ureum yang tinggi dengan beberapa cara berikut :

    • Penuhi Asupan Cairan Tubuh

    Selain menyebabkan dehidrasi, kekurangan asupan cairan dalam tubuh juga dapat menyebabkan kadar ureum dalam darah meningkat. Sebab air berfungsi sebagai pembawa zat-zat sisa dari darah menuju ginjal untuk disaring yang kemudian akan diangkut keluar bersama urin. Apabila tubuh kekurangan asupan cairan, maka proses penyaringan zat sisa pada ginjal akan terhambat.

    Selain itu, kadar ureum yang tinggi juga bisa dipicu akibat gangguan ginjal. Oleh karena itu, jumlah air yang masuk kedalam tubuh perlu dihitung dengan cermat agar tidak memperparah kondisi ini. Jika Sahabat Sehat menderita gangguan ginjal, konsultasikan dengan dokter terkait jumlah cairan yang perlu dikonsumsi setiap harinya. 

    • Batasi Asupan Protein

    Mengkonsumsi makanan berprotein tinggi memang terbukti baik untuk tubuh. Namun, mengkonsumsi protein berlebihan ternyata kurang baik bagi tubuh karena dapat mengganggu pemecahan protein sehingga dapat meningkatkan kadar ureum dalam darah. Idealnya, seseorang membutuhkan sekitar 50 – 60 gram protein per harinya. Jumlah ini setara dengan 200 gram dada ayam tanpa tulang. Namun ada baiknya untuk beralih dari daging-dagingan ke sayuran. 

    • Konsumsi Makanan Kaya Serat

    Terkenal akan manfaatnya dalam mencegah sembelit, ternyata mengkonsumsi makanan kaya serat juga mampu menurunkan kadar ureum dalam darah. Oleh sebab itu, bagi penderita gagal ginjal kronis sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan berserat. Ada berbagai macam sumber makanan berserat, diantaranya buah-buahan,  gandum utuh, sayuran, dan kacang-kacangan. 

    Baca Juga: Hipertensi? Stop 7 Makanan Berikut

    Nah Sahabat Sehat, tingginya kadar ureum dalam darah tidak selalu menandakan adanya suatu penyakit namun juga dapat diakibatkan pola makan yang dikonsumsi. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui apakah ada indikasi terhadap suatu penyakit atau tidak. 

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Healthline. Blood Urea Nitrogen (BUN) Test: Uses, Preparation, and More.
    2. Healthline. Uremia: Causes, Symptoms, and Treatments.
    3. Mayo Clinic. Blood urea nitrogen (BUN) test.
    4. Healthline. Home Remedies to Naturally Lower Your Creatinine Levels.
    5. Self Decode Labs. Hidden Causes of High or Low Blood Urea Nitrogen (BUN).
    Read More
  • Anda mungkin sudah cukup sering mendengar tentang penyakit kanker serviks. Ya, penyakit kanker terbanyak kedua pada wanita di Indonesia setelah kanker payudara. Tahukah Anda bahwa harapan hidup dan keberhasilan pengobatan kanker serviks bergantung dari stadium penyakit saat didiagnosis pertama kali? Semakin awal ditemukan lesi kankernya, maka semakin baik pula prognosis dan tingkat keberhasilan pengobatan. Maka, […]

    Berbagai Jenis Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks

    Anda mungkin sudah cukup sering mendengar tentang penyakit kanker serviks. Ya, penyakit kanker terbanyak kedua pada wanita di Indonesia setelah kanker payudara. Tahukah Anda bahwa harapan hidup dan keberhasilan pengobatan kanker serviks bergantung dari stadium penyakit saat didiagnosis pertama kali?

    Semakin awal ditemukan lesi kankernya, maka semakin baik pula prognosis dan tingkat keberhasilan pengobatan. Maka, pemeriksaan deteksi dini kanker serviks menjadi penting bagi wanita dan sangat disarankan untuk dilakukan rutin. Mari simak penjelasan di bawah ini.

    Berbagai Jenis Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks

    Berbagai Jenis Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks

    Usia Harapan Hidup Pasien dengan Kanker Serviks

    Berdasarkan data dari National Cancer Institute, Amerika Serikat, orang dengan kanker serviks yang terlokalisir (belum menyebar ke area sekitar atau organ

    jauh) memiliki harapan hidup 5 tahun ke depan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 92%.

    Bila saat didiagnosa kanker sudah mencapai area sekitar, maka harapan hidupnya selama 5 tahun ke depan menurun drastis menjadi 58%. Sedangkan, sel kanker yang sudah menyebar ke organ yang jauh saat didiagnosa pertama kali (misalnya paru-paru), maka harapan hidup 5 tahun kedepan menurun lebih drastis hingga 18%.

    Oleh karena itu, deteksi dini kanker serviks sangatlah penting, khususnya pada wanita dengan faktor risiko.

    harga vaksin hpv, biaya vaksin hpv

    Faktor Risiko Kanker Serviks

    Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi human papillomavirus (HPV). Tetapi tidak semua wanita dengan infeksi HPV akan mengidap kanker serviks. Beberapa infeksi HPV hilang tanpa pengobatan. Dari berbagai jenis HPV, hanya beberapa di antaranya yang menyebabkan pertumbuhan sel serviks berlebihan menjadi kanker, yaitu tipe 16 dan 18.

    Infeksi HPV menyebar terutama melalui kontak seksual. Wanita yang menjadi aktif secara seksual pada usia muda dan memiliki banyak pasangan seksual memiliki risiko tinggi terinfeksi HPV.

    Faktor risiko lainnya meliputi merokok, mempunyai banyak anak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.

    Baca Juga: Cegah Kanker Serviks dengan Vaksin HPV

    Macam-macam Pemeriksaan Kanker Serviks

    Secara umum, deteksi dini bertujuan untuk menemukan kelainan sebelum adanya perburukan atau perkembangan lanjut dengan cara pemeriksaan secara berkala, biasanya sebelum ada gejala. Deteksi dini dapat dilakukan di puskesmas, klinik swasta, dan rumah sakit, oleh dokter atau bidan terlatih

    Ada beberapa macam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, yaitu:

    Tes Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

    Tes IVA merupakan pemeriksaan sederhana dan murah yang sering dilakukan di Puskesmas dan klinik. Tes ini menggunakan cairan asam asetat yang sudah diencerkan (3-5%). Bagian leher rahim/ serviks akan dioleskan asam asetat, lalu dilihat apakah ada perubahan warna. Bila area yang dioleskan berubah menjadi warna putih dan berbatas tegas (acetowhite), maka hasil mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker.

    Tes IVA dapat dilakukan kapan saja, termasuk saat menstruasi dan saat asuhan nifas atau pasca keguguran. Pemeriksaan IVA juga boleh dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui mengidap infeksi menular seksual.

    Pap Smear

    Pemeriksaan Pap smear biasanya dilakukan rutin pada wanita usia 21 tahun hingga 65 tahun untuk mendeteksi kanker serviks. Pemeriksaan ini menggunakan sikat kecil untuk mengumpulkan sampel dari permukaan serviks dan area di sekitarnya. Sampel akan dilihat di bawah mikroskop untuk mengetahui apakah mereka abnormal.

    Sebagian dokter menyarankan agar pemeriksaan Pap smear dilakukan setiap tahun. Tetapi studi terbaru menunjukkan bahwa, bila hasil pap smear normal, maka seorang wanita dapat mengulang pemeriksaan tersebut setiap 2-3 tahun.

    Tes Inspeksi Visual Lugol Iodine (VILI)

    Di daerah dengan sumber daya terbatas, skrining kanker serviks dengan Pap smear dapat diganti dengan metode visual seperti VILI. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas tertinggi (100%) untuk mendeteksi kelainan sel, dan spesifisitas yang baik (93,3%).

    Pada pemeriksaannya, serviks akan diolesi dengan iodine lugol (VILI). Bila tampak perubahan warna pada serviks menjadi coklat atau kuning coklat, maka artinya VILI negatif atau normal. Sedangkan, bila berwarna kuning sawi, maka dianggap VILI positif.

    Test DNA HPV (genotyping / hybrid capture) 

    Tes DNA HPV dapat dilakukan bila hasil tes Pap smear positif atau dicurigai abnormal. Tes DNA HPV adalah uji laboratorium yang digunakan untuk memeriksa DNA/ RNA untuk jenis infeksi HPV tertentu. Sel dari serviks akan dikumpulkan dan DNA/ RNA dari sel diperiksa untuk mengetahui apakah ada infeksi yang disebabkan oleh jenis human papillomavirus yang terkait dengan kanker serviks. 

    Untuk menyaring kanker serviks, tes DNA HPV dapat dilakukan dengan atau tanpa tes Pap smear pada wanita berusia 25 tahun ke atas.

    Biopsi

    Biopsi adalah mengambil sebagian kecil jaringan serviks untuk diperiksakan. Prosedur ini dilakukan bila ditemukan hasil abnormal atau mencurigakan dari hasil tes skrining lainnya, misalnya IVA. Sampel jaringan akan dikirim ke bagian patologi anatomi untuk diperiksa dan dinilai lebih jauh.

    Baca Juga: 10 Makanan Si Pencegah Kanker Serviks

    Sahabat Sehat, periksakan diri Anda untuk deteksi dini kanker serviks. Berikan proteksi terbaik bagi diri Anda sebagai langkah pencegahan, salah satunya dengan vaksinasi HPV. Bagaimanapun juga, pencegahan tetap lebih baik dari mengobati.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: dr. Gloria Teo
    Ditinjau oleh: dr. Nurul Larasati

     

    Referensi

    1. The Global Cancer Observatory. Indonesia.
    2. NHS. What happens at your appointment : Cervical screening.
    3. American Cancer Society. Cervical cancer: detection-diagnosis-staging-survival.
    4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. PANDUAN PENATALAKSANAAN KANKER SERVIKS.
    5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. PROGRAM NASIONAL GERAKAN PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI KANKER : KANKER LEHER RAHIM DAN KANKER PAYUDARA.
    6. National Cancer Institute. Cervical cancer screening (PDQ)- patient version.
    7. Ghosh P et al. Visual inspection of cervix with Lugol’s iodine for early detection of premalignant & malignant lesions of cervix.
    8. NCCN. Guidelines for Patients: Cervical Cancer [internet].
    Read More
  • Tak hanya kaum muda, orang dewasa yang lebih tua atau lansia juga perlu melakukan beberapa jenis aktivitas fisik setiap hari guna meningkatkan kesehatan serta mengurangi risiko berbagai penyakit. Meski demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni jenis olahraga yang dilakukan oleh lansia. Secara alami tubuh akan mengalami penurunan fisik seiring bertambahnya usia, sehingga hal […]

    Berbagai Pilihan Olahraga yang Aman Untuk Lansia

    Tak hanya kaum muda, orang dewasa yang lebih tua atau lansia juga perlu melakukan beberapa jenis aktivitas fisik setiap hari guna meningkatkan kesehatan serta mengurangi risiko berbagai penyakit. Meski demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni jenis olahraga yang dilakukan oleh lansia.

    Berbagai Pilihan Olahraga yang Aman Untuk Lansia

    Berbagai Pilihan Olahraga yang Aman Untuk Lansia

    Secara alami tubuh akan mengalami penurunan fisik seiring bertambahnya usia, sehingga hal ini lah yang kerap kali membuat lansia enggan untuk berolahraga. Padahal olahraga sama bermanfaatnya untuk usia berapapun. Untuk itu, penting untuk memilih olahraga yang tepat agar aman dilakukan oleh lansia. Sahabat Sehat, apa saja pilihan olahraga yang dapat dilakukan lansia ? Mari simak penjelasan berikut.

    Manfaat Olahraga Bagi Lansia

    Aktivitas fisik atau olahraga dapat membantu para lansia untuk lebih bugar, sehat, dan bersemangat. Untuk itu, bagi Sahabat Sehat yang telah memasuki usia senja dan belum terbiasa olahraga secara rutin bisa mulai berolahraga sesegera mungkin. Berikut adalah beberapa manfaat olahraga bagi lansia:

    • Melancarkan peredaran darah
    • Memperkuat otot dan sendi
    • Mengurangi risiko penyakit seperti diabetes tipe 2, jantung, dan stroke.
    • Memelihara fungsi otak sekaligus mengurangi risiko gangguan pada otak, seperti dementia. 
    • Mengurangi stres dan risiko gangguan mental, seperti depresi atau post power syndrome yang biasanya terjadi pada masa pensiun. 
    • Tetap produktif dan hidup dengan mandiri. 

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Sesuaikan Jenis Olahraga Dengan Kondisi Fisik

    Konsultan geriatri, Dr. dr. C Heriawan Soejono, Sp,PD, K. Ger, M. Epid mengungkapkan bahwa olahraga dapat dilakukan dua hingga tiga kali dalam seminggu dan dilakukan secara bertahap. Mulai dari tahapan ringan dan naik ke yang lebih berat secara bertahap. Yang terpenting adalah menjaga kualitas otot agar tetap aktif. Selain itu, pastikan aktivitas dan intensitasnya sesuai dengan kondisi tubuh. Lansia usia 65 tahun keatas perlu memperhatikan beberapa hal berikut :

    • Aktif secara fisik setiap hari, meskipun hanya melakukan aktivitas ringan.
    • Melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan kelenturan minimal seminggu 2 kali.
    • Melakukan aktivitas sedang minimal 150 menit perminggu, atau 75 menit aktivitas berintensitas kuat jika sudah terbiasa aktif atau mengkombinasikan keduanya. 
    • Mengurangi waktu yang dihabiskan hanya untuk duduk atau berbaring dan istirahat lama tidak bergerak dengan beberapa aktivitas. 

    Apabila Sahabat Sehat selama ini enggan bergerak karena khawatir akan terjatuh, maka latihan akan meningkatkatkan kekuatan, keseimbangan, dan kelenturan tubuh sehingga membuat tubuh lebih kuat dan percaya diri. 

    Baca Juga: Inilah Pentingnya Olahraga untuk Lansia

    Olahraga Intensitas Ringan Untuk Lansia

    Beberapa pilihan aktivitas ringan berikut ini aman dilakukan untuk lansia dari pada hanya duduk dan berbaring, diantaranya:

    • Bangun untuk menyiram tanaman
    • Bergerak di sekitar rumah
    • Berjalan santai di sekitar lingkungan rumah
    • Bersih bersih rumah, seperti mengelap debu atau melipat pakaian
    • Merapikan tempat tidur
    • Berdiri

    Olahraga Intensitas Sedang Untuk Lansia

    Melakukan aktivitas berintensitas sedang mampu meningkatkan detak jantung, sehingga akan melancarkan sirkulasi darah lansia. Contoh olahraga intensitas sedang yang dapat dilakukan lansia, meliputi:

    • Jalan kaki 
    • Aerobik air
    • Naik sepeda
    • Menari untuk kebugaran
    • Tenis ganda
    • Memotong rumput menggunakan mesin
    • Mendaki 

    Baca Juga: 10 Jenis Medical Check Up Rutin yang Perlu Dilakukan Lansia

    Olahraga Intensitas Kuat Untuk Lansia

    Aktivitas intensitas kuat dapat membuat Sahabat Sehat bernafas dengan cepat dan keras. Umumnya, Sahabat Sehat dapat melakukan olahraga intensitas kuat selama 75 menit yang juga memberikan manfaat kesehatan serupa dengan melakukan olahraga intensitas sedang selama 150 menit. Contoh olahraga intensitas kuat meliputi:

    • Lari untuk pemula
    • Aerobik 
    • Berenang
    • Bersepeda cepat 
    • Tenis tunggal
    • Sepak bola
    • Mendaki bukit
    • Menari
    • Seni bela diri 

    Olahraga Untuk Memperkuat Otot

    Ada beberapa cara untuk meningkatkan kekuatan otot lansia, baik di rumah maupun di gym. Berikut beberapa pilihan olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan otot, yakni :

    • Membawa tas belanjaan berat
    • Yoga
    • Pilates
    • Tai chi
    • Angkat beban
    • Melakukan latihan menggunakan berat badan Anda sendiri, seperti push-up dan sit-up
    • Berkebun, seperti menggali atau menyekop

    Selain berbagai jenis pilihan olahraga untuk lansia di atas, Sahabat Sehat juga dapat memanfaatkan waktu untuk bergerak aktif dengan bermain bersama cucu atau berkebun di pekarangan rumah. Akan tetapi, agar lebih aman sebaiknya tetap didampingi oleh keluarga saat melakukan aktivitas fisik terutama jika Sahabat Sehat memiliki riwayat masalah kesehatan tertentu seperti radang sendi (arthritis) atau penyakit jantung.

    Baca Juga: Mengapa Lansia Mengalami Demensia atau Pikun?

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. National Health Service. Physical activity guidelines for older adults [Internet]. UK : National Health Service.
    2. Medline Plus. Exercise for Older Adults: MedlinePlus [Internet]. USA : Medline Plus.
    3. Centers for Disease Control and Prevention. How much physical activity do older adults need? Physical Activity [Internet]. USA : Centers for Disease Control and Prevention.
    Read More
Chat Asisten Maya
di Prosehat.com