Telp / WhatsApp : 0811-1816-800

Archive for Category: Kesehatan Umum

Showing 161–170 of 1371 results

  • Dugaan bahwa covid mempengaruhi sperma pria kian banyak beredar. Pandemi Covid-19 telah menjadi ancaman kesehatan dunia dan mengakibatkan risiko yang lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Beberapa studi andrologi mengenai dampak Covid-19 terhadap kesuburan pria telah dilakukan. Menurut pakar Urologi Reproduksi Universitas Miami, dr. Ranjith Ramasamy, virus Covid-19 mampu bertahan di testis dalam waktu yang […]

    Cek Fakta: Covid Dapat Mempengaruhi Kualitas Sperma Pria

    Dugaan bahwa covid mempengaruhi sperma pria kian banyak beredar. Pandemi Covid-19 telah menjadi ancaman kesehatan dunia dan mengakibatkan risiko yang lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Beberapa studi andrologi mengenai dampak Covid-19 terhadap kesuburan pria telah dilakukan. Menurut pakar Urologi Reproduksi Universitas Miami, dr. Ranjith Ramasamy, virus Covid-19 mampu bertahan di testis dalam waktu yang lama setelah infeksi awal pada pria tanpa gejala. 

    Cek Fakta Covid Dapat Mempengaruhi Kualitas Sperma Pria

    Cek Fakta Covid Dapat Mempengaruhi Kualitas Sperma Pria

    Virus Covid-19 berpotensi menurunkan produksi sperma selama 3 sampai 6 bulan pasca infeksi. Covid-19 juga menyerang pembuluh darah dan berada di penis selama 7 sampai 9 bulan pasca infeksi awal sehingga berisiko menyebabkan disfungsi ereksi. Sahabat Sehat, apakah benar Covid-19 dapat mempengaruhi kualitas sperma pria? Mari simak penjelasan berikut.

    Benarkah Covid-19 Menyerang Sistem Reproduksi Pria?

    Studi terbaru mendapatkan bahwa Covid-19 berikatan kuat dengan reseptor sel manusia yakni, angiotensin-converting enzyme 2 (ACE 2) dan enzim manusia yaitu type II transmembrane serine protease (TMPRSS2). Pada tubuh manusia, reseptor ACE 2 dan enzim TMPRSS2 mayoritas berada pada organ paru, ginjal, usus, jantung. 

    Setelah diteliti lebih lanjut, reseptor ACE 2 banyak ditemukan pada sel testis manusia yakni spermatogonia (cikal bakal sperma), sel Leydig, sel Sertoli, dan juga kelenjar reproduksi pria, yakni kelenjar prostat, vesika seminalis, dan kelenjar bulbouretral, yang berkontribusi dalam produksi semen pada pria. Melalui penemuan ini, diduga Covid-19 mampu mengganggu produksi sperma dan menurunkan kualitas sperma yang telah terdeteksi pada pasien Covid-19. 

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Dampak Covid-19 Terhadap Kesuburan Pria

    Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran dengan mengambil sampel 84 pria dengan Covid-19 positif dan 105 pria dengan Covid-19 negatif yang bertujuan untuk mengetahui kondisi pada semen dan sperma serta dampak akibat Covid-19.

    Penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat sejumlah zat peradangan pada sel sperma pasien Covid-19.Kadar radikal bebas (reactive oxygen species) yang lebih tinggi dan antioxidant/superoxide yang lebih rendah pada sel sperma pria yang menderita Covid-19 dibandingkan pria yang tidak terinfeksi Covid-19.  

    Bila dibandingkan kelompok yang tidak terinfeksi Covid-19, konsentrasi sperma dan pergerakan sperma berkurang, serta perubahan bentuk sperma pada penderita Covid-19. Keadaan-keadaan ini disebut dengan keadaan subfertil, yaitu kondisi ketika seseorang mampu bereproduksi tetapi kemampuan reproduksi tersebut menurun. 

    Baca Juga: Perlukah Pemeriksaan Kesuburan Bagi Pria ?

    Kesuburan Pria Setelah Terinfeksi Covid-19

    Untuk mengetahui keadaan sperma pasca pemulihan Covid-19, Guo et al meneliti 41 pasien pria usia reproduktif yang telah sembuh dari Covid-19. Pengambilan sampel pertama dilakukan pada 56 hari setelah selesai rawat inap. Lalu, diikuti sampel kedua yang diambil pada 29 hari setelah sampel pertama, terhadap 22 dari 41 pasien. 

    Dari penelitian ini diketahui bahwa jumlah dan kualitas sperma memang berkurang dalam 56 hari pasca selesai infeksi Covid-19. Sementara itu, vitalitas sperma dan bentuk/morfologi sperma tidak terpengaruh. Efek ini hanya bersifat sementara, kondisi akan membaik pada sekitar 85 hari setelah pemulihan infeksi Covid-19.

    Pada 29 hari kemudian dilakukan pemeriksaan kembali dan diketahui bahwa jumlah hitung sperma, konsentrasi sperma, dan gerakan sperma yang normal semakin meningkat jumlahnya dibandingkan sampling pertama sebelumnya. Sementara itu, hormon reproduksi tidak berubah secara signifikan. Temuan ini merupakan kabar baik untuk para pria penyintas Covid-19, karena keadaan subfertil hanya bersifat sementara. 

    Baca Juga:  10 Makanan Peningkat Stamina Pria

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai dampak Covid-19 pada kesuburan pria. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Gloria Teo
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Guo T, Sang M, Bai S, Ma H et al. Semen parameters in men recovered from COVID-19. Asian J Androl. Sep-Oct 2021;23(5):479-483.
    2. Hilton L. COVID-19 and men’s health: What we know so far [internet]. USA : Urology Times; 2021.
    3. Maleki B, Tartibian B. COVID-19 and male reproductive function: a prospective, longitudinal cohort study [internet]. USA : Society for Reproduction and Fertility; 2021.
    4. Miller J. COVID-19 reduces fertility in men, study suggests [internet]. USA : Healio; 2021.
    Read More
  • Cacar air pada anak adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster. Meski bukan penyakit yang berbahaya, penyakit ini sangat mudah menular pada anak kecil, terutama anak-anak usia dibawah 12 tahun. Kondisi ini dapat menyebabkan anak tidak nyaman dan rewel karena rasa gatal dan demam yang menyerangnya.  Virus penyebab cacar air pada […]

    Cacar Air pada Anak, Lakukan 5 Hal Ini Untuk Pengobatan

    Cacar air pada anak adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster. Meski bukan penyakit yang berbahaya, penyakit ini sangat mudah menular pada anak kecil, terutama anak-anak usia dibawah 12 tahun. Kondisi ini dapat menyebabkan anak tidak nyaman dan rewel karena rasa gatal dan demam yang menyerangnya. 

    Cacar Air pada Anak, Lakukan 5 Hal Ini Untuk Pengobatan

    Cacar Air pada Anak, Lakukan 5 Hal Ini Untuk Pengobatan

    Virus penyebab cacar air pada anak sangat mudah menular melalui percikan dahak atau ludah, serta kontak langsung dengan penderita. Cacar air memiliki gejala yang sangat khas sehingga mudah untuk dikenali, yakni berupa ruam merah gatal berisi cairan atau seperti lepuhan. Kondisi ini juga dapat menyebabkan anak mengalami nyeri otot dan demam.

    Sahabat Sehat, apa yang dapat kita lakukan jika Si Kecil menderita cacar air? Mari simak penjelasan berikut.

    Tips Penanganan Cacar Air Pada Anak

    Sahabat Sehat, berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mencegah cacar air yang dialami Si Kecil menjadi lebih parah yakni :

    • Jangan Menggaruk Ruam

    Munculnya ruam atau lepuhan di permukaan kulit merupakan gejala paling khas dari cacar air. Untuk mencegah gejalanya semakin berat, pastikan Si Kecil untuk tidak menggaruk ruam tersebut. Menggaruk ruam atau lepuhan cacar air hanya akan menyebabkan infeksi kulit dan membuat luka jadi berbekas setelah sembuh. 

    Gunting kuku Si Kecil, oleskan lotion yang mengandung calamine, kenakan pakaian yang nyaman dan longgar, gunakan krim pelembab, gel pendingin, atau obat antihistamin yang dikenal dengan chlorpheniramine yang dapat membantu mengurangi rasa gatal dan menenangkan kulit. 

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    • Berikan Obat Pereda Nyeri dan Demam

    Selain menyebabkan ruam di permukaan kulit, umumnya cacar air pada anak juga akan menimbulkan gejala lainnya seperti rasa nyeri diseluruh tubuh hingga demam tinggi. Sebagai penanganan awal, Sahabat Sehat dapat memberikan obat pereda nyeri dan demam yang dijual bebas. Apabila demam berlanjut hingga lebih dari 3 hari, konsultasikan dengan dokter.

    • Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang

    Gejala ruam atau lepuhan tidak hanya muncul pada permukaan kulit, kondisi ini juga dapat muncul di dalam kulit dan tenggorokan sehingga akan menimbulkan rasa panas dan tidak nyaman saat menelan makanan. Akibatnya, Si Kecil dapat kehilangan nafsu makan dan membuatnya menolak makan dan minum. 

    Meski demikian, pastikan Si Kecil tetap mendapatkan asupan makanan sehat dan kaya nutrisi, serta cukupi kebutuhan cairannya dengan memberinya lebih banyak air putih agar terhindar dari dehidrasi dan mempercepat penyembuhan. 

    Baca Juga: Ramsay Hunt Syndrome: Komplikasi dari Virus Penyebab Cacar Air

    • Mencegah Penularan Di Rumah

    Cacar air mudah menular, maka pastikan Si Kecil agar beristirahat di rumah. Selain itu, batasi pula ruang geraknya di dalam rumah selain agar cepat pulih dan mencegah penularan terhadap orang lain. 

    Biarkan Si Kecil tetap di rumah dan batasi bertemu orang lain hingga semua lepuhan cacar air di permukaan kulitnya mengering membentuk koreng dan tidak ada lagi lepuhan baru yang muncul. 

    • Memeriksakan Ke Dokter

    Meski dapat sembuh tanpa pengobatan atau pertolongan medis. Namun pada beberapa kasus, Sahabat Sehat harus memeriksakan Si Kecil ke dokter. Berikut beberapa kasus cacar air yang memiliki risiko komplikasi sehingga perlu menghubungi dokter saat gejala pertama cacar air muncul, yakni:

    • Cacar air diderita ibu hamil
    • Bayi yang baru lahir
    • Anak-anak usia diatas 12 tahun
    • Memiliki daya tahan tubuh yang lemah
    • Penderita gangguan paru kronis 
    • Penderita penyakit yang sedang menjalani terapi steroid

    Baca Juga: Mengenal 3 Jenis Baru Vaksin Wajib Untuk Anak-anak

    Mencegah Cacar Air Dengan Vaksinasi

    Selain itu, untuk mencegah penularan cacar air sebaiknya berikan imunisasi Varicella untuk memberi perlindungan tubuh terhadap cacar air. Pemberian imunisasi cacar air (setelah dosis kedua) efektif menurunkan risiko Si kecil terinfeksi cacar air hingga 94%. Vaksin cacar air dapat mulai diberikan saat Si Kecil berusia 12 bulan keatas. Diberikan dalam 2 dosis terpisah dengan jarak pemberian 6 minggu hingga 3 bulan.

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai berbagai informasi perihal cacar air serta hal-hal yang dapat Sahabat Sehat lakukan jika Si Kecil menderita cacar air. Waspadai apabila Si Kecil mengalami hal berikut :

    • Demam yang berlangsung lebih dari 3 hari 
    • Nanah yang mengalir dari lepuhan cacar air
    • Kesulitan bernapas, berjalan, atau bangun
    • Muntah
    • Kekakuan di leher
    • Sakit perut yang parah

    Baca Juga: Cacar Air dan Pencegahan yang Bisa Kamu Coba

    Jika Si Kecil mengalami keluhan diatas, segera konsultasikan lebih lanjut dengan dokter. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Kidshealth.org. Chickenpox (for Parents) – Nemours KidsHealth.
    2. American Academy of Dermatology Association. How to care for children with chickenpox.
    3. Healthy Children. Varicella.
    4. Healthline. 7 Home Remedies for Chickenpox.
    Read More
  • Pemberian vaksin tetanus setelah luka terkena benda tajam sebenarnya sangat penting. Tetanus merupakan kondisi tubuh menjadi kaku dan tegang akibat infeksi kuman. Kaku dan tegang diseluruh tubuh ini terasa menyakitkan dan dapat menyebabkan kematian. Gejala tetanus akan muncul dalam 4-21 hari setelah terinfeksi. Kuman penyebab tetanus yaitu Clostridium tetani, dapat ditemukan di tanah, debu serta […]

    Pentingnya Vaksin Tetanus Setelah Luka Akibat Benda Tajam

    Pemberian vaksin tetanus setelah luka terkena benda tajam sebenarnya sangat penting. Tetanus merupakan kondisi tubuh menjadi kaku dan tegang akibat infeksi kuman. Kaku dan tegang diseluruh tubuh ini terasa menyakitkan dan dapat menyebabkan kematian. Gejala tetanus akan muncul dalam 4-21 hari setelah terinfeksi.

    Pentingnya Vaksin Tetanus Setelah Luka Akibat Benda Tajam

    Pentingnya Vaksin Tetanus Setelah Luka Akibat Benda Tajam

    Kuman penyebab tetanus yaitu Clostridium tetani, dapat ditemukan di tanah, debu serta kotoran hewan yang apabila masuk ke dalam kulit maka akan mengeluarkan racun dan menyerang saraf.

    Infeksi Tetanus di Dalam Tubuh

    Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui permukaan kulit yang rusak, misalnya melalui luka akibat benda tajam yang terkontaminasi bakteri Clostridium tetani. Bakteri tetanus berpeluang masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara berikut, yaitu :

    • Luka yang terkontaminasi kotoran atau air liur
    • Luka yang disebabkan oleh benda yang menusuk kulit (luka tusuk) seperti paku, jarum.
    • Luka bakar
    • Luka remuk (Crush Injuries)
    • Prosedur operasi
    • Gigitan serangga
    • Infeksi gigi
    • Patah tulang
    • Luka dan infeksi kronis.

    Penyakit tetanus juga dapat menyerang bayi saat proses persalinan. Pemotongan tali pusar bayi yang menggunakan alat tidak steril berpotensi tinggi menyebabkan infeksi tetanus pada bayi. Faktor risiko lain yang dapat menjadi penyebab tetanus pada bayi baru lahir dari ibu yang tidak mendapat vaksin TT (Tetanus Toxoid).

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Apa Saja Gejala Tetanus ?

    Tetanus merupakan penyakit yang berbahaya dan gejalanya dapat muncul dalam 4-21 hari setelah terkena kuman tetanus. Berikut adalah berbagai gejala yang dapat muncul akibat infeksi tetanus, antara lain :

    • Demam
    • Sakit kepala berat
    • Berkeringat berlebihan
    • Otot kaku terutama pada rahang (trismus), leher, lengan, kaki dan perut
    • Kesulitan menelan
    • Berdebar
    • Tekanan darah tinggi
    • Kaku pada otot wajah.

    Baca Juga: Berapa Lama Bayi Demam Setelah Imunisasi DPT? Begini Cara Mengatasinya

    Mengapa Perlu Vaksinasi Tetanus Setelah Tertusuk Paku?

    Apabila Sahabat Sehat tertusuk benda yang telah terkontaminasi bakteri, salah satunya adalah paku (terutama yang sudah berkarat). Itulah sebabnya apabila Sahabat Sehat menginjak benda tajam (seperti paku), maka dianjurkan segera untuk melakukan vaksinasi tetanus. Siapapun yang mengalami luka akibat benda tajam yang kotor dan belum pernah melakukan vaksinasi tetanus selama 5 tahun terakhir, perlu diberikan suntik vaksinasi tetanus.

    Suntik tetanus dapat berupa Tetanus Toxoid (TT) yang sering dikenal dengan vaksin tetanus atau Tetanus Immunoglobulin (TIG) yang dikenal sebagai antibodi tetanus. Apabila seseorang terkena luka tusuk yang tidak terlalu parah, serta sudah pernah menerima vaksin tetanus lebih dari 3 dosis, maka hanya perlu diberikan vaksin TT saja.

    Namun, jika luka bekas tusukan merupakan luka kotor, cukup besar, dengan riwayat vaksin TT kurang dari 3 dosis, maka perlu diberikan TT dengan tambahan antibodi tetanus (TIG) untuk melawan bakteri tetanus.

    Baca Juga: Imunisasi Lengkap: Sehatkan Keluarga, Lewati Masa Pandemi

    Apa Saja Efek Samping Vaksinasi Tetanus ?

    Secara umum vaksinasi tetanus memberikan efek samping yang cukup ringan, seperti berikut :

    • Nyeri, kemerahan dan bengkak di area penyuntikan
    • Demam
    • Nyeri kepala
    • Kelelahan
    • Mual, muntah dan diare
    • Hilangnya nafsu makan

    Meski jarang terjadi namun Sahabat Sehat perlu mewaspadai reaksi alergi (anaphylaxis) yang mungkin terjadi, ditandai dengan gejala berikut :

    • Kulit kemerahan, gatal dan bengkak
    • Kesulitan bernapas atau gangguan pernapasan lainnya
    • Bengkak pada mulut dan tenggorokan
    • Mual, muntah, diare dan kram perut
    • Nyeri kepala, tekanan darah rendah dan jantung berdebar-debar

    Apabila timbul reaksi alergi seperti yang disebutkan diatas, maka segera menghubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk diberikan pertolongan sesegera mungkin.

    Baca Juga: Fakta Seputar Tetanus Pada Anak

    Nah Sahabat Sehat, itulah pentingnya pemberian vaksin tetanus setelah luka akibat benda tajam. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jesica Chintia D
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Centers for Disease Control and Prevention. Tetanus Causes and Transmission.
    2. World Health Organization. Tetanus.
    3. Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya. Kegunaan Vaksin Tetanus Dan Kapan Harus Mendapatkannya.
    4. BPOM. VAKSIN TETANUS (Tetanus Toksoid).
    5. Bhargava H. Tetanus Questions and Answers.
    Read More
  • Begitu besar  manfaat imunisasi Hib bagi bayi terutama bagi kesehatannya. Imunisasi merupakan salah satu cara agar Si Kecil kebal terhadap suatu penyakit. Pemberian imunisasi sangat penting dan bermanfaat karena dapat mencegah infeksi oleh berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dihindari. Hingga saat ini tercatat ada lebih dari 20 jenis penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi. Salah satu […]

    Manfaat Imunisasi Hib Bagi Bayi dan Kapan Harus Diberikan

    Begitu besar  manfaat imunisasi Hib bagi bayi terutama bagi kesehatannya. Imunisasi merupakan salah satu cara agar Si Kecil kebal terhadap suatu penyakit. Pemberian imunisasi sangat penting dan bermanfaat karena dapat mencegah infeksi oleh berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dihindari. Hingga saat ini tercatat ada lebih dari 20 jenis penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi. Salah satu dari imunisasi yang dapat diberikan untuk Si Kecil adalah imunisasi Haemophilus influenzae Type B (HiB). 

    Manfaat Imunisasi Hib Bagi Bayi dan Kapan Harus Diberikan

    Manfaat Imunisasi Hib Bagi Bayi dan Kapan Harus Diberikan

    Nah Moms, apa saja penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi Haemophilus influenzae Type B (HiB)? Mari simak penjelasan berikut.

    Apa Itu Bakteri HiB ?

    Haemophilus influenzae Type B (HiB) merupakan jenis bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam infeksi pada tubuh. Infeksi bakteri ini dapat terjadi pada telinga, paru-paru, sendi, kulit, hingga ke cairan otak dan selaput otak (meninges).

    Dampak infeksi Haemophilus influenzae Type B (HiB) bergantung pada organ yang terlibat, contohnya infeksi pada paru dapat menyebabkan pneumonia. Sementara infeksi pada selaput otak dapat menyebabkan peradangan selaput otak atau disebut Meningitis. Kondisi ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan Si Kecil.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Bagaimana Cara Penularan Bakteri HiB ?

    Bakteri Haemophilus influenzae Type B (HiB) dengan mudah menular ke Si Kecil maupun Moms melalui droplet dari orang yang terinfeksi. Cipratan air liur dari seorang penderita yang batuk atau bersin lalu masuk ke saluran pernafasan Si Kecil atau Moms maka dapat menularkan infeksi HiB. 

    Baca Juga: Vaksinasi Hib Bantu Cegah Pneumonia Pada Anak

    Bagaimana Cara Mencegah Penularan Bakteri HiB ?

    Penting bagi Si Kecil dan Moms untuk selalu menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan dan menggunakan masker saat berinteraksi dengan orang lain. Melakukan imunisasi turut membantu mencegah Si Kecil terinfeksi bakteri HiB. Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi Haemophilus influenzae Type B (HiB), yaitu :

    • Infeksi telinga
    • Infeksi sendi
    • Pneumonia
    • Radang selaput otak (Meningitis)
    • Radang selaput jantung (Perikarditis)

    Baca Juga: Imunisasi Lengkap: Sehatkan Keluarga, Lewati Masa Pandemi

    Kapan Jadwal Imunisasi HiB ?

    Imunisasi HiB dapat diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan, dan diulang pada usia 18 bulan. Vaksin HiB juga dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi. Apabila Si Kecil datang pada usia 1 – 5 tahun, vaksin HiB hanya diberikan 1 kali saja. Bagi Si Kecil yang sudah berusia 5 tahun atau lebih maka tidak perlu mendapatkan vaksinasi tersebut, kecuali memiliki kondisi lain seperti gangguan sistem imun maka pemberian imunisasi dapat dipertimbangkan.

    Imunisasi HiB sampai saat ini sudah berjalan lama dan efektif sehingga menurunkan resiko berbagai penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri HiB.  Mama dapat melihat buku atau kartu imunisasi si Kecil untuk memastikan jadwal imunisasi tidak terlewat. 

    Baca Juga: Mengenal 3 Jenis Baru Vaksin Wajib Untuk Anak – Anak

    Nah Moms, itulah informasi mengenai imunisasi Haemophilus influenzae Type B (HiB) yang dapat mencegah berbagai penyakit. Jika Momst membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Centres for Disease Control and Prevention. Immunisation Basics.
    2. World Health Organization. Vaccines and immunisation.
    3. Centres for Disease Control and Prevention. Haemophilus influenzae: Types of Infection and Causes.
    4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Melengkapi/ Mengejar Imunisasi (Bagian III).
    5. Nemours Kids Health. Your Child’s Immunizations: Hib Vaccine (for Parents).
    6. Brundage H, Mukka S. Haemophilus Influenza Type B Vaccine.
    Read More
  • Diare bisa menjadi berbahaya bagi anak. Terutama saat sudah ada tanda anak mengalami dehirasi, Orangtua harus tau jika anak mengalami dehidrasi. Diare merupakan gangguan pencernaan yang umum dialami oleh siapapun, termasuk anak-anak. Gejalanya berupa buang air besar dengan frekuensi yang lebih sering dan konsistensi feses yang lebih encer dari biasanya. Selama diare, tubuh akan lebih cepat kehilangan […]

    Orang Tua Wajib Tahu, 9 Tanda Anak Dehidrasi Karena Diare

    Diare bisa menjadi berbahaya bagi anak. Terutama saat sudah ada tanda anak mengalami dehirasi, Orangtua harus tau jika anak mengalami dehidrasi. Diare merupakan gangguan pencernaan yang umum dialami oleh siapapun, termasuk anak-anak. Gejalanya berupa buang air besar dengan frekuensi yang lebih sering dan konsistensi feses yang lebih encer dari biasanya. Selama diare, tubuh akan lebih cepat kehilangan cairan dan elektrolit sekaligus hilangnya kemampuan usus dalam menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan kepadanya. 

    Orang Tua Wajib Tahu, 9 Tanda Anak Dehidrasi Karena Diare

    Orang Tua Wajib Tahu, 9 Tanda Anak Dehidrasi Karena Diare

    Meski umumnya hanya terjadi sebentar, tetapi terkadang diare bisa menjadi lebih parah apabila dibiarkan tanpa perawatan yang tepat. Terlebih jika diare disertai dengan gejala muntah-muntah yang berlangsung cukup lama. Tentunya kondisi ini dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan, atau disebut juga dehidrasi.

    Nah Sahabat Sehat, apa saja tanda dehidrasi yang dapat dialami Si Kecil akibat diare? Mari simak penjelasan berikut.

    Baca Juga: 8 Asupan yang Tepat untuk Mengatasi Diare Si Kecil

    Tanda Dehidrasi Pada Anak

    Anak sangat rentan mengalami dehidrasi saat diare akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Berikut beberapa tanda dan gejala umum dehidrasi pada anak yang perlu diwaspadai:

    • Bibir kering 
    • Merasa haus
    • Urin berwarna kuning pekat
    • Sedikit atau tidak buang air kecil selama delapan jam atau lebih
    • Kulit teraba dingin dan kering
    • Mata tampak cekung
    • Pada bayi, ubun-ubun teraba cekung
    • Pusing
    • Nafas dan denyut jantung cepat

    Jika Si Kecil menunjukan gejala diatas, segera beri air yang cukup dan konsultasikan kondisi Si Kecil dengan dokter. 

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Kenali Tahapan Dehidrasi yang Dapat Dialami Si Kecil Saat Diare

    Minum yang cukup adalah satu-satunya cara dalam mengatasi dehidrasi. Hal ini dikarenakan tubuh didominasi oleh air sehingga penanganan diare akan berfokus pada pencegahan terjadinya dehidrasi. Oleh sebab itu, Sahabat Sehat perlu mengetahui tahapan dehidrasi yang dapat dialami Si Kecil saat diare : 

    • Tanpa Dehidrasi

    Pada kondisi diare tanpa dehidrasi, Si Kecil akan tampak seperti biasanya dan frekuensi buang air kecil tidak berkurang. Sahabat Sehat dapat tetap memberikan minum ataupun ASI.

    Untuk mengatasi masalah diarenya, Sahabat Sehat dapat memberikan Si Kecil larutan rehidrasi oral atau oralit sebanyak 5 – 10 mililiter setiap diare terjadi. 

    • Dehidrasi Ringan – Sedang 

    Pada diare dehidrasi ringan, Si Kecil mungkin telah mengalami penurunan berat badan sekitar 5 – 6%. Sementara pada diare dehidrasi sedang, Si Kecil akan kehilangan berat badannya hingga 7 – 10%. Pada tahap ini, Si Kecil tampak kehausan dan frekuensi buang air kecilnya juga menjadi berkurang. Selain itu wajahnya juga akan mengalami beberapa perubahan, seperti bibir kering, mata menjadi cekung, serta elastisitas kulit yang menurun. Sahabat Sehat dapat memberikan larutan oralit, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.

    • Dehidrasi Berat

    Pada kondisi dehidrasi berat, Si Kecil mungkin telah kehilangan berat badan hingga lebih dari 10%. Meski awalnya Si Kecil mengalami gejala dehidrasi sedang namun pada tahapan dehidrasi berat Si Kecil  mulai tampak lemas, tidak sepenuhnya sadar, napas cepat dan dalam, frekuensi denyut nadi meningkat, serta elastisitas kulit yang sangat menurun. Pada kondisi ini, Si Kecil perlu segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan terdekat. 

    Baca Juga: Cegah Diare Anak Akibat Rotavirus dengan Vaksinasi

    Panduan Pemberian Rehidrasi Oral Pada Anak

    Umumnya dokter akan merekomendasikan pemberian rehidrasi oral sebagai solusi dalam mengganti cairan tubuh Si Kecil yang hilang. Bahkan jika Si Kecil muntah sekalipun, Sahabat Sehat tetap harus memberikan larutan oralit. Umumnya, bayi dapat dianggap terhidrasi saat tubuh kembali memproduksi urin secara normal, setidaknya urin tidak lagi berwarna gelap dan mengganti 6 popok basah dalam sehari. 

    Jumlah cairan rehidrasi yang diberikan harus disesuaikan pada tahapan dehidrasi. Berikut panduan untuk jumlah normal pemberian cairan untuk rehidrasi oral dalam kurun waktu 4 sampai 6 jam pertama perawatan untuk anak yang mengalami dehidrasi ringan:

    • Berat badan hingga 5 kg : 200 – 400 ml
    • Berat badan 5 – 10 kg : 400 – 600 ml
    • Berat badan 10 -15 kg : 600 – 800 ml
    • Berat badan 15 – 20 kg : 800 – 1000 ml
    • Berat badan 20 – 25 kg : 1000 – 1500 ml
    • Berat badan 25 – 30 : 1500 – 2000 ml

    Bila Si Kecil mengalami diare akut, lembaga Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan untuk menghindari produk susu selama 24 hingga 48 jam karena sulit dicerna. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menganjurkan agar Si Kecil tetap diberi makan sesuai jadwal seperti biasanya. Jika Si Kecil masih diberi ASI, maka Sahabat Sehat tetap dapat memberikan ASI sebab asupan nutrisi Si Kecil tetap harus terpenuhi. 

    Baca Juga: Imunisasi Rotavirus Mencegah Kematian Bayi Karena Diare

    Tips Mencegah Dehidrasi Diare Pada Anak

    Berikut beberapa tips mencegah dehidrasi pada anak yang sedang menderita diare, yaitu :

    • Berikan Larutan Oralit

    Sahabat Sehat dapat memberikan larutan oralit mengikuti panduan rehidrasi oral seperti sudah dijelaskan diatas.

    • Berikan Tablet Zinc

    Sahabat Sehat dapat memberikan Si Kecil tablet zinc selama 10 hari berturut-turut yang bermanfaat dalam memperbaiki lapisan usus yang rusak selama anak diare.

    • Penuhi Asupan Gizi

    Lanjutkan pemberian ASI dan jadwal makan seperti biasa. Penuhi kebutuhan ASI Si Kecil serta berikan makanan sesuai jadwal makan seperti biasanya.

    Baca Juga: Hati-Hati Diare Rotavirus Menyerang Anak Anda !

    Mencegah Diare Dengan Vaksin Rotavirus

    Berdasarkan data, diare pada anak paling sering diakibatkan oleh infeksi virus jenis Rotavirus. Sahabat Sehat dapat memberikan imunisasi Rotavirus untuk anak sebagai salah satu cara mencegah anak mengalami diare. Diperkirakan 9 dari 10 orang anak yang telah mendapatkan vaksin, terlindungi dari penyakit Rotavirus.

    Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin Rotavirus. Vaksin Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis dengan pemberian dosis pertama pada bayi berusia 6-14 minggu, dosis kedua diberikan setelah 4-8 minggu kemudian, dan dosis ketiga diberikan maksimal pada bayi berusia 8 bulan.

    Vaksin Rotavirus jenis Rotarix diberikan sebanyak 2 dosis dengan dosis pertama diberikan pada bayi berusia 10 minggu dan dosis kedua diberikan pada saat bayi berusia 14 minggu (maksimal diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan).

    Produk Terkait : Imunisasi Rotavirus ke rumah 1 kali suntik

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai tanda dehidrasi yang dapat dialami Si Kecil saat diare. Apabila muncul tanda-tanda dehidrasi, konsultasikan dengan dokter serta lakukan berbagai tips di atas.

    Bagi Sahabat Sehat yang membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Caring for Kids. Dehydration and diarhea in children: Prevention and treatment.
    2. Vega R, Avva U. Pediatric Dehydration.
    3. Cleveland Clinic. Dehydration in Children: Signs, Treatments.
    4. Mayo Clinic. Dehydration – Symptoms and causes.
    Read More
  • Seringkali orang tua terlambat menyadari adanya gejala paru-paru basah pada anak. Paru-paru basah atau dalam istilah medis disebut juga pneumonia merupakan suatu penyakit infeksi pada saluran pernapasan akut yang dapat menjangkiti siapapun. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, virus maupun jamur. Anak-anak terutama bayi baru lahir dapat kesulitan bernafas karena terjadi gangguan pada […]

    Kenali Penyebab dan Gejala Paru-Paru Basah pada Anak

    Seringkali orang tua terlambat menyadari adanya gejala paru-paru basah pada anak. Paru-paru basah atau dalam istilah medis disebut juga pneumonia merupakan suatu penyakit infeksi pada saluran pernapasan akut yang dapat menjangkiti siapapun. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, virus maupun jamur. Anak-anak terutama bayi baru lahir dapat kesulitan bernafas karena terjadi gangguan pada paru-parunya.

    Kenali Penyebab dan Gejala Paru-Paru Basah pada Anak

    Kenali Penyebab dan Gejala Paru-Paru Basah pada Anak

    Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang menjadi penyebab kematian anak terbesar di dunia, apabila dibandingkan dengan penyakit infeksi lainnya. Di Indonesia, lebih dari 19.000 orang balita meninggal dunia pada tahun 2018 atau dapat dikatakan setiap jam terdapat 2 orang anak yang meninggal dunia akibat penyakit ini.

    Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, jumlah angka penderita  pneumonia pada balita cukup tinggi yaitu mencapai 4,5 per 100 orang balita. Sementara berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization), jumlah angka kematian balita berusia dibawah 5 tahun akibat pneumonia mencapai 15% pada tahun 2017 atau setara dengan 5,5 juta anak.

    Apa Penyebab Paru-Paru Basah Pada Anak ? 

    Pneumonia umumnya dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang kurang bersih serta polusi udara. Berikut adalah berbagai hal penyebab tersering pneumonia atau paru-paru basah pada anak :

    • Infeksi Bakteri

    Bakteri penyebab paru-paru basah yang paling umum, yakni Streptococcus pneumoniae. Selain itu, ada beberapa bakteri lainnya seperti : Legionella pneumophila, Mycoplasma pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae

    • Infeksi Jamur

    Paru-paru basah yang disebabkan oleh jamur biasanya terjadi pada anak yang memiliki masalah kesehatan kronis atau sistem daya tahan tubuh yang sangat lemah. Contoh jamur yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru basah, yaitu Pneumocystis jirovecii, Cryptococcus dan Histoplasmosis.

    • Infeksi Virus

    Infeksi virus dapat menyebabkan penyakit flu, maupun peradangan paru (bronkitis dan bronkiolitis), yang merupakan penyebab umum paru-paru basah pada balita. Infeksi virus biasanya lebih ringan dan dapat sembuh sendiri dalam 1-3 minggu apabila gejalanya sangat ringan. Namun apabila daya tahan tubuh anak rendah, tidak menutup kemungkinan infeksi akan bertambah parah.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Gejala Paru-Paru Basah Pada Anak

    Berikut adalah berbagai gejala jika seorang anak menderita infeksi paru-paru basah, yakni :

    • Batuk berdahak
    • Pernafasan cepat
    • Demam yang dapat menyebabkan keringat dingin dan menggigil
    • Menurunnya nafsu makan 
    • Tampak lemas
    • Kesulitan bernapas
    • Dada nyeri terutama saat batuk
    • Mengi
    • Wajah pucat
    • Kuku dan bibir tampak kebiruan akibat menurunnya kadar oksigen didalam darah.
    • Keluhan penyerta lainnya, seperti nyeri perut, mual dan muntah terutama setelah batuk.

    Baca Juga: Yuk, Kenali Bahaya Pneumonia dan Pencegahannya Lebih Lanjut

    Kapan Harus Memeriksakan Ke Dokter ?

    Sahabat Sehat, apabila Si Kecil mengalami berbagai gejala berikut maka sebaiknya segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat :

    • Si Kecil tampak semakin kesulitan saat bernafas
    • Sela-sela tulang iga dada tampak cekung saat bernafas.
    • Kuku dan bibir tampak biru keabu-abuan
    • Jika anak usia 6 bulan keatas mengalami demam dengan suhu hingga mencapai 390C
    • Jika anak yang berusia kurang dari 6 bulan mengalami demam dengan suhu mencapai 380C
    • Anak masih demam hingga lebih dari 3 hari, meski sudah mendapatkan pengobatan.

    Baca Juga: Pneumonia : Pembunuh Balita Utama di Dunia

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai berbagai penyebab dan gejala jika Si Kecil menderita paru-paru basah. Untuk mencegah paru-paru basah pada anak, Sahabat Sehat dapat memberikan imunisasi pneumonia.

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jesica Chintia D
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. UNICEF. Kenali 6 Fakta tentang Pneumonia pada Anak.
    2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pneumonia Pada Anak Bisa Dicegah dan Diobati.
    3. Ramdhani Jasin, Sp. A D, Kaswandani, Sp. A(K) D. IDAI | Hitung Napas Anak: Deteksi Awal Sesak Napas pada Anak dengan Pneumonia. Idai.or.id.
    4. World Health Organization. Pneumonia. USA : World Health Organization.
    5. Nationwide Children. Pneumonia. USA : Nationwide Children.
    Read More
  • Seringkali penanganan meningitis terlambat dilakukan. Hal ini terjadi karena orang tua kurang pengetahuan tentang gejala-gejala penyakit. Infeksi kuman ataupun mikroorganisme lainnya, dapat terjadi pada siapa saja. Salah satu diantaranya adalah meningitis, yaitu suatu penyakit ketika terjadinya peradangan pada selaput otak (meninges) yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang. Peradangan otak Si Kecil dapat menyebabkan berbagai komplikasi […]

    5 Gejala Meningitis pada Anak yang Kerap Tidak Disadari

    Seringkali penanganan meningitis terlambat dilakukan. Hal ini terjadi karena orang tua kurang pengetahuan tentang gejala-gejala penyakit. Infeksi kuman ataupun mikroorganisme lainnya, dapat terjadi pada siapa saja. Salah satu diantaranya adalah meningitis, yaitu suatu penyakit ketika terjadinya peradangan pada selaput otak (meninges) yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang.

    5 Gejala Meningitis pada Anak yang Kerap Tidak Disadari

    5 Gejala Meningitis pada Anak yang Kerap Tidak Disadari

    Peradangan otak Si Kecil dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berakibat buruk bagi tubuhnya apabila tidak ditangani. Penanganan yang tepat dapat mencegah komplikasi pada tubuh Si Kecil.

    Setiap tahunnya, terdapat sekitar 1,2 juta kasus meningitis di seluruh dunia. Dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) diperkirakan bahwa 70% penderita meningitis beresiko meninggal apabila tidak mendapatkan pertolongan.

    Penyebab Meningitis

    Paling sering meningitis disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, maupun parasit. Beberapa contohnya yakni bakteri pneumokokus, meningokokus, M. tuberculosa, dan virus H. influenza.

    Secara alami, otak manusia memiliki mekanisme pertahanan yaitu sawar darah otak untuk mencegah infeksi pada otak. Namun terdapat beberapa bakteri dan virus yang dapat menembus penghalang tersebut sehingga menyebabkan meningitis.5 Beberapa gejala meningitis yang dapat dijumpai pada Si Kecil, yakni :

    • Menangis nada tinggi atau merintih 
    • Leher terasa kaku
    • Rewel
    • Lemas
    • Sering tertidur dan sulit dibangunkan
    • Nafsu makan menurun
    • Mual dan muntah

    Gejala tersebut timbul karena adanya gangguan pada otak Si Kecil. Untuk mendiagnosa meningitis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada Si Kecil. 

    Jika diperlukan, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah, cairan cerebrospinal, CT Scan ataupun MRI otak.3 Pemeriksaan tersebut diperlukan untuk dapat menegakkan diagnosis meningitis, dan mencari penyebab meningitis.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Gejala Meningitis

    Berikut ini gejala meningitis yang umum terjadi:

    • Demam tinggi yang terjadi secara mendadak
    • Sakit kepala parah yang tidak seperti biasanya
    • Sensitif terhadap cahaya
    • Tidak ada nafsu makan atau haus.
    • Ruam kulit.

    Baca Juga: Mengenal 3 Jenis Baru Vaksin Wajib Untuk Anak – Anak

    Bagaimana Penanganan Meningitis ?

    Pengobatan meningitis bertujuan untuk meredakan peradangan pada selaput meninges. Penanganan berupa pemberian obat-obatan sesuai dengan penyebab meningitisnya. Beberapa dampak yang dapat terjadi bila meningitis tidak ditangani, yaitu  kejang berulang, kerusakan otak, gangguan pendengaran, disabilitas, hingga kematian.

    Tips Mencegah Meningitis

    Sebagian besar bakteri dan virus penyebab meningitis ditularkan melalui cipratan air liur (droplet). Pencegahan yang dapat Sahabat Sehat lakukan untuk mencegah penyakit meningitis, yakni :

    • Menghindari atau menjaga jarak dengan orang yang terlihat kurang sehat
    • Menggunakan masker saat keluar rumah
    • Rutin mencuci tangan 
    • Memberikan vaksinasi untuk Si Kecil.

    Baca Juga: Yuk Moms, Cek Lagi Jadwal Imunisasi Balita Anda

    Apa Saja Vaksinasi Untuk Mencegah Meningitis ? 

    Selain dengan menerapkan pola hidup sehat, untuk mencegah meningitis pada anak dapat diberikan vaksinasi. Sahabat Sehat dapat memberikan vaksinasi seperti vaksin BCG, vaksin influenza, vaksin pneumokokus, dan vaksin meningokokus. Vaksinasi dapat diberikan sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan Ikatan Dokter Anak Indonesia.

    Sahabat Sehat, itulah mengenai penyakit meningitis yang dapat dialami baik orang dewasa maupun anak. Jika meningitis tidak ditangani dengan baik, dapat menimbulkan komplikasi yang berdampak buruk bagi tubuh. Apabila Si Kecil menunjukkan beberapa gejala meningitis, segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat.

    Baca Juga: Berbagai Jenis Imunisasi untuk Bayi 3 Bulan

    Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh:  dr. Jonathan Christopher
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. World Health Organization. Meningitis. USA : World Health Organization;.
    2. Centers for Disease Control and Prevention. Meningitis Lab Manual: Epidemiology of Meningitis.
    3. Stanford Children’s Health. Meningitis in Children] USA : Stanford Children’s Health.
    4. Huynh J, Abo Y, du Preez K, Solomons R, Dooley K, Seddon J. Tuberculous Meningitis in Children: Reducing the Burden of Death and Disability. Pathogens. 2021;11(1):38.
    5. Van Sorge N, Doran K. Defense at the border: the blood–brain barrier versus bacterial foreigners. Future Microbiology. 2012;7(3):383-394.
    Read More
  • Walaupun sama-sama mencegah polio, ternyata ada beda antara imunisasi polio tetes dan suntik. apa saja perbedaan tersebut? simak penjelasan berikut. Sejak tahun 2018, kawasan di Asia Tenggara dikejutkan dengan temuan kasus polio di beberapa negara yaitu Indonesia, Myanmar, Filipina dan Malaysia. Padahal negara tersebut telah lebih dari satu dekade tidak ditemukan kasus polio. Virus Polio […]

    Pilih yang Mana? Ini Beda Imunisasi Polio Tetes dan Suntik

    Walaupun sama-sama mencegah polio, ternyata ada beda antara imunisasi polio tetes dan suntik. apa saja perbedaan tersebut? simak penjelasan berikut.

    Sejak tahun 2018, kawasan di Asia Tenggara dikejutkan dengan temuan kasus polio di beberapa negara yaitu Indonesia, Myanmar, Filipina dan Malaysia. Padahal negara tersebut telah lebih dari satu dekade tidak ditemukan kasus polio.

    Pilih yang Mana Ini Beda Imunisasi Polio Tetes dan Suntik

    Pilih yang Mana? Ini Beda Imunisasi Polio Tetes dan Suntik

    Virus Polio adalah virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang memperbanyak diri di dalam usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu Strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig) dan strain-3 (Leon), termasuk family Picornavirde. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motorik atau saraf pada sumsum tulang belakang.

    Virus polio dapat menyerang siapa saja, tetapi paling banyak menyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun. Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit yang paling banyak ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun. 

    Polio adalah sebutan lain untuk penyakit poliomyelitis, yang berasal dari Bahasa Yunani artinya peradangan tulang belakang. Dulu orang-orang menyebutnya sebagai kelumpuhan pada anak-anak. Salah satu cara memberantas penyakit ini adalah dengan melakukan imunisasi polio.

    Penyebaran Virus Polio

    Virus Polio menyebar melalui kontak dengan penderita polio, sekresi oral (mulut) dan hidung misalnya air liur dan lendir hidung, serta kontak dengan feses yang terkontaminasi dengan virus polio. Setelah itu, virus polio masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan terus berlipat ganda sepanjang waktu hingga mencapai ke saluran cerna.

    Dalam kasus polio yang menyebabkan kelumpuhan, virus meninggalkan saluran cerna dan masuk kedalam aliran darah lalu menyerang sel saraf. Sebanyak kurang dari 2% penderita polio dapat mengalami kelumpuhan. 

    Pada kasus yang lebih berat, tenggorokan dan dada dapat ikut serta lumpuh. Bila tidak ada alat bantu pernapasan maka pasien dapat meninggal dunia. Imunisasi Polio pada anak dapat mencegah kejadian ini.

    imunisasi anak di rumah, imunisasi anak hemat, imunisasi anak murah, imunisasi si kecil

    Jenis Vaksin Polio

    Terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu melalui injeksi (suntikan) atau tetesan di mulut. Sahabat Sehat, apakah perbedaan kedua jenis vaksin tersebut ?

    Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat 2 jenis vaksin polio :

    • Vaksin Polio Inaktif

    Vaksin ini berasal dari virus polio yang dimatikan. Cara pemberiannya dengan menyuntikan ke paha atau lengan.

    • Vaksin Polio Oral

    Adalah virus polio hidup yang dilemahkan. Ini adalah vaksin yang dilakukan pada anak, diberikan melalui tetesan di mulut.

    Baca Juga: Penyakit Polio Menular atau Tidak?

    Oral Poliovirus Vaccine (OPV)

    OPV sering disebut sebagai vaksin polio Sabin sesuai dengan penemunya. Yang dapat mencegah infeksi dari 3 jenis virus polio. Vaksin ini merupakan vaksin hidup yang dilemahkan (live-attenuated virus vaccine).

    Vaksin polio ini dapat diberikan tiga dosis untuk memberikan kekebalan seumur hidup.

    Vaksin polio oral dianggap lebih efektif untuk pemberantasan poliomyelitis, karena virus yang dilemahkan akan mengadakan replikasi atau berkembang biak pada saluran pencernaan sehingga mencegah virus lain menempel pada saraf sehingga mencegah kelumpuhan.

    Pemberian vaksin OPV dilakukan sebanyak 3 kali saat :

    • Anak baru lahir
    • Usia 6-12 minggu 

    Pemberian kedua dilakukan 8 minggu setelah pemberian dosis pertama

    • Usia 6-18 bulan.

    Efek samping pemberian vaksin OPV :

    • Sakit kepala
    • Sakit perut
    • Demam
    • Diare
    • Kelelahan
    • Kelumpuhan (jarang terjadi).

    Baca Juga: Efek Samping Vaksin Polio yang Perlu Kamu Ketahui

    Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV)

    Vaksin Polio Inaktif (IPV) sebenarnya lebih dulu ditemukan daripada OPV, disebut juga vaksin polio Salk, sesuai dengan nama penemunya Jonas Salk pada tahun 1955. Vaksin IPV berisi virus inaktif yang berisi 3 tipe virus polio.

    Vaksin yang disuntikkan akan meningkatkan daya tahan tubuh. Vaksin IPV mampu mencegah kelumpuhan karena menghasilkan antibody yang tinggi.

    Pemberian vaksinasi IPV dilakukan saat anak berusia :

    • 2 bulan
    • 4 bulan
    • 6-18 bulan
    • 4-6 tahun

    Menurut penelitian yang terbit pada Jurnal Morbidity and Mortality Week Report CDC, pemberian vaksin IPV pada 2 tahun pertama dapat menimbulkan efek samping ringan sedang berupa :

    • Demam
    • Ruam di area yang disuntik
    • Pembengkakan di area yang disuntik
    • Rewel

    Baca Juga: Apa Saja Fakta tentang Polio yang Perlu Diketahui?

    Meski jarang terjadi, berikut efek samping yang dapat muncul setelah pemberian IPV :

    • Peradangan dan pendarahan pembuluh darah kecil
    • Penurunan trombosit akibat kekebalan tubuh keliru menyerang trombosit
    • Alergi berat

    Efek samping pasca vaksinasi umumnya akan hilang dengan sendirinya setelah 3-4 hari.

    Dibandingkan dengan vaksin OPV, vaksin IPV mampu meningkatkan kekebalan tubuh yang cukup baik bagi sebagian besar orang. Vaksin ini tidak mengandung virus yang dilemahkan, maka tidak ada resiko berupa kelumpuhan akibat vaksinasi.

    Berikut ini adalah kondisi anak yang tidak diperkenankan menerima vaksin IPV, yaitu :

    1. Mengalami alergi berat hingga mengancam nyawa
    2. Anak sedang mengalami sakit seperti misalnya influenza atau demam.

    Manfaat Imunisasi Polio

    Imunisasi anak polio bermanfaat untuk menguatkan imunitas anak terhadap virus polio. Vaksin anak dapat menekan resiko tertular virus polio hingga dewasa. Apabila sudah mendapat vaksin polio saat berusia anak-anak, saat dewasa umumnya tidak lagi memerlukan imunisasi.

    Dengan melakukan pemberian imunisasi anak, bukan hanya anak-anak yang divaksin saja yang dapat menerima manfaatnya. Keluarga serta warga di lingkungan tersebut juga dilindungi dari ancaman penyebaran virus polio.

    Baca Juga: Apa dan Bagaimana Penyebab Penyakit Polio Itu?

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai perbedaan vaksin polio tetes dan suntik. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : dr. Jesica Chintia Dewi
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Novita D, Alam S, Kelyombar D. Buletin Surveillant dan Imunisasi.
    2. Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan. Poliomyelitis Penyakit Virus Polio.
    3. Kurniawan S. Manfaat dan Kapan Imunisasi Polio Diberikan – Primaya Hospital.
    4. Satari H, Ibbibah L, Utoro, S. Eradikasi Polio. Sari Pediatri, 18(3), p.245.
    5. Permatasari D. Vaksin Polio Tetes (OPV): Dosis, Jadwal Pemberian, Efek Samping, dan Bedanya dengan IPV.
    Read More
  • Melansir laman covid.go.id, perkembangan penanganan pandemi Covid-19 per 22 Oktober 2021 secara nasional memiliki angka kesembuhan harian yang terus bertambah hingga mencapai 1.231 pasien sembuh per harinya. Meski demikian, pasien terkonfirmasi positif (RT-PCR/TCM dan rapid antigen) juga mengalami peningkatan sebanyak 760 kasus dengan pasien meninggal yang juga meningkat sebanyak 33 kasus. Hal ini tentunya berkaitan […]

    Tips Mencegah Penularan Covid-19 di Area Perkantoran

    Melansir laman covid.go.id, perkembangan penanganan pandemi Covid-19 per 22 Oktober 2021 secara nasional memiliki angka kesembuhan harian yang terus bertambah hingga mencapai 1.231 pasien sembuh per harinya. Meski demikian, pasien terkonfirmasi positif (RT-PCR/TCM dan rapid antigen) juga mengalami peningkatan sebanyak 760 kasus dengan pasien meninggal yang juga meningkat sebanyak 33 kasus.

    Tips Mencegah Penularan Covid-19 di Area Perkantoran

    Tips Mencegah Penularan Covid-19 di Area Perkantoran

    Hal ini tentunya berkaitan dengan melonggarnya kebijakan PPKM yang ditetapkan pemerintah per 19 Oktober – 1 November 2021, terutama pada sektor perkantoran. Kembali beroperasinya perkantoran secara tidak langsung menimbulkan cluster baru penularan Covid-19. Untuk mengatasinya, seluruh pelaku perkantoran harus menerapkan higienitas dan sanitasi yang baik dalam menekan penyebaran virus agar tidak semakin meluas. 

    Sahabat Sehat, bagaimana cara meminimalisir penularan Covid-19 di sektor perkantoran ? Mari simak penjelasan berikut.

    Tips Cegah Penularan Covid-19 di Kantor Bagi Pekerja

    Meski sejumlah tindakan pencegahan ini dapat dimulai dari diri sendiri, tetapi kesadaran dari orang lain sesama karyawan juga diperlukan, terutama orang yang berada di sekitar kita. Beberapa tips  atau protocol kesehatan yang dapat Sahabat Sehat lakukan, yakni:

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    1. Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terlebih di lokasi keramaian.
    2. Cuci tangan yang benar mulai dari telapak hingga punggung tangan, lalu bersihkan sela-sela jari dan bagian bawah kuku hingga lengan tangan. 
    3. Hindari menyentuh wajah dan mencuci tangan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun antiseptik dan air yang mengalir. 
    4. Jauhi keramaian sebab tidak dapat dipastikan apakah orang-orang disekitar terbebas dari Covid-19 atau tidak.
    5. Bawa dan gunakan peralatan sendiri, seperti alat makan (piring, sendok, gelas), alat sholat, alat makeup, hingga handuk. Sejumlah peralatan tersebut rentan menjadi media penularan virus karena sering bersentuhan dengan mulut, hidung, mata yang merupakan jalan masuknya virus Covid-19 ke dalam tubuh.
    6. Kurangi menyentuh benda di tempat umum menggunakan benda lain sebagai perantara, seperti pulpen atau semacamnya. Hal ini dikarenakan virus Covid-19 dapat bertahan hingga 24 jam pada sebuah benda.
    7. Selalu membawa cairan antiseptik atau hand sanitizer untuk memudahkan Sahabat Sehat jika ingin membersihkan tangan atau bagian tubuh dan pakaian.
    8. Ganti masker setelah selesai beraktivitas sebab kuman dan virus yang menempel pada permukaan masker. Perhatikan pula cara menggunakan dan mencopot masker, hindari menyentuh bagian luar masker.
    9. Menghimbau karyawan lain yang sedang sakit untuk istirahat di rumah hingga kondisinya pulih kembali untuk meminimalisir penularan.
    10. Segera lakukan pemeriksaan Covid-19 apabila pekerja atau rekan kerja terpapar Covid-19.

    Baca Juga: Waspadai! 4 Gangguan Kesehatan Saat WFH dan Tips Pencegahannya

    Tips Cegah Penularan Covid-19 Bagi Perusahaan

    Perkantoran merupakan lingkungan tertutup sehingga memiliki sirkulasi udara terbatas. Selain itu, area perkantoran cenderung ramai dengan orang-orang yang memiliki riwayat kontak beragam. Berikut beberapa langkah yang dapat perusahaan lakukan dalam mencegah penularan di lingkungan kantor, di antaranya:

    • Lakukan tes Covid-19 untuk seluruh karyawan sebelum memasuki area perkantoran. Misalnya dengan melakukan pengecekan suhu tubuh di pintu masuk yang ditentukan. Langkah ini lebih efektif dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.
    • Rutin mendesinfeksi fasilitas umum yang sering disentuh oleh banyak orang. Buat jadwal rutin untuk mendesinfeksi area dan fasilitas umum minimal 4 jam sekali.
    • Optimalkan sirkulasi udara dan upayakan agar sinar matahari masuk ke ruang kerja. Ventilasi udara yang baik mampu mencegah virus untuk mengendap di dalam ruangan sehingga akan menurunkan risiko penularan Covid-19.
    • Sediakan ruangan khusus untuk observasi apabila ada karyawan yang menunjukan gejala yang dicurigai terinfeksi Covid-19 untuk mengurangi potensi penularan sedari dini. Segera hubungi tenaga medis jika diperlukan untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. 

    Upaya dalam mencegah penyebaran covid-19 pada area perkantoran tidak dapat berhasil jika hanya dilakukan oleh satu pihak, penting untuk kerja sama kedua belah pihak yakni para pekerja dan perusahaan. Terapkan protokol kesehatan untuk meminimalisir penularan Covid-19. 

    Baca Juga: Dampak Covid-19 Pada Dunia Pendidikan dan Kerja di Indonesia

    Nah Sahabat Sehat, itulah mengenai berbagai tips mencegah penularan Covid-19 di sektor perkantoran. Jika Sahabat Sehat membutuhkan pemeriksaan Covid-19 maka segera manfaatkan layanan pemeriksaan Covid-19 dari Prosehat dan Klinik Kasih yang turut menyediakan layanan pemeriksaan Covid-19 ke rumah.

    Informasi lebih lanjut hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh : Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh : dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Kesembuhan COVID-19 Bertambah Mencapai 4.080.351 Orang.
    2. Siloam Hospital. Cara cegah kantor jadi klaster penularan Covid-19.
    3. Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan RI. Bagaimana Cara Mencegah Penularan Virus Corona.
    4. Pinandhita V. Klaster Kantor DKI Naik, Ini 4 Cara Cegah Penularan COVID-19 di Tempat Kerja.
    5. Smart City Jakarta. Tips Mencegah Penularan Covid-19 Di Klaster Perkantoran.
    Read More
  • Pemeriksaan fungsi hati, atau disebut juga Liver Function Test (LFT) merupakan pemeriksaan yang digunakan dalam membantu mendiagnosis penyakit atau kelainan pada organ hati. Tes ini dilakukan dengan mengukur kadar enzim, protein, bilirubin, dan zat lainnya yang terdapat di dalam darah. Kadar enzim, protein, atau bilirubin yang lebih tinggi tinggi atau lebih rendah biasanya dapat menunjukkan […]

    5 Kondisi yang Disarankan untuk Melakukan Tes Fungsi Hati

    Pemeriksaan fungsi hati, atau disebut juga Liver Function Test (LFT) merupakan pemeriksaan yang digunakan dalam membantu mendiagnosis penyakit atau kelainan pada organ hati. Tes ini dilakukan dengan mengukur kadar enzim, protein, bilirubin, dan zat lainnya yang terdapat di dalam darah. Kadar enzim, protein, atau bilirubin yang lebih tinggi tinggi atau lebih rendah biasanya dapat menunjukkan adanya masalah pada hati. 

    5 Kondisi yang Disarankan untuk Melakukan Tes Fungsi Hati

    5 Kondisi yang Disarankan untuk Melakukan Tes Fungsi Hati

    Kapan Waktu Terbaik Melakukan Tes Fungsi Hati ? 

    Sahabat Sehat, tes fungsi hati umumnya direkomendasikan pada situasi berikut:

    • Memeriksa Kerusakan Hati Akibat Infeksi Hati

    Penyakit hati seperti Hepatitis B dan Hepatitis C, perlu melakukan tes fungsi hati sebab virus hepatitis menyerang organ hati dan dapat mempengaruhi kinerja hati.

    • Memantau Efek Samping Obat 

    Bagi Sahabat Sehat yang rutin mengkonsumsi obat, dianjurkan melakukan tes fungsi hati. Hal ini dikarenakan beberapa obat telah diketahui dapat mempengaruhi kinerja organ hati misalnya obat NSAID, Statin, obat antibiotik, obat anti kejang, dan obat TBC (Tuberkulosis).

    • Memiliki Riwayat Penyakit Hati

    Bagi penderita gangguan hati, misalnya infeksi hati (hepatitis), kanker hati, perlemakan hati, pengerasan hati (sirosis hati), dapat melakukan pemeriksaan fungsi hati secara berkala untuk memantau perkembangan penyakit dan seberapa baik pengobatan bekerja.

    • Memiliki Kondisi Medis Tertentu

    Bagi Sahabat Sehat yang memiliki kondisi medis seperti kadar trigliserida tinggi, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, penyakit kandung empedu, dan anemia, turut dianjurkan melakukan tes fungsi hati untuk memastikan ada atau tidaknya komplikasi pada organ hati akibat riwayat penyakit tersebut.

    • Sering Konsumsi Alkohol

    Bagi Sahabat Sehat yang rutin konsumsi alkohol, dianjurkan melakukan tes fungsi hati sebab peminum alkohol lebih beresiko mengalami perlemakan hati dibandingkan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol

    medical check up hemat, medical check up murah, medical check up ke rumah

    Berbagai Jenis Tes Fungsi Hati

    Apabila Sahabat Sehat memiliki salah satu kondisi diatas, sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Sahabat Sehat, berikut adalah berbagai macam jenis tes fungsi hati :

    • Alanine transaminase (ALT)

    Alanine transaminase (ALT) atau dikenal juga sebagai serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), adalah enzim yang digunakan tubuh untuk metabolisme protein. Apabila fungsi hati terganggu, enzim ALT dapat dilepaskan ke dalam darah dan kadar ALT mengalami peningkatan. Saat hasil tes menunjukan kadar ALT yang sangat tinggi, maka kemungkinan besar telah terjadi kerusakan hati.

    • Aspartate aminotransferase (AST)

    Aspartate aminotransferase (AST) adalah salah satu enzim yang dapat ditemukan di beberapa bagian tubuh, seperti jantung, otak, pankreas, hati, otot. Ketika hati mengalami kerusakan, enzim AST dilepaskan ke dalam aliran darah. Kadar AST yang tinggi dapat menunjukan adanya masalah pada hati atau otot. Kadar AST secara spesifik memang tidak bisa dijadikan penanda kerusakan hati seperti ALT. Oleh sebab itu, tes AST biasanya diukur bersama dengan ALT untuk mengetahui kondisi hati.

    • Alkaline phosphatase (ALP)

    Alkaline phosphatase (ALP) adalah enzim yang ditemukan dalam tulang, saluran empedu, dan hati. Pemeriksaan ALP biasanya dilakukan dalam kombinasi dengan beberapa tes lainnya. Tes ALP dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi hati dan saluran empedu-hati. 

    • Tes albumin

    Albumin merupakan protein utama yang diproduksi oleh hati dan memiliki banyak fungsi penting terhadap tubuh. Tes albumin dapat memperkirakan kinerja hati dalam menghasilkan protein albumin. Apabila kadar albumin dalam darah rendah, kemungkinan menunjukan adanya masalah pada fungsi hati. 

    • Tes bilirubin

    Bilirubin adalah produk sisa dari pemecahan sel darah merah yang biasanya diproses oleh hati, sebelum ikut keluar bersama feses. Apabila fungsi hati terganggu, maka bilirubin tidak dapat terproses dengan benar. Oleh sebab itu, jika hasil pemeriksaan darah menunjukan kadar bilirubin yang tinggi, kemungkinan menjadi tanda adanya gangguan pada fungsi hati. 

    • Gamma-glutamyl transpeptidase (GGT)

    Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk melengkapi tes fungsi hati. Pasalnya, tingginya kadar GGT dalam tubuh dapat menjadi tanda adanya kerusakan hati yang umumnya disebabkan oleh penggunaan obat-obatan, alkohol, maupun racun. 

    Baca Juga: Cara Mencegah Hepatitis A Bagi Kamu yang Suka Kulineran

    Hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Tes Fungsi Hati

    Dokter biasanya akan memberikan Sahabat Sehat arahan persiapan sebelum mengambil sampel darah untuk tes fungsi hati, sebagai berikut :

    • Lakukan puasa sekitar 10 – 12 jam sebelum melakukan tes fungsi hati
    • Sahabat Sehat tetap dapat mengkonsumsi air putih sebelum tes
    • Kenakan baju berlengan pendek atau baju yang bagian lengannya mudah digulung agar tidak menyulitkan petugas medis dalam proses pengambilan sampel darah.

    Baca Juga: Hal Sepele yang Jadi Penyebab Hepatitis A Kambuh Lagi

    Berapa Nilai Normal Tes Fungsi Hati ?

    Perlu diketahui bahwa nilai normal dari tes fungsi hati dapat berbeda-beda karena tergantung dari alat laboratorium yang digunakan. Secara umum, berikut adalah patokan nilai normal hasil tes fungsi hati yaitu :

    • A L T: 7 – 55 unit per liter (U/L)
    • A S T: 8 hingga 48 U/L
    • A L P: 40 hingga 129 U/L
    • Albumin: 3,5 hingga 5,0 gram per desiliter (g/dL)
    • Total protein: 6,3 hingga 7,9 g/dL
    • Bilirubin: 0,1 hingga 1,2 miligram per desiliter (mg/dL)
    • GGT: 8 hingga 61 U/L

    Selain itu, batas nilai normal ini juga dapat bervariasi antara pria, wanita, dan anak-anak. 

    Baca Juga: Sirosis Hati dan Hepatitis, Apa Bedanya?

    Nah Sahabat Sehat, itulah berbagai kondisi yang memerlukan pemeriksaan fungsi hati. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check uplayanan fisioterapipemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam

    Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.

    Ditulis oleh: Redaksi Prosehat
    Ditinjau oleh: dr. Monica C

     

    Referensi

    1. Healthline. Liver Function Tests: Purpose, Procedure, and Results [Internet]. USA : Healthline.
    2. Better Health. Liver – Better Health Channel [Internet]. Australia : Better Health.
    3. Mayo Clinic. Liver problems – Symptoms and causes [Internet]. USA : Mayo Clinic.
    4. Tests M. Liver Function Tests: MedlinePlus Medical Test [Internet]. USA : Medline Plus.
    Read More
Chat Asisten Maya
di Prosehat.com