Kenali Penyebab Bayi Jarang Buang Air Kecil
Umumnya bayi akan buang air kecil atau pipis dan berganti popok sekitar enam kali dalam sehari. Namun pada kondisi tertentu, bayi Anda mungkin akan lebih jarang pipis. Lantas, apa sebenarnya yang menjadi penyebab bayi jarang pipis?
Frekuensi Normal Bayi Buang Air Kecil
Bayi yang baru lahir cenderung lebih sering pipis dibanding anak yang sudah lebih besar. Idealnya, bayi akan pipis setiap satu jam atau setiap tiga jam sekali. Dengan kata lain, ia bisa buang air kecil sebanyak 4 hingga 8 kali dalam sehari. Hal ini karena kandung kemih bayi hanya dapat menampung sekitar 30-40 ml urin, sehingga bila bayi minum atau menyusu dengan baik, ia akan buang air kecil lebih sering. Akan tetapi, jika cuaca sedang panas, frekuensi pipis bayi biasanya akan berkurang hingga setengahnya. Sebab, pada kondisi panas bayi biasanya akan lebih banyak berkeringat daripada pipis. Keringat adalah cara lain tubuh mengeluarkan sisa cairan.
Kondisi seperti ini adalah hal yang normal, jadi Anda tak perlu cemas dan khawatir. Cukup pastikan asupan ASI atau susu formula si kecil tercukupi. Namun, apabila bayi tidak pipis atau popoknya tidak basah sama sekali selama seharian penuh, Anda perlu memperhatikan lebih lanjut hal-hal di bawah ini.
Penyebab Bayi Jarang Buang Air Kecil
Jarang pipis pada bayi bukanlah kondisi yang dapat disepelekan. Sebab, frekuensi buang air kecil pada bayi berkaitan erat dengan kesehatan sistem perkemihannya. Pipis atau urin yang dikeluarkan bayi merupakan zat sisa yang harus dikeluarkan secara rutin.
Baca Juga: Solusi Terbaik Mengatasi Anak Susah Tidur di Malam Hari
Bayi dianggap jarang pipis apabila frekuensi berkemihnya kurang dari 3 kali dalam sehari, tidak pipis sama sekali selama 6 jam, atau jika jumlah urin berkurang dari 1 ml/kg BB/jam. Jika urinnya kurang dari jumlah tersebut, cek untuk kemungkinan terjadinya kondisi berikut:
Dehidrasi atau kekurangan cairan
Dehidrasi adalah salah satu penyebab utama bayi jarang buang air kecil, khususnya pada bayi usia dibawah 6 bulan. Dehidrasi sangat rentan terjadi ketika bayi sedang demam, muntah-muntah, diare, atau muntaber. Dehidrasi umumnya ditandai dengan berkurangnya frekuensi dan jumlah pipis bayi, yang dapat Anda ketahui dengan berkurangnya jumlah penggantian popok. Selain itu, dehidrasi juga dapat menimbulkan beberapa gejala lainnya, seperti:
- Saat menangis hanya mengeluarkan sedikit air mata atau tidak sama sekali
- Lebih rewel dari biasanya
- Fontanel (bagian lunak pada ubun-ubun bayi) terlihat cekung atau lebih rata dari biasanya
- Kulit menjadi kering atau keriput, terutama pada lengan, perut, dan kaki
- Bayi terlihat lemas dan lesu
- Sering mengantuk
- Detak jantung terlalu cepat atau justru melambat
- Mata terlihat lelah dan cekung.
Apabila bayi Anda mengalami tanda-tanda diatas, upaya awal yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan frekuensi pemberian asupan cairan. Jika biasanya bayi menyusu setiap 3 jam sekali, maka pada kondisi ini lakukanlah setiap 30 menit sekali.
Pada bayi usia diatas 6 bulan, Anda boleh memberikannya oralit, terutama jika Si Kecil mengalami diare. Namun, jika kondisi bayi tidak kunjung membaik dan justru semakin malas untuk minum, segeralah bawa si Kecil ke dokter.
Baca Juga: Orang Tua Wajib Tahu, 9 Tanda Anak Dehidrasi Karena Diare
Gangguan pada Saluran Kemih
Urin yang dihasilkan oleh ginjal akan melewati saluran kemih. Namun, jika ada gangguan pada saluran ini, seperti infeksi, sumbatan, penyempitan, ataupun kelainan bentuk, frekuensi buang air kecil dan jumlah urin si Kecil dapat terganggu.
Apabila jarang pipis pada bayi disebabkan oleh gangguan pada saluran kemihnya, keluhannya mungkin akan disertai dengan gejala berikut ini:
- Demam
- Anyang-anyangan, sering pipis tapi hanya sedikit dengan sensasi tidak nyaman
- Malas makan dan lebih rewel dari biasanya
- Urin menjadi kental, berwarna gelap dan berbau tidak sedap.
Kondisi ini jangan dianggap remeh, dan perlu segera diperiksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Gangguan Ginjal
Ginjal adalah organ penting yang berfungsi untuk menyaring dan membuang zat sisa melalui urin. Jika fungsi ginjal terganggu, produksi urin bisa menurun, sehingga membuat bayi lebih jarang pipis.
Gangguan ginjal dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya faktor genetik, cidera, infeksi, hingga penyakit tertentu. Oleh sebab itu, apabila Si Kecil sama sekali tidak buang air kecil atau jarang pipis padahal asupan cairannya cukup dan tubuhnya tampak membengkak disertai kulit yang pucat, segera periksakan ke dokter.
Kapan Harus Ke Dokter?
Meskipun jarang buang air kecil adalah hal yang wajar bagi bayi sampai dengan batas tertentu, Anda tetap harus tetap waspada dan mencari tahu penyebabnya. Segera bawa Si Kecil berobat ke dokter agar mendapatkan penanganan yang sesuai. Pasalnya, jarang pipis yang disebabkan oleh dehidrasi merupakan kondisi yang cukup berbahaya. Bahkan menurut World Health Organization (WHO), dehidrasi adalah salah satu penyebab kematian anak di bawah usia 5 tahun.
Baca Juga: Tanda-Tanda Gangguan Ginjal
Sahabat Sehat, selalu waspada terhadap kondisi kesehatan Si Kecil, termasuk bila ia jarang buang air kecil. Jika Sahabat Sehat membutuhkan layanan konsultasi dokter, layanan vaksinasi, imunisasi anak, layanan medical check up, layanan fisioterapi, pemeriksaan laboratorium, multivitamin, dan produk kesehatan lainnya, segera manfaatkan layanan Prosehat yang turut menyediakan layanan Chat Dokter 24 Jam.
Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi WA Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.
Ditulis oleh: Redaksi Prosehat
Ditinjau oleh: dr. Nurul Larasati
Referensi
- NIDDK. Kidney Disease in Children.
- Verywell Family. Answers to Common Questions About Baby Pee.
- Virtual pediatric hospital. Virtual Pediatric Hospital: CQQA: Dehydration.
- Healthy Children. Baby’s First Days: Bowel Movements & Urination.
- CDC. Urine Output.