Oleh: Anis Fuad
Peradaban manusia telah mengalami tahapan evolusi mulai dari revolusi industri 1.0 hingga revolusi industri 4.0 yang terbaru. Hal ini ditandai dengan meluasnya jaringan siber yang secara fisik didukung oleh beranekaragam kemajuan teknologi digital untuk meningkatkan produktivitas, kecepatan kinerja, efisiensi biaya, komunikasi sosial lintas batas dan waktu, reposisi dan reorientasi peran manusia dalam sistem produksi, inovasi layanan baru yang mendisrupsi cara bisnis lama, dsb. Kemudian, evolusi ini berdampak pula pada sektor kesehatan.
Baca Juga: Peran dan Efektivitas Telemedicine Bagi Kesehatan Anak
Kesehatan digital mulai berkembang di negara kita.Lalu, sejauh mana transformasi digital akan memberi perubahan di kesehatan?Mulai dari revolusi digital, genomik, ilmu kesehatan, pelayanan kesehatan, semuanya berkaitan dengan sistem digitalisasi. Jurnal dari dr Erik Topol, seorang kardiologis, di jurnal Nature, Januari yang lalu menekankan ada beberapa kemungkinan. Namun, dia menyampaikan bahwa kalau di sektor transportasi perubahan sudah mencapai bentuk bisnis “taksi tanpa sopir”, tetapi di kesehatan situasi tersebut tidak diharapkan saat munculnya fenomena “rumah sakit tanpa dokter”.
Akan tetapi riset dan teknologi terus berkembang. Sehingga, pelayanan kedokteran juga suatu saat akan menerima berbagai kemajuan teknologi digital untuk mendukung dokter agar:
- dapat memanfaatkan berbagai teknologi untuk mendukung proses diagnostik dan pengambilan keputusan klinis, termasuk dalam proses pencegahan, terapi sampai dengan rehabilitasi pasien
- berinteraksi lebih efektif dengan pasien serta mendorong pasien terlibat dlm komunikasi terapetik
- meningkatkan pengetahuan dan keterampilan klinis berkelanjutan
- lebih memfokuskan kepada aspek esensial terapi daripada pernik2 administratif dan klerikal dalam pengelolaan pasien
Nah, kecerdasan buatan di bidang kedokteran juga mulai berkembang. Beberapa bagian seperti radiologi, neurologi, patologi, dermatologi, gastroenterologi, dan kardiologi mulai melakukan riset mengenai ini. Di bidang oftalmologi, kecerdasan buatan dapat digunakan untuk mendeteksi beberapa penyakit seperti diabetik retinopati, penyakit retina, degenerasi makular, Retinopathy of Prematurity (ROP), dsb.
Baca Juga: Dampak Covid-19 Pada Kesehatan Karyawan
Berikut adalah salah satu contoh kecerdasan buatan dalam mendeteksi retinopati diabetes. Cara kerjanya adalah:
- Beragam foto fundus retinopati diabetik diklasifikasikan oleh ahli diterjemahkan menjadi algoritma/program komputer.
- Algoritma dilatih/ditingkatkan kinerjanya melalui pengenalan kasus sehingga lebih cerdas.
- Algoritma kemudian diuji ke kasus yang lebih banyak untuk dipilih algoritma mana yang paling bagus performanya. Kemudian hasil dibandingkan dengan ahli.
- Inilah mengapa disebut dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Komputer dapat dilatih dan memiliki kecerdasan setara dengan ahli.
- Pendekatan machine learning yang baru, yaitu deep learning memberikan sepenuhnya kepada komputer untuk mengenali karakter yang harus diidentifikasi.
Bagaimana dengan kondisi di indonesia, apakah sistem kesehatan digital dapat digunakan?tentunya kita menghadapi tantangan yang cukup banyak. Luasnya wilayah Indonesia disertai dengan semua problematika kesehatan yang ada, kesenjangan akses telekomunikasi di daerah yang terpencil/terpelosok, dsb adalah tantangan yang nyata bagi kita.
Namun, dunia kesehatan digital atau yang sering kita sebut dengan telemedicine/telemedis mulai mendapat dukungan dari pemerintah. Sebagai contoh, Menteri Kesehatan mempercepat peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan melalui pelayanan kesehatan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi komunikasi, Menteri Komunikasi dan Informatika mempercepat penyediaan jaringan dan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung , antara lain pelayanan kesehatan jarak jauh (telemedicine), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, serta Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mempercepat peningkatan akses dan kualitas pelayanan pendidikan melalui, antara lain pemberian dukungan pendampingan, pelatihan,dan penyediaan dosen dan tenaga ahli.
Baca Juga: Digitalisasi Faskes untuk Membangun Ekosistem Digital yang Terhubung
Indonesia belum sepenuhnya menerapkan Revolusi Industri 4.0 karena masih ada industri yang menggunakan teknologi revolusi pertama, kedua, dan ketiga. Teknologi terus berkembang , bahkan semakin maju dengan tingkat kecepatan tinggi. Idealnya, teknologi maju terjangkau, tidak menyebabkan jurang kesenjangan, semakin murah, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, diterima oleh masyarakat dan profesi kesehatan. Kemajuan teknologi sebaiknya diimbangi dengan regulasi yang adaptif, kolaboratif, menjunjung tinggi etika, dan edukasi kepada masyarakat, profesi kesehatan serta regulator.
Apabila Sobat menginginkan informasi lain mengenai kesehatan, silakan hubungi Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.