Seluruh dunia sepakat bahwa hingga saat ini Covid-19 merupakan sebuah pandemi. Bahkan, WHO sendiri juga sudah menegaskan dalam beberapa pertanyaan badan kesehatan dunia tersebut karena sifat Covid-19 yang terjadi secara global alias mewabah di seluruh dunia. Hingga hari ini tercatat sudah 52,6 juta kasus virus di seluruh dunia, dengan 34,1 juta sembuh dan 1,29 juta meninggal. Untuk Indonesia sendiri sudah tercatat melebihi 450.000, yaitu 452.000l, dengan 382.000 sembuh dan 14.933 meninggal. Beberapa langkah juga sudah dilakukan seperti meminta masyarakat untuk melakukan 3M, yaitu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak sebanyak 1-2 meter kemudian melakukan tes-tes Corona seperti PCR swab dan rapid test. Tak hanya itu, beberapa negara pun juga sudah melakukan karantina wilayah atau lockdown dan menutup beberapa akses meskipun harus mengorbankan perekonomian yang juga terguncang akibat virus yang mewabah ini.
Baca Juga: Mastubasi Dapat Menguatkan Imun Tubuh Hadapi Covid-19?
Hasilnya, ada beberapa negara yang sukses, ada juga yang tidak. Jumlah penderita virus perlahan bisa dikurangi meskipun kemudian mengalami lonjakan kembali setelah ada pelonggaran. Harapan satu-satunya pun kini tertuju pada vaksin Covid-19 yang masih dalam pengembangan meskipun vaksin tidak serta-merta dengan cepat menghilangkan pandemi. Kini setelah Covid-19 sudah dinyatakan sebagai pandemi muncul lagi istilah untuk menyebut virus asal Wuhan tersebut sebagai sindemi. Tentu banyak Sobat Sehat yang bertanya-tanya apa itu sindemi?
Pengertian Sindemi
Sindemi adalah akronim yang berasal dari dua kata, yaitu sinergi dan pandemi. Artinya, penyakit seperti Covid-19 tidak boleh berdiri sendiri sebab pada kenyataannya di satu sisi ada Covid-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, dan di sisi lainnya ada serangkaian penyakit yang sudah diidap seseorang. Kedua elemen ini berinteraksi dalam konteks ketimpangan sosial yang mendalam.Istilah ini sendiri dimunculkan oleh Richard Horton, pemimpin redaksi jurnal ilmiah The Lancet pada 26 September 2020. Melalui sindemi ini, Horton hendak menunjukkan satu tingkat keseriusan yang lebih parah dari pandemi. Dengan demikian, para pemangku kebijakan perlu mengambil langkah yang lebih serius untuk menjaga kesehatan masyarakat.
Komentar ini ia tulis tepat saat virus Covid-19 atau Corona merenggut 1 juta nyawa manusia di seluruh dunia. Horton juga menyatakan bahwa pendekatan yang diambil dalam penanganan virus memakai pendekatan yang terlalu sempit. Sebab, selama ini ia menilai semua intervensi hanya berfokus pada pemotongan laju penularan virus. Penanganan ini bahwa penanganan yang ada lebih berdasarkan pada pandangan bahwa Covid-19 sebagai penyakit menular. Sejarah ilmu pengetahuan epidemiologi selama berabad-abad menunjukkan bahwa memutus rantai penularan adalah cara yang tepat untuk mengatasi wabah penyakit menular.
Baca Juga: Isolasi Mandiri Covid-19 di Fasilitas Pemerintah dan Pengajuannya
Ketimpangan sosial yang pernyataan Horton soal sindemi terlihat dari pernyataan PBB pada awal tahun 2020. PBB telah memperingatkan bahwa pandemi memiliki dampak yang tidak proporsional di antara populasi termiskin di dunia. Hal itu ditegaskan oleh Sekjen PBB, Antonio Guterres. Yang paling terdampak adaklah kelompok masyarakat paling rentan, orang yang hidup dalam kemiskinan, pekerja miskin, perempuan dan anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok marginal lainnya.
Bukan Istilah Baru
Sindemi bukanlah istilah baru dan sudah muncul pada dekade 90-an oleh seorang antropolog medis asal Amerika Serikat, Merill Singer. Istilah ini dicetuskannya untuk menyebiut kondisi ketika dua penyakit atau lebih berinteraksi sedemikian rupa sehingga menyebablan kerusakan yang lebih besar ketimbang dampak dari masing-masing penyakit tersebut. Dampak dari interaksi ini juga difasilitasi oleh kondisi sosial dan lingkungan yang tidak bisa dijelaskan dapat menyatukan kedua penyakit atau membuat populasi menjadi lebih rentan terhadap dampaknya. Istilah ini muncul saat Singer dan koleganya sedang meneliti penggunaan narkoba di komunitas berpenghasilan rendah di AS. Ia dan koleganya menemukan bahwa banyak masyarakat yang menggunakan narkoba menderita sejumlah penyakit seperti TBC dan penyakit menular seksual. Kesimpulan dari penelitian bahwa dalam beberapa kasus kombinasi penyakit memperkuat dampak dan kerusakan yang dialami penderita.
Cara Penanganan
Mengenai sindemi ini beberapa ahli seperti Tiff-Annie Kenny dari Laval University di Kanada menyarankan hal yang sama seperti Norton, yaitu mengganti pendekatan epidemiologi klasik mengenai risiko penularan Covid-19 dengan pendekatan dalam konteks sosial. Hal lainnya, menurut Merill Singer adalah mengatasi faktor struktural yang mempersulit masyarakat miskin untuk mengakses layanan kesehatan atau mengonsumsi makanan yang memadai. Perubahan strategi ini diperlukan untuk menghadapi pandemi di masa depan sebagai akibat tindakan manusia yang selalu melampaui batas yang menyebabkan beberapa hal negatif seperti perubahan iklim dan deforestasi. Hal ini perlu supaya pengobatan atau pencegahan terhadap Covid-19 benar-benar berjalan efektif.
Baca Juga: 8 Istilah Baru Penderita Covid1-19, Mulai dari Suspek hingga Kematian
Nah, itulah Sobat Sehat mengenai sindemi, istilah yang baru-baru ini diluncurkan untuk menyebut Covid-19 yang masih mewabah. Yuk, Sobat, tetap jaga diri dari Covid-19 dengan menerapkan 3M, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, serta jangan lupa untuk PCR-swab dan rapid test di Prosehat. Info lebih lengkap silakan hubungi Asisten Kesehatan Maya 08111816800 atau klik http://www.prosehat.com/wa.
Referensi:
- COVID-19: Dulu Pandemi Kini Jadi Sindemi, Apa Itu? [Internet]. kumparan. 2020 [cited 13 November 2020]. Available from: https://kumparan.com/kumparansains/covid-19-dulu-pandemi-kini-jadi-sindemi-apa-itu-1uZnXdKkJNo
- Media K. Ilmuwan Sebut Covid-19 Bukan Lagi Pandemi, tetapi Sindemi, Apa Itu? Halaman all – Kompas.com [Internet]. KOMPAS.com. 2020 [cited 13 November 2020]. Available from: https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/12/180200023/ilmuwan-sebut-covid-19-bukan-lagi-pandemi-tetapi-sindemi-apa-itu?page=all
- Indonesia B. Sejumlah Ilmuwan Sebut COVID-19 Bukan Pandemi Tapi Sindemi, Maksudnya? [Internet]. detiknews. 2020 [cited 13 November 2020]. Available from: https://news.detik.com/bbc-world/d-5251747/sejumlah-ilmuwan-sebut-covid-19-bukan-pandemi-tapi-sindemi-maksudnya