Obesitas merupakan kondisi penumpukan lemak berlebih pada jaringan tubuh yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan. Masalah ini sedang menjadi sorotan dunia dimana obesitas terjadi pada 10% populasi dunia. Cara mengetahui obesitas adalah dengan menggunakan Body Mass Index (BMI), yang memperkirakan kadar lemak dalam tubuh berdasarkan berat dan tinggi badan. Berdasarkan kriteria WHO dan Asia Pasifik, seseorang tergolong obesitas apabila memiliki BMI ≥ 30.0 kg/m2. Berat badan akan bertambah apabila jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah kalori yang dibakar. Hal ini ternyata dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk di dalamnya adalah genetik, hormon, lingkungan, dan sosial. Sobat perlu hati– hati karena obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit lainnya seperti penyakit jantung, kencing manis, stroke, kanker, bahkan kematian. Untuk menghindari hal tersebut, simak cara mencegah obesitas terkini di bawah ini, yuk Sobat!
- KONSUMSI JENIS KARBOHIDRAT YANG TEPAT
Mengonsumsi jenis karbohidrat yang tepat dapat membuat Sobat tidak cepat lapar. Jenis karbohidrat kompleks, seperti makanan yang berasal dari gandum dan beras merah, dicerna lebih lama sehingga energi yang dihasilkan bertahan lebih lama. Karbohidrat kompleks lebih dianjurkan agar Sobat tidak cepat lapar. Sedangkan, minuman yang memiliki kadar gula tinggi, seperti minuman bersoda dan minuman berperisa, mengandung karbohidrat simpleks. Jenis karbohidrat simpleks lebih cepat dicerna dan energi yang dihasilkan tidak bertahan lama, sehingga Sobat akan cenderung cepat lapar. Selain itu, minuman dengan gula tambahan sebanyak 2 gram/kg berat badan juga berhubungan dengan peningkatan masukan kalori, peningkatan berat badan, dan peningkatan massa lemak yang signifikan.
- KUALITAS LEMAK LEBIH PENTING DIBANDINGKAN JUMLAH LEMAK YANG DIKONSUMSI
Untuk kesehatan yang baik, tipe lemak yang dikonsumsi lebih penting daripada jumlah lemak yang dikonsumsi. Makanan yang tinggi lemak umumnya mengandung kalori yang tinggi pula. Makanan yang harus dibatasi adalah makanan yang kaya akan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol. Lemak jenuh dan lemak trans berhubungan dengan peningkatan berat badan, sedangkan lemak tidak jenuh baik untuk kesehatan. Lemak jenuh terdapat pada daging yang segar dan daging yang telah diproses, produk olahan susu tinggi lemak (keju, krim, es krim), minyak kelapa, dan minyak palma. Lemak trans terdapat pada margarin dan makanan yang digoreng. Kolesterol terdapat pada sumber lemak hewani, seperti kuning telur, keju, daging sapi, udang. Lemak yang dianjurkan untuk lebih banyak Sobat konsumsi adalah lemak tidak jenuh yang terdapat pada minyak zaitun, minyak kanola, minyak ikan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
- MENGONSUMSI MAKANAN TINGGI PROTEIN; ASUPAN KALORI SEDIKIT, NAMUN CEPAT KENYANG
Mengonsumsi makanan tinggi protein dapat membantu menjaga berat badan. Dengan jumlah kalori yang lebih rendah, makanan tinggi protein akan membuat Sobat merasa lebih kenyang dibandingkan dengan makanan tinggi karbohidrat dan lemak. Selain itu, jumlah kalori yang dibutuhkan untuk memecah dan menyimpan protein lebih besar daripada makronutrien lainnya sehingga akan membantu meningkatkan jumlah kalori yang dibakar per harinya. Beberapa contoh makanan tinggi protein yang dianjurkan adalah kacang, biji–bijian, ikan, dan daging unggas. Berdasarkan penelitian, mengonsumsi kacang dapat membantu menjaga berat badan karena kacang memiliki kadar protein dan serat yang tinggi sehingga dapat membuat Sobat merasa lebih kenyang. Sedangkan, daging merah maupun daging yang telah diproses sebaiknya dibatasi karena konsumsi yang berlebihan dapat meningkatkan berat badan.
- BUAH DAN SAYUR TIDAK BOLEH DILEWATKAN
Buah dan sayuran merupakan contoh makanan dengan kalori yang rendah serta mengandung air dan serat yang tinggi. Kadar air yang tinggi pada buah dan sayur juga akan membuat Sobat merasa lebih kenyang. Disarankan untuk mengonsumsi sayur dan buah sebanyak 5 porsi per hari.
- CINTAILAH MAKANAN RUMAH & KURANGI MEMBELI MAKANAN DARI LUAR
Membatasi membeli makanan di restoran merupakan salah satu cara mencegah obesitas terkini. Makanan yang berasal dari restoran umumnya memiliki jumlah kalori, lemak total, lemak jenuh, kolesterol, dan sodium yang lebih besar dibandingkan makanan yang dimasak sendiri. Selain itu, makanan yang dibeli di restoran juga mengandung kadar serat dan kalsium yang rendah serta memiliki kualitas nutrisi yang lebih buruk. Makanan yang berasal dari restoran menyumbang 32% dari total kalori per orang per hari. Jumlah kalori yang masuk setiap kali Sobat makan di restoran lebih besar dibandingkan jumlah kalori dari makanan yang dimasak sendiri di rumah. Apabila harus makan di luar rumah, pilihlah makanan yang diproses dengan cara dipanggang, dibakar, dikukus, direbus, atau pilihlah salad dengan saus rendah lemak. Apabila ingin mengonsumsi makanan cepat saji disarankan untuk memilih ayam bakar atau panggang, serta batasi makanan yang diproses dengan cara digoreng.
- ATUR PORSI MAKAN SECUKUPNYA
Ketika makan, Sobat harus mengatur porsi makan secukupnya, jangan berlebihan. Porsi makan yang berlebihan berkaitan dengan peningkatan jumlah pemasukan kalori sehingga berperan dalam obesitas. Sobat akan cenderung mengonsumsi makanan dalam porsi besar apabila berkunjung ke restoran. Semakin besar porsi yang disediakan, maka semakin banyak pula makanan yang dikonsumsi. Ketika porsi makan meningkat 50% dan 100% dari normal, maka jumlah kalori yang masuk ke tubuh juga akan meningkat rata–rata 120% dan 130% di atas jumlah kalori yang dibutuhkan.
- TINGGALKAN POLA HIDUP SEDENTARI
Pola hidup sedentari merupakan pola hidup dengan aktivitas fisik yang minimal sehingga dapat berperan dalam terjadinya obesitas. Pola hidup seperti ini harus ditinggalkan dengan perbanyak aktivitas fisik. Aktivitas fisik diartikan sebagai gerakan tubuh yang dapat membakar kalori atau energi, termasuk di dalamnya adalah olahraga. Manfaat dari olahraga adalah meningkatkan total kalori yang dibakar sehingga akan membantu menjaga keseimbangan energi serta mengurangi jumlah lemak total, dan pada akhirnya menghambat terjadinya obesitas. Jenis olahraga yang dianjurkan tergantung dari umur, ada atau tidaknya keterbatasan fisik, serta ketersediaan fasilitas. Bila Sobat yang cenderung kurang aktif, dianjurkan untuk melakukan olahraga yang bersifat aerobik (berenang, jalan cepat, jogging, bersepeda) dengan durasi 30 – 60 menit dan frekuensi minimal 5 kali per minggu.
Selain meningkatkan aktivitas fisik, kegiatan seperti menonton televisi dan bermain video game juga harus dibatasi. Menurut penelitian, semakin banyak waktu yang Sobat habiskan untuk menonton televisi, maka berat badan akan cenderung meningkat. Menonton televisi atau bermain video game dapat mengurangi waktu untuk melakukan aktivitas fisik. Selain itu, iklan di televisi banyak yang memberikan contoh pola makan yang tidak sehat. Dengan menonton televisi, Sobat juga dapat menghabiskan lebih banyak camilan yang tidak sehat secara tidak sadar sehingga menambah total kalori yang masuk ke tubuh.
- USAHAKAN CUKUP TIDUR SETIAP HARI
Nah, cara mencegah obesitas terkini yang terakhir adalah dengan cukup tidur. Kurang tidur akan meningkatkan rasa lapar dengan memengaruhi jumlah hormon yang berfungsi menekan rasa lapar, yaitu hormon gherlin dan leptin. Suhu tubuh juga akan mengalami penurunan sehingga pembakaran kalori berkurang. Selain itu, akibat dari kurang tidur adalah Sobat bisa merasa letih keesokan harinya sehingga mengurangi semangat untuk melakukan aktivitas fisik. Oleh karena itu, mulai sekarang usahakan tidur minimal 7 jam pada malam hari ya, Sobat. Jangan lupa akses www.prosehat.com atau install aplikasi ProSehat guna mendapatkan infomasi kesehatan penting lainnya. Atau hubungi Asisten Kesehatan Maya melalui Telp/SMS /WhatsApp : 0811-18-16-800 untuk keterangan lebih lanjut. Salam sehat!
Referensi:
- Chan RS., Woo J. Prevention of overweight and obesity: How effective is the current Public health approach. Int J Environ Res Public Health. Maret 2010;7(3):765–83.
- Recommended Community Strategy and Measurements to Prevent Obesity in the United States – CDC [Internet]. [dikutip 4 September 2018]. Tersedia pada: cdc.gov/mmwr/pdf/rr/rr5807.pdf
- Orringer K, Harrison R, Nichani S, Riley M, Rothberg A, Trudeau L, dkk. Obesity prevention and management. [Internet]. Juli 2013 [dikutip 4 September 2018]. Tersedia pada: med.umich.edu/1info/FHP/practiceguides/obesity/obesity.pdf
- Greenwood JLJ, Stanford JB. Preventing or improving obesity by addressing specific eating patterns. J Am Board Fam Med. 1 Maret 2008;21(2):135–40.
- Obesity Prevention Source [Internet]. Obesity Prevention Source. 2012 [dikutip 4 September 2018]. Tersedia pada: hsph.harvard.edu/obesity-prevention-source/obesity-causes/diet-and-weight/
- Lin TK, Teymourian Y, Tursini MS. The effect of sugar and processed food imports on the prevalence of overweight and obesity in 172 countries. Glob Health. Desember 2018 [dikutip 5 September 2018];14(1). Tersedia pada: globalizationandhealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12992-018-0344-y
- Ba S, I C, Jc S, Wpt J. Diet, nutrition and the prevention of excess weight gain and obesity. Public Health Nutr;7(1a):123–46.